Bagian: 5
Ichimatsu mengemasi barang-barangnya yang memang dari awal tak seberapa banyak. Tanaka-san telah berjanji untuk tidak mengatakan apa-apa tentang Ichimatsu. Ia hanya akan mengatakan bahwa Ichimatsu akan pergi dari gereja itu.
"Todoko-chan, kau baik-baik saja? Ada beberapa bajuku yang sudah lama tidak kupakai. Syal juga ada! Sekarang sudah musim dingin, kau harus tetap hangat. " Totoko memberikan tas berisi pakaian dan syal itu kepada Ichimatsu.
Ichimatsu tersenyum kecut. Tentu saja ia tak bisa memakai pakaian pemberian Totoko. Karena ia sudah bertekad untuk tidak berpura-pura menjadi wanita lagi. Mungkin kalau hanya syal, ia bisa memakainya.
"Terimakasih. " Katanya singkat. Ia membawa tasnya di punggung dan keluar dari tempat yang sudah ia anggap rumahnya selama dua tahun terakhir.
Kepala pendeta mengantar Ichimatsu sampai gerbang. Ia memberi sinyal untuk mendekat kepadanya.
"Ada apa, Kepala pendeta?" Tanya Ichimatsu pada Tanaka-san. Suara yang selama ini ditinggikan agar tidak ketahuan, sekarang terdengar lemah dan hampir berbisik.
"Ini uang yang tidak seberapa... Jadi tolong gunakan dengan bijak. " Kata pria tua itu. Ichimatsu bukannya menjawab, ia malah menangis lagi.
"Setelah apa yang kulakukan... " Kata Ichimatsu pelan.
"Setelah apa yang kau lakukan untuk mengabdi di gereja ini... Sebenarnya aku sayang untuk menyuruhmu pergi, namun apa boleh buat 'Nasi sudah menjadi bubur' " Kata Tanaka-san seraya mengelus kepala Ichimatsu. "Semoga kau sehat selalu. "
Ichimatsu mengangguk pelan. Ia melanjutkan perjalanannya yang entah kapan akan berakhir. Hampir semua orang di gereja mengantar kepergian Ichimatsu. Kecuali...
'Pendeta Karamatsu... Kau pasti benci padaku ya ' Pikir Ichimatsu dalam hati. Namun, ia sudah bertekad untuk tidak menoleh ke belakang.
(Sementara itu, di belakang gereja)
"Karamatsu-niisan, tidak mau mengantar teman kakak? " Tanya Jyushimatsu yang asyik membuat manusia salju dengan salju pertama tahun ini.
"... Tidak. Aku tidak sanggup melihat wajahnya lagi... " Kata pendeta itu. Hening kembali melanda, hanya suara gesekan saat membuat bola salju yang terdengar.
"... Nanti kakak menyesal lho! Sama seperti dulu. " Kata Jyushimatsu setelah keheningan panjang.
Karamatsu mengingat-ingat masa lalunya. Saat ia dan Jyushimatsu masih kecil. Ia marah besar pada adiknya, mereka bertengkar. Jyushimatsu yang kabur dari rumah tidak bisa ditemukan. Begitu sadar... Jyushimatsu sudah pergi meninggalkannya. Mempunyai sayap, dan tidak terlihat orang lain... Jyushimatsu telah menjadi malaikat kecil Karamatsu... Hingga sekarang...
"Jyushimatsu... Aku mungkin akan menyesal kembali... " Kata pendeta itu lemah. Ia seakan kehilangan semangat hidup begitu mengingat masa lalunya yang suram.
"Semua orang pantas untuk dimaafkan. Termasuk kakak... Dan teman kakak! " Kata Jyushimatsu ceria. Ia mengambil segenggam salju dan melemparnya ke udara.
Kegelapan dalam diri Karamatsu perlahan sirna. Hatinya kembali terbuka oleh kenyataan yang ada.
