Bagian: 6

Karamatsu memperhatikan lekat-lekat wajah tertidur Ichimatsu. Wajah polos dan sekaligus indah baginya, mengapa ia sangat berbeda jika ia bangun? Karamatsu tau bahwa Ichimatsu amat membencinya, tapi mengapa? Apa pernikahan mereka memanglah sebuah keterpaksaan?

"Kupikir bisa membuatmu mulai menyukaiku begitu kita menikah... Apa aku terlalu naif? " Katanya pelan. Choromatsu kemudian membuka pintu kamar.

"Tuanku, saya telah mengambilkan obat atas saran dokter. Apakah Ichimatsu-sama masih belum sadar? " Tanyanya pada Karamatsu.

"Ah, itu taruh saja disini. Aku akan memberikannya kepada Ichi begitu ia sadar. " Karamatsu mengalihkan pandangannya kepada Choromatsu.

".... Maafkan aku, tuanku. Tapi, ada beberapa urusan yang wajib anda lakukan... Saya tahu bahwa anda mengkhawatirkan Yang mulia Ichimatsu, tapi... Urusan negara... Dan lagi... " Choromatsu merasa tidak enak kepada Karamatsu. Karamatsu yang peka langsung saja tersenyum maklum.

"Aku akan pergi, Choromatsu. Kau tidak perlu sungkan. Melaksanakan tugas negara jugalah kewajiban seorang Raja. Ichi—" Karamatsu menoleh ke arah Ichi. "–Aku pergi dulu."

Karamatsu meninggalkan ruangan. Choromatsu masih harus mengawasi Ichi. Tak berapa lama, Ichi membuka matanya.

"Duh, kepalaku sakit. " Ichi menggerang kesakitan, ia memaksakan diri untuk duduk. Choromatsu langsung membantunya.

"Saya akan membawakan apapun, anda bisa meminta kepada saya, Ichimatsu-sama. " Choromatsu mengatakan seraya tersenyum lembut. Ichimatsu mulai merasa bahwa Choromatsu bukanlah orang yang jahat seperti yang ia kira sebelumnya.

"Aku... Selalu minum susu hangat... Ketika sakit, atau sedih... Bisa kau ambilkan? " Mohon Ichimatsu. Choromatsu masih nampak sedikit terkejut. Sepertinya salah satu rahasia kecil tuannya ini telah ia ketahui. Apa itu artinya rasa kepercayaan Ichimatsu terhadap Choromatsu sudah meningkat sedikit?

"Yang mulia... Saya merasa bersalah... Atas perjumpaan pertama hamba terhadap anda. Saya sudah berlaku tidak sopan terhadap keluarga anda. Saya berhak diberi hukuman. " Choromatsu berlutut di samping Ichimatsu.

Ichimatsu berpikir sebentar. "Aku... Sudah mulai melupakannya. Mungkin memang sudah takdirku untuk menjadi bidak. Aku tidak peduli. " Katanya dingin. Hati Choromatsu merasa tertohok. Mulai awal, niatnya memanglah mencari seorang Ratu yang akan menjadi bidak terkuat di pertarungan Chess. Tak ada penyangkalan, tak ada pembelaan diri. Kenyataannya sudah berada dalam genggaman Ichimatsu.

"Saya permisi."

***

Karamatsu berkumpul bersama beberapa tetua. Mereka sedang berdiskusi tentang peperangan yang akan terjadi tiga hari lagi. Yah, persiapan telah dilakukan beberapa hari yang lalu. Sebelum pernikahannya dengan Ichimatsu.

"Aku telah memutuskan strateginya. Ada tambahan? " Kata Karamatsu pada yang lainnya.

"Hohoho, dengan adanya Yang mulia ratu, kekuatan kerajaan kita akan mengungguli kerajaan Yowai. " Salah seorang yang berada disana memberikan komentar.

"Apa dia benar-benar sekuat yang diceritakan? Ini menyangkut masa depan kerajaan Matsu! Jangan sampai kita salah langkah! " Yang lain tampak kurang setuju.
"Yang mulia dan Choromatsu-sama sendiri yang memilih beliau. Saya hanya bisa mendoakan yang terbaik. Lagipula tadi siang saya melihat Yang mulia ratu berlatih dengan ksatria Osomatsu. Pastilah beliau lumayan pandai! " Perseteruan yang terjadi tidak menarik perhatian Karamatsu. Di dalam pikirannya hanya ada bayangan Ichimatsu.

"Apa... Ratu memanglah hanya sebagai senjata di mata kalian? " Katanya tiba-tiba. Serempak empat orang di dalam ruangan itu termenung sesaat.

"Kalau anda meminta selir, itu bisa segera dikabulkan, Yang mulia. Istana bagian barat adalah istana khusus para selir. Beberapa selir raja sebelumnya menempati tempat itu, mereka bisa memberikan pelatihan pada selir-selir anda. " Kata salah satu orang disana.

