Bagian: 10

Ichimatsu memperhatikan dengan seksama gantungan kunci berbentuk kucing yang ia beli bersama Karamatsu. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia bisa merasa sangat senang pergi bersama orang asing.

Tapi Karamatsu bukanlah orang asing...

Benar, dia adalah raja negerinya sekaligus pasangannya saat ini. Membayangkannya membuat Ichimatsu tersipu.

"Apa aku boleh merasa senang sekali saja?" Bisiknya pelan. Ia tersenyum lalu menyimpan benda istimewa itu di laci sebelah tempat tidur. Terdengar suara ketukan di luar pintu.

"Yang mulia, maaf mengganggu. Tapi sekarang jadwal anda berlatih. Osomatsu-sama menunggu anda di ruang tahta. " Yanagita masuk setelah mengetuk dan meminta ijin.

"Aku akan datang. " Ichimatsu berdiri dari duduknya. Latihan intensif memang selalu Ichimatsu lakukan agar ia bisa bertahan di medan perang dengan segala kondisi. Tugas ratu adalah menjadi bidak terkuat raja.

***

"Karamatsu-sama, saya telah mendapat dokumen tentang calon-calon selir yang dapat anda pilih. Silahkan dilihat! " Kata salah menteri Karamatsu yang diutus oleh tetua.

"Apa yang kau lakukan?! Yang mulia ratu Ichimatsu sedang berada disini. Ini adalah tindakan yang tidak sopan! " Kata Choromatsu dengan meninggikan suaranya. Ichimatsu yang sedang berbincang dengan Osomatsu dan Karamatsu memandang dingin utusan itu.

"... Itu bukan urusanku. Kalian bisa melanjutkan pembicaraan 'penting' kalian. Aku dan Osomatsu akan langsung berlatih saja. " Ichimatsu menarik tangan Osomatsu yang masih berusaha mencerna informasi.

Di luar ruang tahta raja. Ichimatsu langsung melepaskan tangan Osomatsu. Todomatsu yang memang sedang berjaga di depan sana memiringkan kepalanya bingung.

"Ada apa dengan Ichimatsu-sama, Osomatsu-niisan? " Tanya Todomatsu pada Osomatsu. Osomatsu menatapnya sekilas, lalu mengendikan bahunya.

"Sebuah badai emosi mengerikan bernama kecemburuan? " Katanya asal. Ichimatsu berbalik dan langsung menarik kerah baju Osomatsu.

"Dengar! Aku tidak cemburu! Tidak pada si Karamatsu itu! Tidak akan! Segera lakukan pelatihanmu itu, sensei! Karena hari ini jika kau tidak serius, aku yang akan mencabik-cabik tubuhmu! " Ucap Ichimatsu dengan aura kelam. Osomatsu malah tersenyum miring.

"Oh ya? Perintahmu adalah mutlak bagiku, may kueen. " Ucap Osomatsu percaya diri.

(Beberapa jam kemudian)

"Uhuk! "

Brak!

Tangan Ichimatsu gemetar. Osomatsu benar-benar melakukan perintahnya. Ia benar-benar serius malam ini. Ichimatsu sekuat tenaga mendapatkan kesadarannya. Osomatsu memang tidak melukainya parah, tapi energinya terkuras habis—bahkan untuk bernafas saja sudah melelahkan.

"Aku menang lagi, Ichimacchan! " Kata Osomatsu senang. Dia adalah monster dari kegilaan. Benar-benar tangguh sekaligus liar. "Apa kita perlu istirahat? Pelatihan seperti ini jujur saja tidak terlalu bagus. Itu hanya akan merusak tubuhmu. Kulakukan ini hanya sebagai peringatan—" Osomatsu memandang Ichimatsu dingin.

"Perasaan mendorong seseorang menuju dia yang lebih baik, atau memperburuk orang itu. Itu semua tergantung padamu. Seperti perasaan untuk melindungi seseorang, akan membuatmu berkembang. Sedangkan perasaan iri, dengki, dan tamak akan menyeretmu ke dalam lubang keputusasaan. Ingat kata-kataku, Ichi. " Osomatsu tersenyum jenaka. Ichi yang merasa direndahkan tidak terima.

"Apa yang kau tahu tentang diriku?! " Teriaknya marah. Osomatsu bersiul saat Ichimatsu melakukan kuda-kuda menyerang.

"Rupanya ratuku adalah orang yang sangat menarik. " Ichimatsu menerjang ke depan. Osomatsu menghindari dengan mulus. Pedang selendang Ichimatsu berubah menjadi sebuah sabit rantai secara tiba-tiba. Ia mengayunkannya begitu cepat tanpa bisa dihindari oleh Osomatsu. Ichimatsu tersenyum kemenangan.

"Ukh! ——Tapi bercanda! " Osomatsu melompat sangat tinggi. Ichimatsu yang terkejut langsung mendongak menatap lawannya. Osomatsu menghalangi sinar rembulan yang menerangi tempat pelatihan. Bagai singa penyendiri yang menerkam mangsanya di bawah sinar rembulan.

"Selamat tidur, Ichimacchan! "

Tap!

Rasa sakit yang Ichimatsu tunggu tidak muncul juga. Ia yang semula menutup matanya mulai membukanya, tatapannya terpaku pada seseorang yang menghentikan gerakan Osomatsu yang begitu cepat.

"Kara... Matsu? "

Karamatsu berdiri di hadapan Ichimatsu. Salah satu tangannya menahan kaki Osomatsu yang hampir mengenainya. Osomatsu dengan refleks melompat mundur dan mendarat di tanah dengan mulus.

