My little angel
Hembusan angin membuat rambutnya semakin berantakan. Aku menatanya untuk kesekian kalinya dengan sisir lembut. Walau rambutnya masih jarang, aku ingin melihatnya tampak rapi. Karena dia adalah adik kesayanganku.
***
"Kalamaccu nii-tan, ayo main ma Juuciimaccu! " Teriakan anak kecil memenuhi seisi rumah. Ia dengan semangat melompat dan berguling ke lantai.
"Tapi aku masih mengerjakan soal ini Jyushimatsu. Aku ada banyak PR... Nanti saja ya! " Kataku menenangkannya. Tapi ia malah menendang lantai dengan kaki-kaki kecilnya.
"Mau cekalaaang~ main! Ama Nii-tan! " Rengek Jyushimatsu, matanya berkaca-kaca. Aku tak tahan melihatnya begitu, akhirnya kuputuskan untuk menunda PR-ku sebentar saja.
"Baiklah, ayo main! "
***
Bermain dengan adikku tersayang memang sangatlah menyenangkan. Tanpa sadar, matahari telah menghilang dari angkasa, ini sudah waktunya pulang.
"Ah! Sudah malam! Ayo kita pulang, Jyushimatsu! " Aku menarik tangan adikku menuju jalan pulang. Ia dengan sedikit murung mengikutiku di belakang.
Sekilas kerlap-kerlip membuat perhatiannya teralih.
"Nii-tan! Kunang-kunang! Ahahaha! Indahnya~" Ia menunjuk dengan telunjuk kecilnya.
"Itu benar... Apa mereka ada banyak? "
"ITU! ITU! ITU! ADA LAGI DICANA! " Jyushimatsu dengan bersemangat mengejar kunang-kunang diantara kegelapan. Aku dengan panik mengikutinya.
"Jyushimatsu! Ini sudah malam! Jangan pergi ke dalam hutan! " Kukejar ia yang makin menjauh. Masuk ke dalam hutan, siapa yang tahu bahaya apa yang akan terjadi!
"Indah lho! Nii-tan! Juuciimaccu mau tangkap atu buat bun—HUWAA!!! "
GUSRAK!
"JYUSHIMATSU?! " Aku mendekat ke arahnya. Ia rupanya terperosok ke dalam lubang yang tidak dalam.
"Huwe... Kalamaccu... Nii-tan... Cakiiiit, huwaaa!!! " Jyushimatsu menangis meraung-raung. Aku segera menenangkannya dengan tepukan di punggung.
"Akan kugendong, naiklah ke punggungku, Jyushimatsu! " Aku mengambil posisi di depannya dan langsung menggendongnya. "Nah, kita pulang ya. "
Setelah memgobati Jyushimatsu, aku langsung saja tertidur tanpa ingat dengan PR yang akan kukerjakan tadi.
Seperti yang kuduga, keesokan harinya aku dimarahi karena tidak mengerjakan PR.
"Jangan diulangi lagi ya, Karamatsu-kun. " Ibu guru memberi penuturan dengan lembut.
"Baik, maafkan aku... "
***
"Hey, Karamastu! Kau tidak mengerjakan tugas ya kemarin?! Waah! Anak pemalas! Dia pasti sombong sekali karena tidak dimarahi bu guru! " Teriak salah satu teman sekelasku.
"Wah, padahal dia biasanya dipuji! Kenapa ia tidak dimarahi saat berbuat salah! Curang! " Teriak yang lain bersahutan.
Setelah berita itu menyebar, aku langsung dibully oleh anak-anak yang tidak menyukaiku. Mereka merasa iri karena aku tidak dimarahi terlalu keras saat berbuat salah.
"Jangan jadi teman kami lagi! "
"Kau main saja dengan adikmu yang masih bayi itu! "
"Curang! Kenapa dia tidak dimarahi sih! Bu guru pilih kasih! "
"Jangan deketin aku! Nanti aku juga gk punya teman kayak kamu! "
Perlahan, mereka semua mulai membenciku. Bukan, ini bukan salah Jyushimatsu... Ini salahku sendiri yang melupakan PR dan memilih untuk bermain...
"Nii-tan, main yuk! "
Ini bukan salah Jyushimatsu... Dia masih kecil, dan butuh perhatian karena orang tua kami pergi bekerja...
