[O] - Restore

Semua orang tengah sibuk melakukan tugasnya, mulai dari semua staff yang terlibat hingga artisnya sendiri. Karena sebentar lagi NCT Dream akan kembali melakukan comeback dengan formasi lengkap. Tepat sekali, '7Dream' akan menjadi comeback pertama NCT Dream setelah kembalinya Mark Lee— sang leader—secara resmi, sejak project NCT 2020.

Terlihat seorang kameramen sedang menyorot Jaemin yang sedang dirias.

"Annyeong~ sijeuni-duel, Jaemin di sini, sekarang kami sedang mempersiapkan comeback kami. Semoga sijeuni menyukainya ya," kata Jaemin dengan mata yang melirik ke arah kamera.

Setelah memastikan kembali make up Jaemin, terlihat seorang coordi noona membuka hairdresser cape yang tadi melekat di badan pria itu.

"Sudah selesai."

Jaemin tersenyum lalu memegang pundak si coordi noona dan berkata, "Gumawo."

Setelah itu, pandangan Jaemin tertuju ke rekan segrupnya yang sepertinya sejak tadi terus menatap ke arahnya, dengan raut bingung Jaemin melambaikan tangan. Namun, tidak digubris, hingga orang itu tersadar di saat sang manager memanggil semua member.

Saat semuanya sudah berkumpul, Jaemin mendekat rekannya tadi lalu bertanya, "Waegure, Jisung-ah? Kau sakit?"

Jisung sedikit tersentak, pria itu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum paksa. "­Gwe-gwenchana," jawab Jisung sembari menjauhi Jaemin dengan menukar posisinya dengan Chenle.

"Ke–"

"Baiklah, jadi aku akan menjelaskan beberapa hal..." Ucapan Jaemin terpotong oleh sang maneger yang sedang memberikan beberapa arahan sebelum mereka melakukan syuting.

Setelah briefing kurang lebih 30 menit, semua member dan manager kini membentuk lingkaran; mengarahkan satu tangan ke depan.

"NCT Dream?" ucap Mark.

"Yo! Dream!" sahut member yang lain sembari mengayunkan tangan mereka ke atas.

"Kajja, yeorobun." Haechan berkata dengan suara yang melengking.

Renjun yang berada di sebelahnya, spontan menutup kedua telinganya. "Ah, sikkeure."

"Dasar kolot."

"Mwo? Coba katakan sekali lagi," sengit Renjun.

Melihat itu, Jeno hanya bisa tersenyum kalem lalu dia mendekati dan merangkul kedua leher Renjun dan Haechan. "Bisa tenang, tidak?"


Sehabis mereka melakukan beberapa take—untuk keperluan scene di video musik—sekarang semua member diminta mengganti baju mereka untuk melakukan take scene berikutnya.

Chenle yang baru balik dari toilet menatap heran ke rekannya yang belum mengganti bajunya.

"Kau belum ganti baju? Sebentar lagi kita mau take?" tanya Chenle sambil mendekat, "oy!"

"Mian, mianhe," gumam Jisung lalu pergi menjauh.

"Ya! Park Ji–"

"Biar aku saja yang menyusulnya."

Beberapa meter dari lokasi syuting tadi, terlihat seorang pria yang sedang berjalan sambil menendang bebatuan yang berada di depan kakinya. Tak lama langkahnya terhenti, sejenak dia mengecek handphone.

Atas dasar apa kau berharap dia akan menelponmu, hah? tanyanya dalam hati.

"Ya! Berhenti di situ!"

Saat mendengar teriakan itu, dengan cepat pria itu kembali berjalan ke depan sambil menyematkan airpods-nya. Tentu saja dia mengetahui pemilik suara tadi.

"Park Jisung, kubilang berhenti." Tapi tetap tidak dihiraukan, membuat si perempuan berlari lebih kencang untuk menyusul Jisung dan akhirnya berhasil.

Lim Haewon, si perempuan itu, narik lengan Jisung hingga badan pria itu berputar dan menghadapnya.

