Bagian: 3
Pada awalnya, Ichimatsu amat tidak nyaman dengan kebohongan yang ia lakukan tehadap dewa. Saat semua orang tertidur di kamar masing-masing, ia akan menyelinap keluar untuk meminta maaf kepada dewa seraya menangis. Itu seperti hari ini juga.
"..." Setelah selesai menyapu bersama beberapa biarawati lainnya, ia segera masuk ke dalam kamarnya kemudian berpura-pura tidur. Pukul dua belas malam, ia akan menyelinap keluar.
"Maafkan aku, Choromatsu-sama. Diriku layak mendapat karma, tapi kumohon... Jangan sakiti mereka yang kusayangi. Sekalipun nafas ini telah berhenti berhembus dan darah dalam tubuh ini kering keronta, janganlah sampai orang lain mengetahui bahwa aku hanya seorang pembohong... Berpura-pura menjadi wanita... dosa apa yang telah kulakukan selama ini? Aku tidak pantas dimaafkan meskipun setiap hari diriku bersimpuh disini... Tapi, apa yang bisa kulakukan selain ini? Uh, hiks-hiks... Maafkan aku, Choromatsu-sama... " Isak tangis samar-samar menggema di ruangan besar itu.
"Kenapa ia bisa begitu tersiksa? Siapa yang tega membiarkannya jatuh dalam neraka dunia ini? " Kata Osomatsu kesal. Choromatsu mendecakkan lidahnya.
"Yang kau sebut neraka dunia adalah tempat suciku omong-omong. Kau sendiri yang memutuskan tinggal di sini... Kau benar, siapa yang melakukan hal ini? Takdir? Sungguh tidak beruntung... " Choromatsu menatap iba.
"Buku... Apa yang tertulis dibukunya? Siapa namanya? Todoko? Namanya tidak cocok untuk sifatnya. "
"Aku tidak pernah melihat buku lagi. Kau selalu mencoret-coret nasib manusia tidak berdosa! " Kesal Choromatsu pada Osomatsu.
"Huh? Omong-omong... Kapan itu? "
"Sekitar 18 tahun yang lalu... "
"..."
"..."
"JANGAN-JANGAN! " ucap mereka bersamaan. Choromatsu membuka buku yang selama ini ia simpan.
"Hooh, bukan... Namanya Ichimatsu, bukannya Todoko! Pastinya bukan biarawati ini! Ahahahaha! " Ucap Osomatsu lega. Choromatsu juga ikut tertawa.
"..."
"..."
Tanpa berkata-kata, mereka mencari lembaran milik Todoko. Mereka terpaku pada apa yang mereka baca.
Todoko Matsuno
Perempuan yang ceria sejak lahir. Anak kedua keluarga Matsuno. Lahir dengan keberuntungan tinggi, licik dan selalu bisa keluar dari masalah dengan sifat manjanya. Disukai banyak orang bodoh.
Mereka berdua melirik Ichimatsu yang masih bersimpuh di tempatnya. Kemudian lanjut membaca buku.
Kakaknya menggantikan dirinya untuk menjadi biarawati. Kemudian ia bertemu dengan lelaki tampan yang mencintainya, kemudian mereka menikah. Syalalala~ akhir bahagia untuk Todoko (•ω<)~♡ kakaknya tak pernah bertemu dengannya lagi setelah itu.
Selesai.
"WAIT THE MINUTE?! APA-APAAN BUKU INI? BUKU HARIAN KAH? MENYEBALKAN SEKALI!!!" teriak Choromatsu tiba-tiba. Ia membanting buku itu kemudian mencekik iblis di sebelahnya. "LAGIPULA APAAN ISINYA ITU? SIAPAPUN YANG MEMBACANYA PASTI AKAN KESAL! DIA BENAR-BENAR SEPERTI DILAHIRKAN UNTUK MENJADI JAHAT! DUNIA INI SUDAH HANCUR KARENA MEMBIARKAN ORANG SEPERTI DIA HIDUP BAHAGIA! " Semburnya marah.
"... Give up! Give up! Give up!..." Gumam iblis itu sebelum kesadarannya ditarik.
"Eh? Osomatsu? Bangun... '-') kok malah pingsan? " Kata Choromatsu bingung. Ia meletakkan Osomatsu di lantai. "Selagi seperti ini, kuhancur leburkan saja dia! " Pikirnya tiba-tiba.