"Baiklah, ayo pergi... "
Bukan salahnya, aku yang terlalu asyik bermain hingga malam tiba...
"Lihatlah dia, kesepian sekali sampai hanya bermain dengan adiknya saja! Hahaha! Dia pasti tidak ramah, oleh karena itu dia tak punya teman! "
Kemudian dia mengejar banyak kunang-kunang karena aku juga penasaran...
"Dia sudah ditelantarkan orang tuanya, diberi belas kasih bu guru, tapi malah tidak mengerjakan tugas dan mengecewakan mereka! Apa-apaan itu? "
Lalu karena dia berlari-lari dan terjatuh ke lubang... Membuatku harus menggendongnya sampai rumah dan membuatku kelelahan... Hingga aku... Tertidur...
'Ini... Bukan salahku. ' Aku mengepalkan tanganku. Aku yang berhenti membuat Jyushimatsu menoleh.
"Ada apa, Nii-tan? " Tanyanya polos.
"Ini... Bahkan bukan salahku... Seharusnya aku lebih tegas terhadapmu, Jyushimatsu. Bukannya terus memanjakanmu dan melupakan tugasku... Aku... Aku! Kenapa aku melakukannya?! Kenapa kau melakukannya?! Apa ini salahku? Atau salahmu?! Jyushimatsu, beritahu aku! " Aku mengguncangkan pundak Jyushimatsu cukup kencang.
"Nii-tan?! Kenapa malah? Juuciimaccu calah? " Ia memandangiku dengan berkaca-kaca. Ia bergetar ketakutan.
"Karena kau aku jadi dijauhi, Jyushimatsu! Kenapa ayah atau ibu tidak pulang-pulang? Apa mereka tidak menyayangi kita lagi?! Kenapa kita ditinggalkan? Apa aku anak nakal?.... Ah, aku tahu.... Aku tahu jawabannya, Jyushimatsu... " Pandanganku kosong, ia sudah bercucuran air mata. "Anak nakalnya adalah... Kau. "
Ia tersentak kaget. Menangis meraung-raung, memukul kakiku dengan tangan mungilnya. "Juuciimaccu anak baik! Baik! Nii-tan jahat! Huwaaaaa!!! Juuciimaccu benci Nii-tan! " Ia berlari menjauh dariku. Aku tak mencoba mengejarnya, aku malah masuk ke dalam rumah seraya membanting pintu.
'Aku sudah tak peduli lagi dengannya! '
***
Setelah puas menangis dan tertidur di dalam kamar, aku membuka mataku pelan. Kukucek sebentar sebelum mulai mengumpulkan ingatan-ingatan akan kejadian sebelumnya.
'Ah! Jyushimatsu! ' Aku bangkit dari tempat tidur dan keluar dari kamar.
Hening, rumah sangat kosong. Ia tak ada dimanapun... Dan lagi hari sudah gelap!
"Jyushimatsu! Dimana kau?! Jawab aku, Jyushimatsu! " Aku mengenakan jaket usang milikku dan mencari Jyushimatsu.
"Paman! Apa paman melihat Jyushimatsu?! " Tanyaku setengah berteriak.
"Ti-Tidak, maaf Karamatsu-kun. " Jawabnya terkejut. Aku segera mencari dengan putus asa.
"Jyushimatsu! Jawab kakak! Jyushimatsu! " Air mata mengaburkan pandanganku. Aku sudah mencarinya selama 3 jam, dan ini sudah tengah malam!
"Karamatsu-kun, apa kamu mencari Jyushimatsu-kun? " Tanya seorang bibi tetangga yang kebetulan bangun ditengah malam.
"Iya bibi! Apa bibi melihatnya? "
"Aku melihatnya masuk ke dalam hutan tadi siang, kupikir ia bersamamu... Ah! Jangan menangis, akan kusuruh suamiku untuk membantumu mencarinya! Juga panggil polisi! Ini sudah terlalu malam untuk anak kecil berkeliaran, kamu pulang saja ya! " Ia menghapus air mataku yang percuma saja, aku masih tidak bisa menghilangkan rasa khawatirku yang teramat besar.
Aku diantar pulang oleh bibi dan disuruh untuk tidur. Bagaimana caranya aku tidur dengan keadaan adikku sedang menghilang?!
"Aku harus mencari Jyushimatsu! " Aku menyelinap keluar dan kembali mencari di dalam hutan. Sebisa mungkin aku menghindar dari orang-orang dewasa yang mungkin akan memulangkanku jika ketahuan.