"Ada apa denganmu?" tanya Haewon.

Namun, Jisung tetap bungkam. Hal itu membuat Haewon mengarahkan punggung tangannya ke dahi Jisung.

"Kau sakit?"

"Geumanhae, tinggalkan aku sendiri," respon Jisung menyingkirkan tangan Haewon lalu kembali berjalan.

"Jebal, jangan kekanakkan, Jisung-ah."

Langkah Jisung terhenti; pria itu berbalik dan menatap perempuan yang berdiri di depannya dengan tatapan sendu.

"Ya, aku memang kekanakan seperti ini," lirih Jisung.

"A-aniya, Maksudku bukan seperti itu."

Jisung menunduk sejenak.

"Haewon Noona," lalu dia kembali menatap perempuan itu, "Untuk apa kau menyusulku? Kau membuatku semakin tidak bisa memahamimu... yang terlalu abu-abu."

Ya, memang seperti itulah yang Jisung lihat. Lim Haewon yang hampir menyerupai makna dari warna abu-abu, tidak jelas dan penuh keraguan.


∞∞∞

Jisung sedang berjongkok di belakang gedung. Hari ini dia mendapatkan banyak sekali teguran dari mentor-nya. Mengingat hal tadi, membuat pria kecil itu tidak bisa menahan air matanya, dia pun menangis tanpa suara sembari menyalurkan semua perasaan lelahnya.

Jisung menangis cukup lama hingga tanpa disadari ada seseorang yang berjalan mendekatinya dan ikut berjongkok di depannya.

"Ambil ini."

Jisung melihat sapu tangan berwarna ungu terulur ke arahnya, lalu mengambilnya. "Kamshamnida... euhm... maaf saya tidak tau nama Anda."

Orang itu tertawa ringan lalu mengusap lembut kepala Jisung, "Lim Haewon, itu namaku, kau bisa memanggilku Haewon Noona."

"Ha-haewon Noona," lirih Jisung.

"Ya, benar seperti itu. Kau sangat pintar Jisung-ah."

Perempuan itu melepas topi hitamnya lalu memasangkannya di atas kepala Jisung.

"Kau harus tetap semangat dan membayar semua rasa lelahmu dengan keberhasilan," ucap Haewon yang beranjak pergi.

Jisung tiba-tiba bertanya, "A-apa nanti kita bisa bertemu lagi, Noona?"

Perempuan cantik itu memandang Jisung sambil tersenyum lembut. "Aku yakin kita akan bertemu lagi saat kau berhasil debut."

Ternyata pertemuan itu berhasil menjadi momentum tersuntiknya kembali semangat Park Jisung. Tentu hal ini memberi banyak pengaruh positif, salah satunya pada ketahanan fisik dan psikis pria itu saat sedang berlatih. Meskipun, porsi latihannya bisa mencapai lebih dari 7 jam. Hingga pada akhirnya usaha dan rasa lelah Jisung terbayarkan dengan keberhasilannya debut di salah satu sub unit boygroup rookies asuhan SM Entertaiment, NCT Dream. Namun, hal itu tidak sepenuhnya membuat Jisung senang. Sebab, dia masih belum bertemu lagi dengan perempuan itu.



Hari ini member NCT Dream sedang prepare sebelum melakukan beberapa take scene untuk video musik 'Boom'. Jisung yang baru saja kembali dari Starbucks segera menuju rest room. Sesampainya di tempat, Jisung terheran melihat semua staff yang terlihat sedang mengerubungi sesuatu.

"Ada apa?" tanya Jisung pada Chenle yang sedang bermain PUBG.

"Oh itu, ada coordi Noona baru, eh tapi katanya Lee Haechan tidak bisa dibilang baru juga."

"H-hah? Maksudnya?" tanya Jisung yang tak sengaja menyenggol tangan Chenle dan membuat layar handphone itu menampilkan homescreen.

"Mi-mianhe, Hyung."