"..." Ia tak melakukan apapun.
.
.
.
.
.
.
"Mungkin besok... " Katanya seraya berlalu. Dewa itu beranjak pergi menuju danau sucinya yang terletak di belakang gereja. Sekelebat bayangan di balik pilar tertangkap manik emerald itu. "Hooh, manusia semakin menarik saja... "
***
Ichimatsu keluar dari gereja dengan membawa sekeranjang seprai untuk dijemur. Matahari bersinar cukup terik, cuaca yang cocok untuk menjemur.
"Hup! " Biarawati itu menaruh keranjang dan mulai menjemur isinya. Dari jauh—tanpa ia sadari, ada seseorang yang tengah memperhatikannya.
"Selamat pagi, Todoko-san. Ada yang bisa kubantu? " Tawar seorang pendeta muda.
"Pe-Pendeta Karamatsu... Tidak perlu, bisa kulakukan sendiri... " Kata Ichimatsu pelan. Ia masih belum terbiasa dipanggil Todoko oleh orang lain... Ya tentu saja karena ia bukan Todoko adiknya itu.
Ichimatsu menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat, kemudian berlari masuk. Karamatsu terheran-heran, ada apa dengan biarawati baru ini? Padahal ia telah bergabung dengan gereja ini seminggu yang lalu, tapi kenapa... Seperti ada sesuatu yang membuatnya makin menjauh...
"Todoko-chan! Kau lihat pendeta Karamatsu? " Tanya salah satu biarawati lainnya yang bernama Yowai Totoko. "Aku harus sering bertemu dengannya agar aku bisa berpacaran dengannya! Satu-satunya alasanku tinggal disini adalah pendeta Karamatsu! " Ujarnya blak-blakan, yah bukan berarti Ichimatsu tipe yang suka membocorkan rahasia sih...
"Di depan... " Ucap Ichimatsu pelan.
"Baiklah, terimakasih~" Gadis itu berlalu pergi.
Ichimatsu membersihkan gereja yang tak akan pernah lepas dari debu menumpuk itu. Setelah dirasa bebas dari debu, Ichimatsu hendak menaiki tangga untuk beristirahat di kamar.
'Kepalaku... Pusing sekali, sepertinya aku berlebihan... ' Ia mencengkram pegangan tangga dengan erat.
"Apa kau sedang sakit? " Tanya seseorang tiba-tiba. Ichimatsu yang terkejut sontak melepaskan pegangannya, rasa pusing menghilangkan keseimbangannya.
"Ah! "
"Oh, tidak!——" Karamatsu meraih biarawati yang tidak sengaja ia kagetkan itu. Memeluknya erat, melindunginya dari benturan.
Brak!!!
Mereka berdua terjatuh dari tangga. Suara keras itu membuat seisi gereja terkejut.
"Ada apa ini?!"
"Ada yang jatuh!! "
"Kyaa! Pendeta Karamatsu! "
"Todoko-chan?! "
Teriak beberapa orang kaget. Karamatsu menggerang kesakitan, ia masih menahan Ichimatsu dipelukannya.
"Kau tidak apa, Todoko-san?!" Tanyanya khawatir, kepalanya mengeluarkan darah. Ichimatsu syok dan merasa bersalah.
"Pe-Pendeta Karamatsu! Kepala anda berdarah! " Ichimatsu mengambil sapu tangan bersih dan menahan darah yang keluar dari kepala pendeta muda itu. "Ba-Bagaimana ini? Ah! Tolong ambilkan kotak obat! "
Totoko langsung mengambil kotak obat dan memberikannya pada Ichimatsu.
"Kurasa ini tidak cukup... Anda harus ke rumah sakit... Uuh, bagaimana ini? Ini salahku... " Matanya berkaca-kaca. Karamatsu jadi salah tingkah.
"Bu-Bukan, ini salahku mengagetkanmu seperti itu! Aku tidak apa, tenang saja Todoko-san! " Kata Karamatsu menenangkan. Ichimatsu masih menahan air matanya yang hendak berjatuhan.
"A-Aku akan segera sembuh kok! Tenang saja, aku kan ku—"
Bruk!
Pendeta sok keren itu pingsan seketika. Ichimatsu semakin panik, pendeta-pendeta lain juga panik.
