Bagian: 5

Suara itu memanggil nama Ichimatsu. Beberapa kali, hingga akhirnya pemuda itu memutuskan untuk bangun.

"Yang mulia ratu, teh anda telah siap. Sarapan anda juga siap, anda mau makan di kamar saja atau pergi ke ruang makan bersama Yang mulia Karamatsu?" Tanya butler Yanagita pada Ichimatsu.

Ichimatsu memperhatikan sekelilingnya. "Ah! Kenapa aku ada disini?! " Ichimatsu menyadari bahwa ia berada di atas ranjang Karamatsu. Ia menoleh ke samping hanya untuk melihat tempat tidur yang kosong. "Dimana raja bodoh itu?!"

"Huh? Ku-Kurasa panggilan anda cukup keterlaluan... Yang mulia... " Yanagita merasa aneh dengan pasangan yang baru menikah kemarin ini. Mengapa tidak ada lovey-dovey seperti yang ia pikirkan dari rajanya yang menyakitkan itu?

"Apa peduliku! Dia yang memaksaku untuk menikahinya! Terserah aku! " Sembur Ichimatsu marah.

"Perkataan anda sungguh keterlaluan. Sebaiknya anda menyadari posisi anda disini. " Seseorang tiba-tiba masuk ke dalan kamar, ia adalah Choromatsu. Seketika itu Ichi bungkam.

"... A-Aku tak tahu nama lengkapnya... Aku hanya tahu nama panjangnya Matsuno... Maafkan aku... " Ichimatsu menunduk. Choromatsu merasa bersalah saat melihat Ichi takut kepadanya.

"Uh, baiklah. Namanya adalah Karamatsu. Anda boleh memanggilnya dengan nama Karamatsu, atau juga embel-embel Yang mulia——itu terserah anda. " Kata Choromatsu. Yanagita menyodorkan teh hangat kepada Ichimatsu.

"Bagaimana kalau teh yang menenangkan? Saya jamin anda akan merasa lebih baik. " Ichimatsu menggeleng.

"Aku tidak mau. "
"Saya mengerti. Anda menginginkan sesuatu yang lain? Atau langsung mandi? "

Ichimatsu sempat ragu, kemudian ia menoleh ke arah Choromatsu. Bila dibayangkan, ia seperti seekor kucing yang ketakutan di hadapan seekor anjing. Telinganya turun kebawah, dan ekornya lemas.

"Ah—Choromatsu-sama bisa pergi terlebih dahulu? " Minta Yanagita takut-takut. Merasa dianggap penggangu, Choromatsu pun pergi dari sana.

"Hei kau! " Yanagita menoleh ke arah Ichimatsu. "Aku ingin... " Ichimatsu berbisik kepada Yanagita. Yanagita mendengarkan dengan seksama.

"Hanya untuk kali ini ya? Baiklah, akan saya bawakan. Sesuai permintaan anda, wahai ratuku. " Yanagita menunduk memberi penghormatan. Kemudian ia segera pergi mengambilkan apa yang Ichimatsu inginkan.

***

Karamatsu sedang mengetuk-ketukkan jarinya di atas meja. Ia sedang menunggu Ichimatsu. Barang kali ia bisa meminta maaf tentang menyentuhnya tanpa ijin kemarin malam——yah, walau itu demi kebaikan Ichi sendiri sih...

"Dia benar-benar memperlakukanku seperti perempuan, cih! " Gumam Ichimatsu yang diantar oleh Yanagita menuju ruang makan. Pakaian Ichimatsu adalah pilihan Choromatsu, walau tak menggunakan gaun, Ichimatsu berpikir bahwa pakaiannya cukup feminim. Yanagita hanya bisa tersenyum makluk atas gumaman Ichimatsu yang terdengar olehnya.

"Yang mulia Karamatsu, Yang mulia ratu Ichimatsu sudah datang! " Todomatsu berujar dari pintu luar. Segera pintu raksasa itu di buka. Nampaklah wajah cemberut Ichimatsu.

"Kau tampak cocok sekali dengan pakaian itu. Aku juga... Terlihat sangat tampan dengan pakaian ini... Bukankah kita tampak serasi? " Karamatsu bersikap narsis. Selera makan Ichimatsu langsung turun ke yang paling dasar. Tapi ia memaksakan diri duduk di tempatnya.

"Selamat dinikmati. " Koki berpakaian rapi itu selesai menyajikan masakannya di atas meja dengan bantuan beberapa maid.