"Menikah... Dengan orang lain? Kupikir pernikahan hanya terjadi satu kali. Ichimatsu adalah Ratuku... " Karamatsu membuat semua orang tertegun. Salah satu dari tetua itu sedikit tertelan emosi.

"Maafkan kelancangan saya, Yang mulia. Tapi untuk keturunan anda, Ichimatsu-sama tidaklah bisa memberikannya! Beliau hanyalah bi——"

"Mungkin pembicaraan ini terlalu awal untuk Yang mulia Karamatsu. Baru beberapa tahun Yang mulia naik tahta. Masih banyak hal yang perlu beliau pelajari. Kita sebagai tetualah yang harus membimbingnya ke jalan yang benar. " Tetua paling senior menyela dengan bijak.

Mereka memutuskan menyelesaikan rapat, dan segera membubarkan diri untuk persiapan perang. Di luar, Choromatsu telah menunggu Karamatsu.

"Jahat sekali... "
"Ini bukan salahmu, Choromatsu. "
"Tidak, Yang mulia. Saya jelas memanfaatkan Yang mulia ratu, menjadikannya bidak. Yang mulia ratu sendiri... Sudah mengetahuinya sejak awal. Saya mengharapkan sebuah hukuman. "

Karamatsu menatap tajam Choromatsu. Suasana hening, dan dingin terjadi antara keduanya.

"Bekerjalah lebih keras. Jadilah ujung tombak kerajaan ini. Maka aku akan memaafkanmu. Aku tidak suka menghukum adikku sendiri. " Katanya seraya berlalu. Choromatsu menunduk hormat.

"Seperti yang anda perintahkan. "

***

Beberapa hari telah berlalu. Ichimatsu sedang mempersiapkan diri untuk berperang. Ia di bantu oleh Yanagita dan beberapa maid untuk memakai pakaiannya. Ia sudah cukup terbiasa dengan gaun yang melilit tubuhnya. Tapi kali ini berbeda, karena ia akan menebas kepala musuh-musuhnya di medan perang.

"Gaun, selutut. Aku ingin tertawa. " Komentarnya pedas.

"Anda akan segera terbiasa. Ada cerita menarik pada zaman dahulu, Ichimatsu-sama. Kerajaan roma, seluruh prajurit mereka dengan baju uniknya. Itu tidak seberapa dengan rok selutut anda. " Kata Yanagita tenang.

"Huh, kau membuatku merasa lebih baik. Terimakasih. " Ichimatsu tersenyum miring. Yanagita menunduk hormat.

Oh, dan selain hari pertama mereka. Ichimatsu sudah tidak pernah tidur seranjang dengan Karamatsu lagi. Ia bersikukuh untuk tidur di sofa dengan selimut yang lebih hangat. Meskipun begitu, ia selalu merasa pegal ketika pagi hari.

"Ichimatsu, kau sudah selesai? " Karamatsu memasuki ruangan ganti baju Ichimatsu. Beberapa maid langsung memberi penghormatan.

"Jangan seenaknya masuk. Kau tahu privasi atau tidak? Dasar pengintip. " Ketus Ichimatsu pada Karamatsu.

"Hahaha, apa salahnya melihat tubuh ratuku sendiri? Dan lagi, aku telah mengetuk. Aku memiliki kejutan untukmu, Ichi! Masuklah! " Karamatsu segera menyingkir untuk membiarkan orang yang berada di luar.

"Ichimatsu-niisan! " Teriak seseorang tiba-tiba. Ichimatsu langsung mengenalinya sebagai suara adiknya—Jyushimatsu.

"Jyushimatsu! " Ichimatsu langsung menghampiri Jyushimatsu untuk memeluknya. Jyushimatsu tertawa dan tersenyum lebar. "Sudah cukup lama! Kau akan ikut bersamaku kan?! " Tanya Ichimatsu cepat.

"Yep! Aku akan melindungi Ichimatsu-niisan! Ahaha! " Ichimatsu mengelus kepala Jyushimatsu.

"Tentu saja, aku akan. "

***

Medan perang Chess berada di antara pegunungan pemisah kerajaan Yowai dan kerajaan Matsu. Daerah dataran rendah dengan hamparan rumput pendek.

Karamatsu memperhatikan Tougo dari jauh. Ini pasti akan menjadi pertempuran yang sengit, dikarenakan adanya ratu di kedua belah pihak. Sebuah kartu As yang akan merobek pertahanan musuh.

"Yo, Karamatsu. Kudengar kau baru saja menikah ya? Kuucapkan selamat! Maaf aku tak bisa memberimu hadiah secara langsung... Jadi, AKAN KUBERIKAN HADIAH LEWAT KEMENANGANKU! YAITU KEKALAHANMU, MATSUNOO!!! " Tougo mengerahkan pasukannya untuk maju. Karamatsu juga memerintahkan pasukannya untuk maju.

