#2

Buat yang masih bingung, (Y/n) sebelum masuk isekai itu laki-laki. Setelah di isekai, baru jadi perempuan.

Yang PALING penting, fantic ini bukan bxb yaa, soalnya kan yeen udh jadi cewek:v

.
.
.

***

(Y/n)'s POV

Gelap.

Aku tidak bisa melihat apapun. Hanya ada kegelapan yang menyambut dalam ruang hampa ini. Apa yang sebenarnya terjadi? Ughh. Aku tidak bisa mengingatnya dengan jelas. Kepalaku rasanya hampir pecah akibat pening yang menusuk; menjalar ke setiap saraf kepala mengakibatkan nyeri berkepanjangan. Aku hanya bisa mendesis setiap kali rasa sakit itu menyerang.

Aku tidak mungkin sudah mati, kan?

Ah, hentikan pemikiran konyol itu. Aku tidak akan merasakan sakit jika sudah mati. Aku menghela nafas kasar. Kenapa disaat seperti ini aku malah memikirkan kata yang tertulis di kertas milik wanita yang tak kutahu namanya itu? Aku sungguh tidak mengerti bagaimana jalan pikir seorang wanita. Kenapa mereka selalu  membuat suatu hal yang sederhana menjadi rumit?

Kukuruyuk~~

Aku bisa mendengar suara ayam jantan berkokok. Begitu nyaring dan jernih. Memberi tahu kepada dunia bahwa Mentari kini mulai memberikan sinarnya kepada bumi. Ah, kurasa aku mengerti sekarang. Sepertinya kemarin malam setelah pulang bekerja, aku langsung tertidur kala tubuh menyentuh empuknya kasur. Yah, kasur memang tempat terbaik selepas melakukan pekerjaan melelahkan.

Tapi—

Bukankah aku tinggal di apartemen?

...

"Aackk!!" aku membuka mata terkejut; cahaya ilahi dengan meriah menyambut penglihatanku. Daripada itu, aku lebih tersiksa karena serangan mendadak ini mengirim sinyal rasa sakit pada seluruh saraf. Mencicipi setiap ruang, tak menyisakan barang sedikit waktu untuk bernafas. Bahkan aku sendiri yakin jikalau plak yang menempel pada dinding pembuluh darah milikku akan pecah. Membentuk gumpalan darah mengakibatkan aliran darah ke jantung tersumbat hingga terjadi hal yang tidak diinginkan. Ah.. Mungkin saat ini jantungku sudah tidak berdetak lagi.

Tunggu—

Suara melengking barusan milikku?

Aku menggeleng pelan. Itu tidak mungkin. Aku adalah seorang laki-laki dewasa. Bukan anak kecil pun perempuan yang memiliki suara tinggi. Tekanan berat membuat adrenalin berpacu cepat; aku bisa merasakan detak jantung akibat hal sederhana. Aku menghela nafas. Bersyukur karena setidaknya aku tahu bahwa diriku masih hidup. Baiklah. Tenanglah wahai jantung. Tidak perlu terburu-buru.

Slow down and enjoy the simple pleasures in life.

Aku perlahan mencoba untuk bernafas secara teratur. Menikmati setiap paru-paru terisi dengan oksigen; mengalirkan ke aliran darah kemudian mendistribusikan ke seluruh bagian sel. Ketika sel bekerja, akan menghasilkan gas buangan berupa karbondioksida yang dilepaskan melalui aliran darah. Alunan menenangkan aliran air serta musik alami dari detak jantung. Aku menyukainya.

Aku sungguh berterimakasih kepada-Nya. Tuhan memberikan oksigen pada makhluk bumi agar bisa bernafas tanpa memiliki masalah atau gangguan. Sangat disayangkan karena salah satu makhluk ciptaan-Nya memiliki sifat serakah. Menghancurkan nikmat yang diberikan dengan alasan untuk keberlangsungan bangsa. Namun ketika projek tersebut gagal, mereka akan pergi meninggalkan tanpa mempertanggung jawabkan perbuatan apa yang mereka lakukan. Aku tersenyum miris. Mereka secara tidak sadar telah menghancurkan banyak habitat makhluk lain. Well, tidak semua. Beruntung masih banyak makhluk yang memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga lestari alam.

Aku berkedip beberapa kali. Berusaha untuk menyesuaikan retina dengan cahaya terang agar tidak mengalami kejadian tidak menyenangkan seperti sebelumnya. Mata perih akibat cahaya berlebih memang menjengkelkan. Terlebih ketika hal tersebut mengakibatkan rasa sakit berkepanjangan. Kala mata sudah beradaptasi; pandangan disuguhi oleh dataran luas berwarna hijau dengan sungai lebar memantulkan langit.

"Woah."

Aku berdecak kagum. Gumpalan kapas terlihat begitu dekat menyatu dengan daratan. Terlihat murni tak pernah tersentuh oleh noda. Sejumput merah muda turut mewarnai kanvas daratan. Menampilkan kecantikan dengan sisa butiran embun dipagi hari. Tetapi daripada itu, ini dimana? Aku terdiam sejenak. Apa aku masih berada dalam pengaruh bunga tidur?

PLAKK!!

"Ouchhh!" aku menampar pipiku sendiri. Gila, rasanya sangat menyakitkan! Aku sedikit menyesal menampar diri sendiri. Bagaimana kalau ketampanan diriku berkurang? Ah, itu tidak mungkin. Aku adalah orang tertampan didunia. Bahkan kaum hawa diluar sana banyak yang mengantri untuk menjadi pasanganku. Panas menjalar memenuhi telapak tangan akibat benturan keras. Ini bukan mimpi? Kala pandangan jatuh pada telapak tangan, aku menahan nafas.

"INI TANGAN MILIK SIAPA?!" Aku melebarkan mata tak percaya. Bahkan suaraku ikut berubah!  Kenyataan semakin menghantam kala aku menyadari bahwa tubuhku ikut mengecil. Astaga. Kumohon katakan jikalau aku masih berada dalam pengaruh bunga tidur. Aku secara terburu-buru menghampiri sungai. Memanfaatkan pantulan air sebagai cermin untuk melihat diri.

Aku pasti sudah gila.

Wajah manis dengan bola mata penuh dengan lautan perhiasan Rembulan terkurung; tak ingin keluar meski Mentari memaksa. Ribuan galaksi ikut terperangkap. Terjatuh dalam pesona berlian. Begitu jernih sehingga mampu mencuri perhatian alam semesta. Kulit mulus; bening seputih susu terlihat begitu lembut. Seakan ketika disentuh, mereka akan terluka. Surai emas bersinar kala cahaya Mentari menghujani. Memiliki maksud tersembunyi untuk menunjukkan kepada dunia bahwa malaikat telah tiba.

Aku menahan nafas sesaat. Sungguh, aku tidak percaya dengan apa yang baru saja kulihat. Tidak. Kurasa kata yang tepat adalah apa yang saat ini kualami. Apa apaan semua ini? Katakan padaku bahwa aku masih dalam pengaruh bunga tidur. Tetapi rasa sakitnya hingga sekarang masih terasa! Aku memijit pelipis. Pening kembali menyerang. Tak henti menghancurkan suasana hatiku.

BISAKAH SESEORANG MEMBERITAHUKU APA YANG SEBENARNYA SEDANG TERJADI?! 

.
.
.

TBC

29 Juni 2021

See ya!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top