"Pa-Panggil dokter! "
***
Karamatsu membuka matanya pelan. Dunia serasa berputar sejenak sebelum fokusnya kembali.
"Uh? Dimana ini? " Tanyanya entah kepada siapa.
"Pendeta Karanatsu, syukurlah anda sudah bangun. Saya dokter yang dipanggil oleh gereja untuk mengobati anda. Satou-desu. " Kata dokter itu sopan.
"Ah, terimakasih sudah mengobatiku. Jujur saja kepalaku masih terasa berputar. " Canda Karamatsu pada dokter di sampingnya itu.
"Ho-Ho, anda akan lebih baik jika tidur sebentar lagi. "
Cklek!
"Dokter, saya membawakan pakaian dan lap basah. " Ichimatsu masuk ke dalam ruangan itu.
Karamatsu baru sadar bahwa bajunya telah dibuka, tersisa celana panjang di tubuhnya. "Eeeh?! " Ia menutup tubuhnya. Ichimatsu dan pak dokter menatap bingung.
"Ada apa? " Tanya Ichimatsu.
"Oh, ti-tidak juga... Kepalaku masih terasa berputar, ha-ha-ha. " Tawanya canggung. Entah kenapa ia malu sendiri, padahal Todoko (Ichimatsu) merasa biasa saja melihatnya setengah telanjang.
"Pendeta Karamatsu, silahkan pakai kemeja ini dulu. Pakaianmu terkena darah tadi. " Ichimatsu menyerahkan kemeja putih itu kepada Karamastu.
"Terimakasih. "
"Apa... Masih pusing? " Ichimatsu bertanya dengan khawatir, ia yakin Karamatsu terbentur cukup keras karena melindunginya.
"Sekarang tidak kok, terimakasih. " Katanya menenangkan.
"Kalau begitu... Aku permisi—"
"Tunggu! " Karamatsu memegang lengan Ichimatsu yang hendak pergi.
"Kakimu... Sepertinya terkilir, aku benar bukan? " Ia menatap tajam Ichimatsu.
"Aku... Tidak merasakannya tadi... " Kata Ichimatsu beralasan.
"Kalau begitu, nona Todoko silahkan duduk di kasur pendeta Karamatsu. Akan langsung saya obati. " Pak dokter mendorong Ichimatsu yang kelihatan enggan duduk.
"Uhk! "
"Tahan sebentar ya, nona. Akan lebih sakit jika tidak dieratkan perbannya... Nah, lebih baik bukan? " Tanya dokter itu. Ichimatsu mengangguk pelan.
"Terimakasih dokter, mari kuantar. "
Pak dokter mengangguk. "Kalau begitu, kami permisi terlebih dahulu pendeta Karamatsu." Pintu kamar ditutup bersamaan dengan perginya kedua orang berbeda umur itu.
"Todoko-san... " Gumam Karamatsu pelan.
"Halo-halo~ gimana keadaanmu? Sejujurnya aku terkejut sekali lho saat kau jatuh tadi! Suaranya keras sekali!" Osomatsu menampakkan wujudnya di hadapan pendeta muda.
"Kau iblis jahanam! Mau apa kau menampakkan dirimu disini?! " Teriak Karamastu. Ia memang sangat membenci iblis yang entah bagaimana masuk ke dalam gereja.
"Sudah-sudah~ percuma saja kau memarahinya. Ia akan selalu kembali lagi kesini. Karena kau sedang sakit dan tidak bisa membaca mantra suci, ia akan kubawa sekarang. " Choromatsu menampakkam diri juga.
Karamatsu memang spesial. Ia dapat melihat hal-hal yang tak dapat dilihat manusia lain. Itu karena kekuatannya yang melimpah.
"Ah, Choromatsu-sama... Terimakasih atas pengertiannya. " Ucap Karamatsu sopan.
"Kuberi satu nasehat... Beranilah, apapun yang ingin kau lakukan... Jangan menyerah karena hal sepele. Jika kau ingin mengetahui kebenarannya. " Bagian akhir diucapkan amat pelan. Karamatsu membenarkan posisi tidurnya.
"Akan kuhilangkan rasa sakitmu. Semoga cepat sembuh. " Choromatsu menyentuh kepala Karamatsu. Rasa sakit seketika hilang dari kepala pendeta muda itu.