"Kau benar... Aku... Harus menemui Todo–maksudku Ichimatsu!" Pendeta itu bangkit dari duduknya. Ia berlari memasuki gereja dan membuka pintu untuk keluar gereja.
"Ichimatsu! " Teriaknya begitu berhasil keluar. Semua orang memandangnya aneh.
"Anda mencari siapa, pendeta Karamatsu? " Tanya Totoko pada Karamatsu.
"Todoko-san mana? Apa dia sudah pergi? " Tanyanya buru-buru.
"Tentu saja dia sudah pergi dari tadi. Sebenarnya apa yang anda pikirkan? Ini sudah hampir malam, pasti ia sudah sampai di kota terdekat. Nah, mari masuk dan makan malam. " Ajak Totoko bersama beberapa orang lainnya.
Karamatsu bingung harus melakukan apa. Ia lalu mengikuti semua orang untuk masuk.
Di kolam suci Choromatsu. Choromatsu dan Osomatsu masih berseteru.
"Apa-apaan tadi? Kau tidak lihat kalau Karamatsu sudah keterlaluan? " Kata Choromatsu pada iblis di sebelahnya.
"Dia sendiri yang memutuskan untuk terjatuh ke kegelapan. Ia harus melakukannya sendiri. Lagipula energi gelap adalah makananku, sudah lama aku tak makan yang lezat seperti itu... Disini terlalu suci. " Gumamnya dibagian akhir.
"Kau sendiri yang memutuskan tinggal. Lagipula... Ichimatsu adalah bayi yang kau kacaukan takdirnya waktu itu... Kau harus bertanggung jawab. " Kata Choromatsu dengan pandangan sayu.
"Hah?! Bagaimana caranya iblis sepertiku bertanggung jawab? Aku hanya bisa merayu manusia melakukan hal yang buruk. " Elak Osomatsu.
"Itu karena kau hanya membisikkan sesuatu yang busuk, bodoh! Cobalah membujuk Karamatsu untuk setidaknya merasa bersalah dan minta maaf pada Ichimatsu... Dan lagi, aku mau pergi dulu! Ku ajak juga Jyushimatsu! Kau jaga tempat ini! " Perintah dewa hijau itu.
"Kenapa kau memerintahku?! Oi! Choromatsu! Jyushimatsu! Jangan pergi! " Teriak Osomatsu yang tidak dihiraukan keduanya.
"Selamat jaga rumah~" Kata Jyushimatsu senang. Ia terbang dengan gembira di samping Choromatsu.
"Sial... Apa boleh buat... Hal ini hanya kulakukan untukmu lho, Choromatsu." Osomatsu tersenyum melihat mereka berdua yang semakin menjauh.
***
Ichimatsu merasa kakinya akan patah jika ia terus berjalan. Jaket tebal dan celana panjang sederhana sepertinya tidak cukup untuk menghalau dinginnya malam.
"Aku harus... Istirahat. " Katanya pada dirinya sendiri. Namun ia malah tersandung dan terjatuh di jalanan sepi itu. "Nafasku... Sesak... Uhuk-uhuk! Siapapun, tolong aku... "
Sekelebat bayangan mendekati Ichimatsu. Samar-samar penglihatannya menangkap sosok keduanya. Salah satunya segera memeluk Ichimatsu erat. Kemudian, ia kehilangan kesadaran.
"Choromatsu-sama! Kita berhasil menemukannya! Yeeaayy! Syukurlah belum terlambat! " Kata Jyushimatsu senang.
"Baguslah kalau begitu, mari kita mencari penginapan! " Perintah Choromatsu. Dengan sigap, Jyushimatsu menggendong Ichimatsu di punggungnya.
"LET'S GO! HUSTLE! HUSTLE! MUSCULE! MUSCULE! " Teriaknya semangat.
Setelah sampai di penginapan. Choromatsu yang dengan kuasanya menyamar sebagai manusia dan menempati salah satu kamar.