Ichimatsu sedikit tercengang dengan sarapan super mewah yang ia dapatkan, walau ia bangsawan, ia bisa disebut orang biasa juga—dikarenakan perdagangan orang tuanya pernah mengalami kemerosotan drastis dan hampir bangkrut, itu jugalah alasan orang tua Ichi meninggal dunia. Kelelahan, dan stress adalah kunci dari kematian mereka yang terlalu dini.

"Ichi, kenapa melamun? " Tanya Karamatsu yang bingung melihat Ichimatsu hanya menatap makanannya.

"A-Aku tidak apa. " Balas Ichimatsu cepat, ia segera memakan makanannya dengan lahap. "Enak! " Pekiknya kaget, ia kembali memakan sarapannya dengan tenang. Karamatsu tersenyum melihatnya, ini adalah pertama kalinya ia dan Ichimatsu duduk santai tanpa bertengkar.

***

"Ichimatsu-sama, saya akan memperkenalkan anda kepada teman berlatih anda. Dia adalah Osomatsu. " Choromatsu sedang memperkenalkan Ichimatsu kepada Osomatsu yang berada di belakangnya.

Sebagai ratu, tugas Ichi bukan hanya berleha-leha di dalam istana dan menikmati hidup. Tapi sebagai pion dalam pertempuran Chess melawan kerajaan Yowai. Jadi ia harus terlatih agar tak mudah tumbang begitu saja di medan perang.

Peraturan Chess adalah, jika raja mati atau menyerah, maka pertempuran itu akan dimenangkan oleh pihak lawan. Di pertempuran Chess diperbolehkan membunuh, tapi juga diperbolehkan untuk melumpuhkan lawan saja. Hadiah dari pertempuran sudah ditentukan mulai awal oleh kedua belah pihak.

"Ichimacchan! Mohon bantuannya ya~" Kata Osomatsu santai. Ichimatsu sama sekali tak merasa tersinggung dengan panggilan Osomatsu. Sedangkan Choromatsu langsung mengomelinya.

"Kau! Bersikaplah seperti ksatria yang terhormat, Osomatsu! " Omel Choromatsu kepada Osomatsu. Osomatsu hanya mendengarkan seraya mengupil.

"Jadi, apa senjataku? " Tanya Ichimatsu di tengah-tengah perdebatan mereka.

"Ah! Ini, silahkan. Ini adalah selendang khusus yang telah di modifikasi sebagai senjata perubah bentuk di pertempuran. Anda bisa membayangkan sesuatu, lalu selendang ini akan berubah sesuai dengan keinginan anda——tentu saja senjata seperti pistol, bom atau semacam itu tak dapat ditiru, tapi pedang, tameng, atau sesuatu yang tajam dapat di bentuk oleh selendang ini. " Kata Choromatsu menjelaskan.

"Aku mengerti. " Ichimatsu menutup matanya sebentar, seketika itu selendang berwarna hitam itu berubah bentuk menjadi sebilah pedang khas samurai——katana.

"Hoho, Ichimacchan sangat bersemangat! Aku juga tak akan segan-segan! Karena melihat mayat ratunya di medan tempur pasti akan membuat adikku menangis! " Osomatsu langsung menerjang ke depan. Ichimatsu berhasil mengelak dan menyerang disaat yang bersamaan.

"Hiat! "
"Eits! "

Osomatsu dan Ichimatsu saling beradu pedang. Choromatsu memandangi pertarungan mereka dari jauh. Entah sejak kapan, Karamatsu tiba-tiba muncul di sampingnya.

"Mereka berdua cukup kuat, bukan begitu Choromatsu? " Choromatsu berjengit kaget. Segera setelah mengendalikan diri, ia mulai menjawab.

"Benar sekali, wahai tuanku. Ichimatsu-sama dulunya adalah calon ksatria yang menjanjikan, akan tetapi ia menderita trauma berat sehingga ia memutuskan untuk melepas pedangnya. " Kata Choromatsu menjelaskan.

Karamatsu menoleh. "Apa maksudmu dengan trauma berat? Bukankah kini Ichi dengan mudahnya mengangkat pedang dan bertarung? " Tanyanya bingung.

"Trauma dari Ichimatsu-sama adalah... Kematian kedua orang tuanya. Saat krisis  ekonomi keluarga Ichimatsu-sama terjadi, beliau sedang menjalankan studi sekaligus pencalonan sebagai ksatria sama seperti Osomatsu. Saat itulah kedua orang tua Ichimatsu memutuskan untuk bunuh diri. Ichimatsu-sama menjadi takut akan meninggalkan keluarganya, jadi dia memutuskan untuk tidak mengangkat pedangnya lagi. "

"Lalu kenapa kini ia berada disini? " Tanya Karamatsu sekali lagi.