"Saya merasa lebih baik. "
***
Ichimatsu menyelesaikan pekerjaannya dan beranjak ke kamarnya. Ia beristirahat di kamarnya sebentar.
"Uhuk-uhuk... Haah, rasanya lelah sekali... Aku sampai merepotkan pendeta Karamatsu... Dimanapun, aku selalu menjadi beban. " Tanpa sadar, kedua pipinya yang pucat bersemu.
"Lain kali... Aku harus membalasnya." Katanya sebelum terlelap.
Keesokan paginya...
Ichimatsu membuka matanya pelan. Sepertinya ia terlelap cukup lama, ia bahkan tidak berdoa ditengah malam seperti biasanya.
"Jam berapa sekarang? " Tanyanya pada dirinya sendiri. Ia menoleh melihat jam besar di pojok ruangan. Ia membelalakan matanya terkejut. "Sudah jam sembilan lebih?! " Teriaknya kaget, ia cepat-cepat bangkit dari ranjangnya—namun kembali jatuh.
"Haah... Haah... Lemas... Sepertinya aku demam. Tapi, aku harus melakukan pekerjaanku... Aku laki-laki... Harus kuat! " Ichimatsu mencoba bangkit lagi. "Kyaa! "Namun ia malah terjatuh ke lantai kamarnya.
Bruak!
"Todoko-san, aku mendengar suara jatuh! " Karamatsu menerobos masuk kamar Ichimatsu. Padahal Ichimatsu yakin ia selalu mengunci pintu!
"Ba-Bagaimana bisa?! " Kata Ichimatsu kaget.
"Aku mendorongnya terlalu kuat—lupakan saja, mari ku bantu berdiri. " Karamatsu membantu Ichimatsu kembali ke ranjangnya. Ichimatsu merasa malu, ia hanya memakai piyama dan itu tidak sopan ditunjukkan kepada pendeta hebat seperti Karamatsu. "Sepertinya kau sakit, akan kupanggilkan biarawati lainnya untuk merawatmu. Aku akan mengambilkan bubur hangat dan obat. " Karamatsu beranjak pergi sebelum Ichimatsu bisa mengatakan apapun.
Tak berapa lama Karamatsu pergi, Totoko masuk dengan hebohnya.
"Todoko-chan, katanya kau sakit? Ya ampun, aku sudah membawakan handuk dan air hangat untukmu! Sebentar lagi juga pendeta Karamatsu akan membawa buburmu. " Katanya heboh.
"Terimakasih, aku sudah tidak apa kok. Kuyakin kamu sangat sibuk hari ini. " Ichimatsu sebenarnya tidak ingin terlalu dekat dengan biarawati lainnya, ya karena ia takut penyamarannya akan ketahuan. Perempuan itu... Terkadang bisa sangat menyeramkan.
"Ahahaha! Tidak perlu sungkan! Cepat sembuh ya! " Totoko keluar dari kamar Ichimatsu. Tak berapa lama, Karamatsu kembali masuk.
"Makanlah! " Ichimatsu menatap lama sekali.
'Kenapa... Dia bisa sebaik ini? Padahal aku... Sangat merepotkan!'
" Maafkan aku... " Ichimatsu menutup wajahnya dengan selimut.
'Bagaimana bisa aku seberdosa ini?! Aku hanya ingin bertobat, bukannya terjerumus dalam cinta yang menyakitkan ini! '
"Todoko-san? Apa kau menangis? " Karamatsu sangat kebingungan. Ia tak pandai menghibur seorang gadis yang menangis—pikirnya.
"Aku... Baik-baik saja... "
'Aku tidak baik-baik saja...'
Bersambung...
Hola, minna-san (•ω•)/
Cerita ini berlanjut lagi, hehehe! Semoga suka ya~
Hari ini kulumayan sibuk sebenarnya :v sampai-sampai saya lupa mau publish hari ini :b
Di cerita ini... Sekali-kali Totoko jadi orang baik tak apa kan? :3
Hm... Gak ada lagi yang harus dibicarakan ( ̄. ̄) yaudah deh!
Jangan lupa vote, komennya ya! Agar saya semakin semangat untuk menulis fanfic Osomatsu-san lainnya! Share juga ke teman-teman yang suka dengan Osomatsu-san ya!
Arigatou, senpai-tachi!
\(-ㅂ-)/ ♥ ♥ ♥
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top