"Baiklah! Mulai sekarang kita akan tinggal disini... Sementara waktu saja sih... "
"Tinggal dengan Choromatsu-sama menyenangkan! Kalau mau uang tinggal 'Cling! Cling! ' dah muncul uangnya! Bahkan bisa jadi jutawan! Wahahahaha! " Kata Jyushimatsu yang langsung dibekap oleh Choromatsu.
"Ssstt—jangan katakan keras -keras! Aku ini dewa, tapi mana ada yang percaya! Bisa-bisa aku dikira praktek ilmu hitam kayak pengikutnya si iblis bodoh itu! " Katanya seraya merangkul Jyushimatsu.
"Aku mengerti! " Katanya seraya memakan permen aneka warna dari saku jaketnya. Itu pemberian Karamatsu kalau mau tau...
***
Keesokan harinya, Ichimatsu bangun dengan perasaan lega. Entah kenapa, sakit yang biasanya ia derita hilang tak bersisa.
"Tubuhku rasanya ringan dan sehat... Kenapa ya?... Uh? Ini dimana? " Katanya entah pada siapa. Kebetulan Jyushimatsu yang baru saja selesai olahraga pagi masuk ke kamar mereka.
"Selamat pagi, Ichimatsu-niisan! Awali pagi dengan semangat! Hustle! Hustle! Muscle! Muscle! " Teriaknya semangat.
"Apa kau yang menolongku? Terimakasih! " Kata Ichimatsu pada Jyushimatsu.
"Ya! Aku dan Choromatsu-sama—maksudku, Choro-niisan yang menolongmu! " Katanya dengan sedikit ralat.
"Begitukah? Bisa aku bertemu dengannya? " Tanya Ichimatsu pada Jyushimatsu.
"Tentu! Tapi sebelumnya, ayo jalan-jalan! " Jyushimatsu memakaikan syal dan jaket pada Ichimatsu dengan cepat. Tak sempat merespon, Ichimatsu hanya bisa pasrah saat ditarik oleh Jyushimatsu.
Tap-tap-tap!
Mereka berdua berlari keluar penginapan. Menerobos orang-orang yang baru akan memulai pagi.
"Selamat pagi! " Kata Jyushimatsu semangat pada orang-orang yang berlalu-lalang.
"Se-Selamat pagi! " Kata Ichimatsu gugup. Beberapa orang menjawab sapaan kedua pemuda itu dengan senyum di wajah mereka. Entah kenapa, aura bersinar Jyushimatsu membuat mereka semangat memulai hari. Tentu saja karena Jyushimatsu adalah seorang malaikat yang ceria.
Lari. Lari. Dan terus lari.
Ichimatsu tidak merasa sudah lelah seperti biasanya. Mungkin akhirnya tubuhnya menjadi kuat? Atau ini adalah belas kasihan dewa setelah kesulitan yang ia alami? Entahlah, Ichimatsu hanya ingin melakukannya selagi bisa.
"AHAHAHAHA! HUSTLE! HUSTLE! MUSCLE! MUSCLE! Ichimatsu-niisan juga teriak! " Ajak Jyushimatsu pada Ichimatsu.
"... Huuup! Hustle! Hustle! Muscle! Muscle! Ahahahaha! " Teriak Ichimatsu walaupun tak sekeras Jyushimatsu. Mereka saling sahut menyahut dengan riang. Mereka berdua berlari sampai bukit dimana salju telah menaburi seluruh permukaannya.
"BOEBAHH!! " Jyushimatsu melompat menuju tumpukan salju. Menggerak-gerakan tangannya, membentuk cetakan tubuhnya yang tak beraturan di atas salju. Ichimatsu juga ikut melakukannya, mereka berdua kemudian tertawa bersama.
Pagi itu, adalah pagi paling ajaib yang pernah Ichimatsu lewati.
***
"Kami pulaaangg~
Choroma—maksudku, Choro-niisan! Kami pulang~" Kata Jyushimatsu dengan sedikit ralat. Ichimatsu juga mengatakan hal yang sama.