"Tentu ini berat, tapi semua alasannya sama. Ini adalah untuk kebaikan keluarga Ichimatsu-sama yang sangat ia cintai. " Choromatsu memandang kosong Karamatsu yang tiba-tiba menarik kerah bajunya.

"Apakah kau melakukan sesuatu yang membuat Ichi terpaksa menikah denganku, Choromatsu? " Tanyanya dengan aura mencekam. Choromatsu perlahan melepaskan diri dari cengkraman Karamatsu.

"Saya hanya melaksanakan perintah anda untuk menjadikan Ichimatsu-sama sebagai ratu. " Choromatsu berlutut dan menahan tubuhnya dengan satu kaki.

"Tiada kebohongan diantara diriku dan tuanku yang agung. "

***

Ichimatsu meneguk minumannya dengan serakah. Ia benar-benar kehausan dan kelelahan dengan pelatihan Osomatsu yang sangat keras.

'Sudah cukup lama aku tidak mengangkat pedang. ' Pikir Ichimatsu seraya menatap langit berwarna biru tanpa setitik awan pun disana.

"Kau hebat juga, Ichimacchan! " Osomatsu tiba-tiba datang dan duduk di sebelah Ichi dengan santainya. "Setelah kupikir-pikir, aku pernah melihatmu di sekolah ksatria. Apa benar itu dirimu? "

Ichimatsu tersentak, ia menoleh ke arah Osomatsu yang tersenyum lebar. Keringat mengalir di seluruh tubuhnya. Nafas Ichi tersengal-sengal, jantungnya seperti akan melompat keluar.

"A-Aku... "
"Ada apa, Ichimacchan? Kau kelihatan pucat. "

Osomatsu yang melihat keanehan dari tingkah Ichimatsu mulai khawatir. Apa dia mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya?

"Oi... Ichi—"
"JANGAN SENTUH AKU! "

Osomatsu sangat terkejut. Tangannya yang hendak meraih Ichimatsu langsung ditepis kasar. Ichimatsu masihlah tidak sadar akan perbuatannya, dia benar-benar tidak fokus akan teriakan Osomatsu yang khawatir kepadanya.

Melihat Choromatsu dan Karamatsu yang sedang berbincang di sudut tempa latihan, Osomatsu spontan memanggil keduanya untuk meminta pertolongan.

"OI KALIAN BERDUA! ICHI KESURUPAN! " teriaknya lantang, kedua orang yang dipanggil serentak menoleh. Choromatsu hendak mengomel tentang tidak masuk akalnya pernyataan Osomatsu sebelum ia melihat keadaan Ichi.

"Yang mulia! Sepertinya terjadi sesuatu yang gawat! " Choromatsu berujar cepat, lantas mereka berdua langsung melesat menuju Ichimatsu.

Karamatsu yang sampai terlebih dahulu langsung memeluk Ichimatsu. "Ichi! Apa yang terjadi?! " Teriaknya kemudian.

"I-Ibu... Ayah... Maaf–hiks! Maafkan aku! " Gumam Ichi tidak jelas. Ia tanpa sadar membalas pelukan Karamatsu dengan erat.

"Apakah kau mengatakan sesuatu tentang keluarganya, Osomatsu? " Tanya Choromatsu pada Osomatsu. Osomatsu langsung berusaha mengingat-ingat percakapannya dengan Ichimatsu.

"Tidak! Tapi aku bertanya apa pernah melihatnya di sekolah! Apa itu ada hubungannya dengan keadaan Ichi sekarang? "

Choromatsu memperbaiki letak stungun yang tersampir di pinggangnya. "Tuanku, sepertinya Ichimatsu-sama mengalami collaps. Sebaiknya ia segera dipanggilkan dokter atau keluarganya."

Mendengar perkataan Choromatsu, Karamatsu langsung menggendong Ichi dengan gaya bridal style. Mereka bertiga kemudian membawa Ichi ke kamarnya dan Karamatsu.

Bersambung...

Konbawa minna-san, SinSanSen disini!
Terimakasih sudah membaca, menvote, dan berkomentar di cerita ini!

Author baru aja pulang dari liburan, dan capek banget, tapi nyempetin waktu buat update ':3 (biasanya nolep di rumah. Begitu keluar, pulangnya pasti dah kayak bubur)

Itu aja, sampai jumpa minggu depan!
\(-ㅂ-)/ ♥ ♥ ♥

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top