Chenle yang awalnya siap meledak, memilih untuk menarik napas panjang; menghembuskannya lalu dengan perlahan menjelaskan, "Kata Haechan-ie Hyung, coordi Noona itu dulunya kerja di sini, lalu dikasih beasiswa sama agensi untuk lanjut study di Los Angeles."

"Oh," responnya yang singkat membuat Chenle tidak bisa menahan diri untuk tidak memukul kepala Jisung.

Setelah mendapatkan hadiah manis dari hyung-nya, Jisung pun menjauhi Chenle dan berjalan mendekati keramaian itu. Napasnya tercekat saat netranya berhasil menangkap objek sejak tadi dikelilingi banyak staff.

"Ha-Haewon Noona?"

Perempuan itu spontan menoleh ke arah Jisung. Padahal suasana sekitar cukup ramai, entah perempuan itu terlalu peka atau suara Jisung yang terdengar nyaring.

Lim Haewon berjalan ke arah Jisung, dia sedikit berjinjit agar bisa mengusap kepala pria itu sambil tersenyum manis. "Orenmanida, Jisung-ah."



Setelah bertahun-tahun menahan, akhirnya Jisung mendapatkan momen yang tepat. Sekarang adalah malam perayaan tahun baru 2021, pria itu mengirim pesan kepada Haewon untuk bertemu di belakang gedung agensi.

"Aneh sekali kau mengajakku bertemu di sini," kata Haewon yang berjalan mendekati Jisung yang sedang bersandar pada dinding, "Dingin sekali, Jisung-ah, ayo masuk nanti ka–"

"Haewon Noona, uri... saguil kajja."

∞∞∞


"Abu-abu? Kau tidak ingat? Malam itu, aku sudah memberimu jawabannya... aku tidak bisa menerimamu, Jisung-ah, tapi bukan berarti kau harus mengasingkan dirimu seperti ini," ucap Haewon dengan nada yang bergetar, terlihat mata perempuan itu kembali berkaca-kaca.

"Aku masih tidak bisa paham ala–" Jisung terdiam, matanya tertuju pada benda—sebuah kalung bermata four clover—yang mengalung indah di leher Haewon, "o-oh, jadi sudah resmi ya?"

Menyadari arah pandang dan maksud dari perkataan Jisung, perempuan cantik itu refleks menutupi benda tersebut dan membuang muka. Entah apa yang Jisung pikirkan, tapi pria itu dengan nekat meraih dagu Haewon dan membuat mata mereka kembali bertemu.

"Aku mohon, Noona. Berhenti membuatku selalu menyerah, biarkan aku menyembuhkan luka ini dengan caraku sendiri," pinta Jisung.

"Geure, arraseo."

Haewon menurunkan tangan Jisung sambil terus mengenggam pergelangan tangannya. Kemudian, dengan menggunakan tangannya yang lain, gadis itu seperti mengambil sesuatu di dalam saku jaketnya dan menaruh benda itu di atas telapak tangan Jisung.

"Jisung-ah... kau terlalu banyak menaruh warna hitam di atas putih. Sehingga yang terlihat olehmu adalah warna abu-abu." Lim Haewon berbalik dan pergi menjauhi Jisung.

Lagi-lagi perasaan sedih menyelimuti seorang Park Jisung. Apalagi, di saat pria itu melihat kalung bermata ruby yang dia berikan ke Haewon—pada malam itu—dikembalikan padanya.

"Semoga kau bahagia Noona," lirih Jisung yang bermonolog sendiri, air mata itu kembali lolos saat kembali melanjutkan perkatannya, "bersama Jaemin Hyung."

Kepergian perempuan itu—untuk yang kedua kalinya—membuat semuanya terlihat jelas. Bahwasannya warna abu-abu terlalu terang untuk dikatakan serupa dengan warna hitam. Oleh karena itu, Jisung memutuskan, mulai sekarang dia akan menambahkan lebih banyak warna putih, dengan harapan dia bisa ikut merasakan makna dibalik warna itu, yaitu kekuatan untuk mengobati rasa sakit.

[n.s]

Ada saran, siapa selanjutnya?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top