"Kalian sudah datang? Ayo cepat, kita sarapan dulu. " Choromatsu telah menyiapkan sarapan sup hangat dan roti yang kelihatannya enak di atas meja.
"Choro-san, anoo terimakasih sudah menyelamatkanku kemarin! Aku berhutang nyawa padamu. Suatu saat pasti akan kubalas. " Ucap Ichimatsu seraya menunduk.
Choromatsu menatap dalam diam, sedetik kemudian ia tersenyum. "Tidak usah dipikirkan! Kita harus saling membantu, bukan?! " Balas Choromatsu kemudian. Ichimatsu tersenyum canggung, kemudian duduk mengikuti kedua orang dihadapannya.
"SELAMAT MAKAAAN!! " Jyushimatsu segera melahap sarapannya dengan cepat. Melihat Jyushimatsu yang makan belepotan, membuat Ichimatsu tidak tahan untuk membersihkannya. "Terimakasih! " Ucap Jyushimatsu pada Ichimatsu yang dibalas anggukan olehnya.
Choromatsu tersenyum dengan kejadian dihadapannya. Pikirannya kenudian melayang pada apa yang dilakukan oleh iblis itu selagi ia disini. Apa ia melakukan apa yang diperintahkannya?
"Choro-san, setelah sarapan. Aku ingin pergi keluar sebentar." Kata Ichimatsu yang langsung membuyarkan lamunan Choromatsu.
"Huh? Kenapa? " Tanyanya linglung.
"Aku ingin mencari pekerjaan. Sebenarnya aku baru saja diusir dari tempat tinggalku yang sebelumnya. Jadi aku ingin memulai kehidupan yang baru... Apa itu merepotkan? Aku akan tinggal di luar saja jika Choro-san keberatan. " Kata Ichimatsu tidak enak. Ia mengetahui perubahan raut Choromatsu yang seolah tidak percaya.
"Uh-huh? Tidak apa! Tentu saja kau boleh tinggal hingga mendapat uang yang banyak! Iya kan, Jyushimatsu. "
"Are? Aku senang kok jika Ichimatsu-niisan tinggal disini bersama kami! "
'Syukurlah, mereka berdua adalah orang yang baik. ' Pikir Ichimatsu dalam hati. Ia tersenyum tulus.
"Cantik! Kakak cantik sekali kalau tersenyum! " Kata Jyushimatsu tiba-tiba.
"Huh?! Aku tidak cantik! Ini pasti karena rambutku yang sudah lama tidak kupotong, nanti akan kupangkas sendiri. " Elak Ichimatsu atas pujian Jyushimatsu.
"Ahaha, kalau potong sendiri nanti tidak akan bagus. Biar kupotongkan. " Tawar Choromatsu.
"Benarkah? Terimakasih, Choro-san! "
***
Setelah sarapan dan potong rambut. Ichimatsu segera berpamitan untuk mencari pekerjaan. Tak lama, Ichimatsu mendapat pekerjaan di toko roti dekat penginapan (ini karena Choromatsu).
(Sedangkan, ditempat lain...)
Iblis itu menggoyang-goyangkan ekornya. Melayang di sekitar pendeta yang fokus dengan bukunya.
"Ayo pergi! Katanya mau minta maaf ke Ichimatsu! " Katanya untuk kesekian kalinya.
Karamatsu menghiraukannya. "Aku masih sibuk sekali, Osomatsu-sama. Tolong jangan ganggu aku. Kepala pendeta sedang tidak enak badan, jadi aku harus melakukan semua pekerjaannya. Ichimatsu memang penting, tapi sekarang aku masih sibuk. " Tolak Karamatsu lembut.
"Pupupu! Bohong! Kau sebenarnya malu bukan? Takut bukan? Ngaku! " Ejek Osomatsu pada Karamatsu.