Ichimatsu masih berada di sebelah Karamatsu. Menunggu perintah, karena ia adalah bidak Karamatsu.

"Ichi, aku ingin kau memperhatikan terlebih dahulu. " Kata Karamatsu tegas. Ichimatsu hanya diam dan memperhatikan.

Beberapa prajurit berhasil mengalahkan musuh, berkat pengarahan Karamatsu yang baik.

Osomatsu memimpin beberapa pasukan berkuda menembus pertahanan musuh. Beberapa musuh langsung bertekuk lutut dibawahnya. Kekuatan Osomatsu  mengerikan, tapi sikapnya yang santai kadang suka membuatnya diremehkan.

Tapi... Ada sesatu yang lebih mengerikan dalam hal lain lebih dari Osomatsu. Ratu putih.  Totoko Yowai.

"HEEAAAH!! AKU AKAN MEMBALAS PERBUATANMU, OSOMATSU SIALAAN! " Totoko melesat dengan cepat menuju Osomatsu. Mereka berdua saling beradu pedang, dan peledak. Osomatsu harus mendekati Totoko untuk menyerangnya, tapi jujur saja aura Totoko kali ini sungguh menyeramkan.

"Terima ini! Ini! Dan ini! " Osomatsu mengelak dengan gesit. Itu membuat Totoko merasa kesal. "TERIMA DONG! "

"YA MANA KALI! " Osomatsu menghindari serangan Totoko. Beberapa prajurit terkena serangan nyasar Totoko. Melihat kesempatan saat Osomatsu lengah, Totoko dengan cepat melewati Osomatsu.

"AKU PERGI DULU, SIALAN! " ucapnya seraya tertawa.

"APA?! KARAMATSU! DIA DATANG! HATI-HATI! " Osomatsu hendak berbalik sebelum tangannya di cekal. "Choromatsu? "

"Yang lebih penting adalah... Untuk memenangkan pertempuran ini! " Kata Choromatsu yakin. Osomatsu mengangguk tanda mengerti. Mereka bersama menerobos pertahanan musuh.

Karamatsu mengayunkan pedangnya menebas musuh. Di belakangnya, Ichimatsu juga melakukan hal yang sama.

"Ichimatsu, kau sudah mengerti bukan?! Ini adalah kesempatanmu untuk menerobos pertahanan musuh. Choromatsu dan Osomatsu akan membantumu! Cepat pergi! " Seketika itu, Ichimatsu melesat membiarkan Karamatsu menghadapi musuh sendirian. Saat hampir terdesak, tiba-tiba sebuah meriam cahaya ditembakkan.

"Yang mulia! Anda baik-baik saja?! " Tanya prajurit 'benteng' —Todomatsu.

"Ya, terimakasih! " Karamatsu kembali melancarkan serangan dibantu oleh Todomatsu.

"Hyushushushu, me yang akan mengalahkan raja hitam-zansu! Me akan mendapatkan banyak kekayaan dan kekuasaan dari Yang mulia Tougo-zansu! Terima serangan ini! Sheeeehs! " Serangan tiba-tiba itu hampir saja tidak bisa ia hindari. Tanpa aba-aba, Todomatsu langsung mengarahkan meriam cahayanya pada mentri bodoh milik musuh.

"Haduuh! Kalau sampai Yang mulia kalah karena orang seperti itu, kerajaan kita akan malu tujuh turunan! " Omelnya pada Karamatsu. Karamatsu tersenyum kecut.

"Maaf! Aku akan lebih berhati-hati."

***

Ichimatsu menjatuhkan beberapa lawannya. Tak seberingas Totoko—ia tampak seperti kupu-kupu hitam yang dengan anggun melewati semua orang dan melumpuhkannya. Dari kejauhan, Tougo mulai merasa resah dengan kehadiran Ichimatsu.

"TOTOKO YOWAI! DIA ADALAH MUSUHMU YANG SEBENARNYA! " teriak Tougo kepada Totoko. Totoko yang sudah berada di daerah hitam menoleh ke arah incaran barunya——Ichimatsu.

Segera, keduanya saling berhadapan. Totoko melempar geranat, tapi Ichimatsu berhasil menghindar dengan mulus. Totoko mulai memakai taktik lain, ia mengambil pedang musuh yang tergeletak. Ia akan mengakhiri segalanya dengan duel pedang!

Bersambung...

Eh?! Eh?! Eeehhh?!
Gomenne, minna-suaaannn 〒~〒
Kemarin aku lupa update~

Minggu pagi aku inget buat update, tapi karena banyak pekerjaan jadi lupa...
Niatnya update siang ato  setidaknya malem...

(/ω\)ง
Yah untung saja aku tiba-tiba ingat dan memutuskan untuk update sekarang!

Minna! Jangan lupa vote dan komennya ya! Arigatou! ฅ'ω'ฅ

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top