'Jalan apa ini? Aku tidak pernah lewat sini... Tunggu! Itu kan jalan dimana kunang-kunang itu muncul! Mungkin saja Jyushimatsu ada disana! ' Aku memacu lajuku menuju arah yang ingin kutuju.
Ilalang dan kerikil beberapa kali membuatku hampir tersandung. Tapi hal itu tidak ingin kupikirkan, tujuan utamaku adalah Jyushimatsu, adikku!
"Jyushi—aaakh! " Aku terperosok ke dalam jurang, untung saja aku sempat berpegangan dengan akar pohon. "Hah-hah... Jyushimatsu... Aku... Datang... " Aku memanjat akar itu dan merangkak menuju tempat yang aman.
Setelah berhasil memanjat, aku memperhatikan seluruh tubuhku yang kotor dan tergores. "Dimana lagi aku harus mencarinya? " Kataku pelan. Saat mencoba melihat sekeliling, aku menemukan sekelebat tubuh manusia.
"Apa itu? " Aku memincingkan mataku, membuatnya terfokus pada apa yang ada di dalam jurang di bawah kakiku itu.
Pandangan buramku mulai menjelas. Terungkaplah apa yang tersembunyi disana. Terselip diantara bebatuan, dengan warna kuning yang ternoda debu dan... Darah...
"TIDAK MUNGKIN! JYU—"
Telapak tangan itu dengan lembut menutup mataku. Mengalihkanku dari apa yang tidak ingin kulihat. Kunang-kunang mengelilingi daerah sekitarku. Membuat segalanya terasa terang dan nyaman.
"Udah ketemu! Nii-tan tidak pellu mencali Juuciimaccu lagi! " Suara Jyushimatsu memenuhi otakku. Air mataku mulai mengalir lagi.
"Kenapa... Aku harus terlambat?... Gomen, Jyushimatsu.... Maafkan aku yang bodoh ini... Maaf... Maaf... "
Hanya kata itu yang kusesali. Kalau saja aku lebih cepat, kalau saja aku tidak memarahimu, kalau saja kita tidak terpisah...
"Juuciimaccu minta maap juga... Nii-tan jadi menangiss... Maap... Maapin Juuciimaccu... Ninggalin Nii-tan. Juuciimaccu tidak pelgi, Juuciimaccu tetep di camping Nii-tan. Celamanya! Inginnya celamanya! Boleh kan, Tolomaccu-cama? " Ia menoleh ke arah sampingku. Entah kepada siapa, aku pun tak tahu.
***
Penyesalanku tak akan lengkang oleh waktu. Setiap detik dalam hidupku, kulewati dengan penebusan dosa. Entah sampai kapan dosa yang bahkan tak kuketahui jumblahnya ini kutebus.
Bagaimana pun diriku, ia akan selalu di sampingku.
"Karamatsu-niisan, tadi aku lihat permainan baseball di negara sebelah! Ayo lihat bersama! " Dia berteriak dengan gembira, senyumnya tak pernah luntur. Aku pun juga harus ikut tersenyum bersamanya.
"Biaya naik kapal sangatlah besar, Jyushimatsu. Perlu beberapa hari pula untuk kemana pun yang kau maksud itu. " Kataku seraya memberinya permen yang baru saja kubeli.
"Heeeh? Ah! Aku bisa membawa Nii-san dengan sayapku dengan secepat kilat untuk kesana! Ayo kita pergi! HUSTLE! HUSTLE! MUSCULE! MUSCULE! LET'S GOOO!! "
"TU–TUNGGU DULU, JYUSHIMAAAAAATTSSU!!! "
Selamanya, ia akan tetap menjadi
my little angel.
End
Halo, SinSanSen kembali melanjutkan cerita ini (^ω^) hanya spin-off pendek tentang para pemeran utama di Fanfic ini! Semoga suka ya!
Disini akan ada 3 bagian cerita, dan ini yang pertama. Besok akan kuupdate bagian kedua, lalu lusa yang ketiga! Silahkan baca semuanya ya!
Jangan lupa vote dan komen supaya SinSanSen semakin semangat membuat cerita Osomatsu-san yang lainnya!
Arigatouu \(-ㅂ-)/ ♥ ♥ ♥
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top