"Mungkin... Itu juga. Tapi, untuk sekarang aku benar-benar sibuk. Berapa halaman lagi yang harus kubaca untuk pidato besok pagi? Berapa lama aku harus membaca buku ini? Apa koordinasi acara untuk minggu ini sudah benar?! Ah! Ada kesalahan disini! Totoko-chan! Ada yang salah! Tolong perbaiki dan atur yang lain juga ya! Aduuh, yang ini juga! Ini juga—"
"Sepertinya kau memang sibuk sekali yak? Baiklah, menunggu sedikit lagi tak masalah bukan?! " Gumam Osomatsu yang terdengar oleh telinga Karamatsu.
"Syukurlah kalau Osomatsu-sama mengerti. Main di luar sana! Jangan ganggu aku. " Katanya tiba-tiba ketus.
"Heeh?! Kenapa kau tiba-tiba berubah? Heeh?! " Teriak iblis itu kaget.
***
Beberapa hari kemudian, Ichimatsu telah mendapat gaji pertamanya. Ia sangat senang akan hal itu. Meskipun ia bekerja hingga larut malam sekalipun, ia tak merasa kelelahan. Ia sangat sehat!
"Jyushimatsu! Choro-san! Aku telah mendapat gajiku! " Kata Ichimatsu senang. Kedua orang nganggur tapi kaya itu ikut gembira dengan berita dari Ichimatsu.
"Dengan uang ini aku bisa membayar uang penginapan atau setidaknya membeli gubuk yang murah. Aku tidak ingin merepotkan kalian terus. " Kata Ichimatsu yang langsung membuat Jyushimatsu terkejut.
"..." Jyushimatsu memegangi kemeja Ichimatsu. Ichimatsu menatap bingung kepadanya.
"...ma lagi. "
"Ah, apa? " Tanya Ichimatsu.
"Tinggallah bersamaku sedikit lama lagi! Kumohon! " Katanya berkaca-kaca. Ichimatsu merasa heran, bukannya ia akan merepotkan?
"Tapi—"
"Tinggallah lebih lama. Gunakan uangmu untuk beramal atau membeli baju yang kau suka. " Sela Choromatsu.
"Um, baiklah. Aku ingin mengirim uang ini ke gereja tempatku dulu tinggal. Itu tidak apa kan? " Kata Ichimatsu seraya tersenyum lembut. Ia mengingat salah satu kenangan masa lalunya dengan Karamatsu.
"Pilihan yang bijak. "
***
"Nah, mari pergi beli roti di kota! " Ajak Osomatsu pada Karamatsu. Pendeta itu telah menyelesaikan minggu melelahkannya dengan baik walau kacau pada awalnya.
"Kenapa harus ke kota? Kan di dapur ada. " Kata Karamatsu polos.
"Ya kali aja ketemu sama Ichi. Bisa sekalian minta maaf bukan? Dan lagi, hari ini ada festival! Kita harus datang tahu! " Kata Osomatsu semangat. Karamatsu berpikir sebentar, namun pada akhirnya mengiyakan ajakan iblis itu (ke festival).
Sesampainya di kota. Karamatsu diseret Osomatsu yang telah menyamar sebagai manusia menuju toko roti yang ia bicarakan sejak tadi.
Toko itu dipadati oleh lautan manusia yang ingin membeli roti yang terkenal enak itu.
"Wah! Bukannya itu Ichi?! " Teriak Osomatsu (pura-pura) kaget. Karamatsu langsung mencoba melewati lautan manusia itu untuk bertemu dengan pemuda yang membuatnya resah selama beberapa hari ini.
"Ichi-kun, tolong bawa loyang roti dari oven! " Perintah wanita tua penjual roti itu. Ichimatsu dengan sigap melaksanakannya. Mereka berdua amat sibuk dengan banyaknya pengunjung yang datang.
Saat kembali ke depan. Ichimatsu langsung menangkap sesosok pria berpakaian gelap bermanik aquamarine menatapnya.
"Pendeta Karamatsu..." Gumamnya tanpa sadar.
"Ichimatsu... Aku, ingin bicara denganmu! Kumohon, sebentar saja. " Minta Karamatsu padanya.