"Sudah cukup untuk hari ini. " Karamatsu menatap Osomatsu dengan tajam. Osomatsu sedikit bergetar atas hawa intimidasi dari adik pertamanya. Ia menunduk dengan hormat.

"Maafkan hamba, tuanku yang agung. " Katanya dengan suara bergetar. Choromatsu yang mengikuti Karamatsu langsung menunduk meminta maaf.

"Maafkan dia, tuanku! Dia memang bodoh dan kelewatan! Ia terlalu keras terhadap Ichimatsu-sama. "

"Siapa yang menyuruhmu membelanya, Choromatsu? " Kata-kata Karamatsu sangat membuat Choromatsu tertohok.

"Maafkan aku, tuan. "

Karamatsu kemudian berbalik kepada Ichimatsu. "Apa yang kau lakukan? Berlatih keras tanpa istirahat? Osomatsu bisa saja membunuhmu tanpa sengaja. Jangan lakukan hal itu lagi! " Setiap kata begitu ditekankan kepada Ichimatsu. Ichimatsu begidik ngeri, apa benar ia Karamatsu yang lembut di festival tadi?

Karena dimata Ichimatsu saat ini, dia adalah raja yang begitu menakutkan.

"Ma-Maafkan aku... Karamatsu-sama... " Katanya dengan suara bergetar. Tubuhnya yang memang sudah kelelahan mulai limbung. Karamatsu segera menahannya agar tidak jatuh.

"Choromatsu, panggil Yanagita dan Atsushi. Segera perintahkan mereka untuk mengobati Ichi dan mengistirahatkannya di kamar. Mengerti?" Perintah Karamatsu adalah mutlak. Choromatsu segera melaksanakannya tanpa banyak kata.

"Osomatsu, kau bantu aku setelah ini. "
"Saya mengerti, tuanku. "

***

Karamatsu memijat kepalanya yang terasa pusing. Osomatsu tengah berada di depannya. "Apa yang kau lakukan tadi? " Tanyanya pada Osomatsu.

Ksatria kuda itu mencoba sesantai mungkin menghadapi adiknya yang dalam mode raja. "Ya~ Ichimacchan sedang mengalami serbuan emosi baru~ dan ia tak dapat melampiaskannya dengan benar. Lalu ia memerintahku untuk menjadi samsak kemarahannya yang malah berakhir kebalikannya—"

"Lalu kau melaksanakannya?! Pemikiran bodoh dari mana itu?! " Sela Karamatsu dengan berteriak.

"Yah— dia memaksaku, apa boleh buat. Sebagai Nii-chan yang baik, aku harus mendidiknya dengan benar, bukan? Memberi nasehat dalam pertempuran adalah hal yang harus Ichi terima saat itu! Harusnya kau melihatnya sendiri, bagaimana wajahnya ketika ia cemburu! " Osomatsu menggebrak meja di hadapannya. Kumpulan kertas dokumen Karamatsu berhamburan di lantai.

"A... Pa? " Seketika itu hawa kemarahan Karamatsu berubah menjadi tersipu. "Ichimatsu... Cemburu? Apa karena pembicaraan sebelumnya sebelum latihan? " Tanyanya memastikan.

"Tentu saja~ aku tahu itu karena aku adalah yang tertua dari kalian semua! Nii-chan selalu mengawasi adik-adik manisku dengan baik! " Kata Osomatsu dengan bangga. Ia menggosokkan jari telunjuknya di bawah hidungnya.

"Nah, Osomatsu. Bisa bantu aku membuang dokumen ini? Terimakasih, dan selamat beristirahat! " Kata Karamatsu seraya menyerahkan dokumen berisi calon-calon selirnya, ia kemudian berlari menuju luar ruang kerjanya. Osomatsu yang penasaran dengan isi dokumen itu mencoba mengintip sedikit.

"GILA! NIH OPPAI GEDE BANGET! MANTAP! " Teriaknya heboh.

***

Karamatsu memasuki kamarnya dengan pelan. Terlihat bahwa Ichimatsu sudah tertidur di balik selimutnya. Sisa-sisa air mata masih terlihat jelas di pipinya yang pucat. Sebuah gelas di taruh di meja laci dengan isi yang telah tandas. Karamatsu tak tahu isinya apa.

Perlahan, ia menaiki ranjangnya. Piyama telah melekat di tubuhnya. Masalahnya adalah perasaan bersalah telah membentak pasangannya tadi mungkin saja tak membiarkannya tertidur dengan mudah.

"Ichi, aku minta maaf. " Katanya tulus. Ia meraih tubuh kecil Ichimatsu perlahan. Memeluknya tanpa membangunkannya, setidaknya ia ingin memeluknya sampai pagi. "Aku salah, tak seharusnya aku membentakmu ketika kau berusaha keras. Aku tak akan mengulanginya lagi, tapi kau  tak boleh mengulanginya juga. Ini semua untuk kebaikanmu. " Katanya seraya mengelus-elus surai kelam Ichi.

Ichimatsu perlahan membuka matanya. Ia sadar bahwa Karamatsu sedang memeluknya. Tapi ia tak mampu mendorongnya pergi seperti biasanya. Entah karena lelah, atau ia memang merasa nyaman di pelukannya.

"Aku... Tidak akan mengulanginya... " Katanya berbisik. Karamatsu yang mendengar hal itu langsung menatap Ichimatsu yang makin membenamkan diri di dada Karamatsu.

"Terimakasih, dan selamat malam. " Karamatsu tersenyum lebar sebelum menutup matanya.

Bersambung...

Halo, saya mulai update 2x ^^

Happy reading!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top