"Tapi—"
"Biar kami yang menggantikanmu! " Kata Jyushimatsu riang. Choromatsu dan Osomatsu tersenyum kepada keduanya.
"Terimakasih! " Ucap Karamatsu dan Ichimatsu bersamaan. Setelah pamit kepada bibi penjual roti itu. Mereka akhirnya diijinkan pergi.
"Kalau begitu—"
"Ichimatsu-niisan... Sampai jumpa! Bersenang-senanglah! " Katanya berteriak. Senyum lebar terpantri di wajahnya yang senantiasa bersinar.
"Ya! " Balas Karamatsu.
Kedua insan itu mulai menghilang dibalik keramaian. Cukup lama, hingga pada akhirnya senyum lebar itu perlahan luntur—digantikan oleh buliran air mata.
"Hiks-hiks... Huwaaaaaahhh!!! " Jyushimatsu menangis meraung-raung. Choromatsu menenangkan malaikat kecilnya yang sudah ia anggap adiknya sendiri. Jadilah Osomatsu sendiri yang sibuk melayani pembeli.
"Nee, bisa bantu aku sebentar?! " Mohonnya dengan sangat.
***
Lampion-lampion menerangi seluruh kota. Penjual makanan berteriak menjajahkan jualannya pada para pembeli. Teriakan senang anak-anak kecil yang berlarian tampak seperti suara malaikat. Disalah satu bangku taman yang cukup jauh dari keramaian, Karamatsu dan Ichimatsu mengobrol santai.
"Bagaimana kabarmu? " Tanya Karamatsu pada Ichimatsu.
"Aku tak pernah merasa sesehat ini. Aku sangat senang bisa berlari-lari bersama Jyushimatsu. Bagaimana dengan gereja? Totoko-chan? Kepala pendeta... Dan dirimu? "
Karamatsu tersenyum menenangkan. Sangat jauh berbeda dari saat terakhir kali mereka bertemu. "Totoko-chan baik, gereja juga masih kokoh seperti biasanya... Kepala pendeta kemarin sakit, tapi sekarang sudah lebih baik. Lalu... Aku... Sedang banyak pikiran. " Jelas Karamatsu.
"Pikiran? Apa itu? "
"Pikiran... Apa aku bisa dimaafkan olehmu. Aku sadar kalau aku terlalu jauh. Aku membuatmu semakin terluka, padahal kau sudah mendapat banyak luka. Ichimatsu... Aku minta maaf. " Kata Karamatsu dengan mata berkaca-kaca.
Ichimatsu memegangi kedua pipi yang dingin. " Aku sudah memaafkanmu sejak lama. Dendam tiada gunanya bagiku, terutama terhadapmu. "
Karamatsu meneteskan air matanya yang langsung dihapus oleh Ichimatsu.
"Pendeta Karamatsu—"
"Hari ini kau boleh memanggilku Karamatsu... " Sela Karamatsu. Ia balas menggenggam tangan pucat berlapis sarung tangan hangat itu pelan.
"Baiklah... Karamatsu, sebenarnya... Ada hal yang sejak dulu ingin kukatakan padamu... Mungkin ini terdengar menjijikan, tapi—" Ichimatsu mulai sulit berkata-kata. Lidahnya terasa kelu—ia ragu.
"Aku juga... Ingin mengatakan sesuatu padamu. " Mata mereka bersirobok. Enggan menoleh ke yang lain.
Lampion-lampion mulai padam tertiup angin. Keramaian festival bagai teredam oleh pendengaran mereka. Dari jauh, Osomatsu, Choromatsu, dan Jyushimatsu yang masih sesengukan memperhatikan keduanya.
"Mungkin ini tidak pantas... Tapi aku tidak dapat membohongi perasaanku. Ichimatsu, sejak awal bertemu... Meskipun aku mengetahui rahasiamu ini... Perasaanku seakan-akan tak pernah berubah... Aku... " Jantung Karamatsu berdetak begitu kencang. Wajahnya memerah padam. Ichimatsu memandang sayu.
"Aku... Menyukaimu... " Katanya pada akhirnya. Ichimatsu sesaat membelalakkan matanya. Tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Karamatsu.
"Benarkah? " Bisiknya pelan. Maniknya berkaca-kaca. "Aku juga... Menyukaimu... Kara...matsu... " Ichimatsu memeluk Karamatsu erat.
Kebahagiaan mengalir dalam diri Karamatsu... Setidaknya... Sampai pelukan itu melemah. "Ichimatsu? "
Ia pada awalnya mengira Ichimatsu hanya tertidur. Ia masih menpertahankan senyumnya seraya menguncang-guncang pelan tubuh Ichimatsu. "Ichi...? Bangunlah... "
"Hidup manusia itu... Sudah tercatat. "
Gumam Osomatsu lemah.
"Manusia sekalipun, tidak akan bisa merubahnya. " Sambung Choromatsu.
"Oleh karena itu... Jangan sia-siakan waktu dengan orang yang kita sayang... Hiks! " Jyushimatsu masih berusaha menghentikan air mata yang kembali mengalir.
"...sudah saatnya aku pergi... "
Karamatsu berusaha sebaik mungkin membangunkan Ichimatsu. Namun tak ada respon apapun. Tubuhnya semakin mendingin. "Ichimatsu... Ini bercanda, bukan? " Air mata mengalir tanpa sadar. Menjatuhi pipi pucat dengan senyum lembut diwajah Ichimatsu.
"Nee, bangunlah... Aku masih... Ingin mengatakan banyak hal padamu... " Karamatsu mulai kehilangan senyumnya. Ketiga orang yang sejak tadi memperhatikan dari jauh mulai mendekat. Senyum Karamatsu sepenuhnya hilang saat lampion terakhir padam—digantikan sepenuhnya oleh rasa sedih tak terkira.
"Karamatsu... "
"Karamastu... "
"Karamatsu-niisan."
Panggil ketiganya bersamaan.
Karamatsu mendongak menghadap ketiganya dengan air mata mengalir deras.
"Ichimatsu sudah pergi. "
Hari itu, adalah hari terakhir bagi kehidupan Ichimatsu Matsuno. Telah tertulis di buku yang telah dicoret-coret Osomatsu sejak awal. Bahwa ia akan meninggal saat umurnya genap 20 tahun, dan itu adalah malam ini. Meskipun Choromatsu telah menghilangkan penyakit Ichimatsu beberapa hari yang lalu, kematiannya tidak bisa ia hindari. Setidaknya, ia ingin Ichimatsu bersenang-senang sebelum ajalnya. Dengan melakukan apapun yang ia sebelumnya tidak bisa lakukan. Berlari, bekerja sepenuh hati, dan mengejar cintanya... Itulah harapan Ichimatsu.
"Hiks-hiks... Ichimatsu... Maafkan aku... Seandainya aku lebih cepat sadar... Seandainya aku bersamamu lebih cepat... " Hanya tangisan Karamatsu yang mengisi akhir dari festival itu.
The End.
Halo... Ini bagian terakhir... Ya...
Besok sudah tidak ada update berkala lagi... Terimakasih atas kehadirannya, vote, dan komennya selama lima hari ini...
Akhirnya nyesek :")
(dahal dia sendiri yg nulis) lain kali (klo ada permintaan) saya bakal buat happy ending buat Ichi dan Kara^o^ mungkin bakal ada bonus pendek dari cerita ini... Tergantung vote kalian ya!
Saya gak minta muluk-muluk, cukup 5 vote di chapter ini!
Bukan secepatnya sih, soalnya aku belum buat, tapi dah ada di kepala.
Kalau begitu, untuk yang terakhir!
Vote dan komen! Kritik dan saran juga boleh!
Arigatou, senpai-tachi!
\(-ㅂ-)/ ♥ ♥ ♥
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top