Orimagitura [1]
--Havord--
Baginya perang memang telah berakhir, namun ambisi untuk mengubah dunia tak akan pernah hilang dari kepalanya. Sebuah surel tak dikenal yang datang membuat lamunan Havord terpecah, walau ia yakin bahwa tidak akan ada berita penting lagi saat dunia sudah "aman", namun keingintahuannya membuat ia terpaksa memeriksa surel tak dikenal itu. Salah satu alisnya terangkat heran saat ia membaca isi surel itu. "Taman hiburan?"
-
--Tony--
Dalam kantor kerjanya, Tony masih sibuk membaca buku-buku. Di samping buku, tergeletak handphone barunya. Kring, terdengar suara dari handphonenya. Email baru masuk. Apa ini? Tony terheran-heran membacanya. Menarik, Tony tersenyum senang memikirkan apa yang akan terjadi.
-
--Ara--
Ara sedang melipat kertas origami di meja belajar saat tiba-tiba ponselnya berdering. Dengan cepat ia beralih membuka ponsel putihnya itu. "Email? Siapa yang kirim aku email?
Misteriuuus! Kenapa aku harus ke taman O-o-rima... aish, nama tamannya susah diejaaa!"
Ara mengerutkan keningnya sendiri. Kemudian ia tampak tersenyum. "Tapi nama tamannya lucuuu. Mirip origami! Aku datang saja deh."
-
--Gash--
"Orimaga.... Origami.... Ah, apa tadi. Orimagitura?" bisik pemuda itu. Ia menggigit lidahnya setelah mengucapkan kata itu. Rambut cokelat kemerahannya terlihat agak basah dan acak-acakkan. Kedua matanya tertutup. Ia tengah mengenakan pakaian casualnya. Kakinya dilangkahkan perlahan dengan langkah yang lebar. Kepalanya menghadap lurus ke depan. Seseorang memintanya ke sini .... Melalui sebuah surel. Sepertinya dia akan telat. Ia tak tau di mana tepatnya tempat itu. "Aku tak pernah tau apa itu 'Taman Hiburan', cih!"
-
--Daisy--
Daisy melangkahkan kakinya di atas trotoar, matanya awas mengamati sekeliling. Hari ini dia sedang memanfaatkan waktunya untuk mengenang kota ini sebelum pergi ke Belanda. Seperti biasa dia menggunakan pakaian kebanggaannya - sweater turtleneck - dipadu dengan skinny jeans. Kakinya yang dibalut dengan ankle boot itu terhenti di depan taman bermain bertuliskan Orimagitura. Kakinya melangkah memasuki taman itu, taman yang diketahuinya dari sebuah surel pagi tadi.
-
--Bima--
Hari ini cukup cerah walaupun tidak secerah raut wajah pemuda itu, Bima. Kini ia berdiri di depan halte bus, menanti bus yang sejak tadi tak kunjung datang. Sesekali ia menguap bosan dan mengusap layar ponselnya layaknya orang sibuk, padahal tak ada notifikasi apapun yang muncul. "Nasib," ucapnya pelan. Ia menatap kosong layar ponselnya, hingga ponselnya bergetar bersamaan dengan nada dering tanda e-mail masuk berbunyi. Ia menatap bingung dan membuka e-mail tersebut, sebuah e-mail dengan alamat e-mail asing yang tidak ia ketahui sebelumnya. "Hah? Taman apa?" ia bergumam saat membaca isi e-mail tersebut. "Orimagitura?"
-
--Qila--
"Apa-apaan ini?" Gadis berumur 17 tahun itu melemparkan laptop yang ada di pangkuannya gemas. Beberapa detik yang lalu sebuah pesan masuk ke emailnya dan mengundangnya untuk pergi ke sebuah tempat antah-berantah yang dia sendiri tidak tahu di mana tepatnya. 'Taman Hiburan Orimagitura?' dengus Qila gemas sembari membatin.
-
--Tyo--
"Tiing". Suara email masuk mengagetkan Tyo yang sedang berjalan-jalan dibawah mekaran bunga sakura. "Hah? Surel apa ini? undangan ke taman bermain Orimagitura? Dimana itu?" kening Tyo pun berkerut. Tyo heran apa yang membuatnya termasuk dalam 8 orang terpilih untuk menghadiri acara pembukaan taman bermain tersebut. Seperti apa taman bermain tersebut, apakah seperti taman bermain yg sering dia baca di cerita-cerita misteri, atau seperti taman bermain dalam cerita Pinokio yang merubah manusia menjadi keledai, ataukah itu hanya taman bermain biasa.
-
--Havord--
"Hmmm ... tidak buruk. Selera mereka lumayan juga." Havord mengira semua ini hanyalah lelucon, tanpa pikir panjang ia menerima tantangan untuk menemukan seorang putri. Rupanya hal kekanak-kanakkan seperti ini membuatnya sedikit bersemangat. "Di mana gadis yang dipanggil tuan putri itu? Hah? Sebuah kertas?" Havord memerhatikan secarik kertas yang ia curigai.
-
--Tony--
Akhirnya Tony berhasil menemukan taman hiburan yang dimaksud dalam e-mail yang diterimanya. Nama taman hiburan itu adalah Orimagitura. Melihat tempat itu langsung menambah ketertarikan Tony. "Siapa kamu?" tanya Tony pada seorang gadis. "Aku Putri Ideory." Setelah memperkenalkan diri, Putri itu menyodorkan sebuah kertas. "Apa ini?"
-
--Ara--
Beberapa saat setelah Ara tiba di taman Orimagitura, ia menemukan sebuah petunjuk di dekat pohon gerbang taman. Di sana tertulis bahwa peserta permainan harus mencari seorang putri. Putri bernama Ideory. Ara menyipitkan mata menatap perintah itu. Terlalu membingungkan, batin Ara.
Lalu Ara menyapu pandangannya ke seluruh penjuru taman. Ia melihat pria umur empat puluhan dengan baju militer dan pria muda tampan. Mereka juga sedang melihat sebuah kertas.
"Sepertinya bukan hanya aku yang sedang bermain! Ini membuatku penasaraaan." Ara tersenyum girang.
-
--Gash--
"Berisik...." Ucapnya lirih. Pemuda buta ini tidak dapat fokus. Sekarang ia tahu akan satu hal, taman bermain adalah neraka. Suara ada di mana-mana. Dari suara wahana-wahana, gelak tawa pengunjung, hingga suara kunyahan orang-orang. Ting! Suara surel masuk. Gash langsung menyentuh bahu seorang pria dihadapannya. Pria itu berbalik ke arahnya. Gash, si buta, lalu menampilkan ponsel layar sentuhnya ke pria itu. Tangan kanannya mengisyarat pria itu untuk membaca pesan itu. Pria itu menurutinya. "Erm, Putri Ideory. Carilah dia. Ngg.... Cobalah beberapa wahana di sini. Mungkin kau akan menemukannya. Dia anak pemalu." Ucap pria itu. "Lihat, ada kertas untukmu. Semoga harimu menyenangkan!" lanjutnya. Gash menggeram saat menerima selembar kertas itu.
-
--Daisy--
Daisy yang sedang memperhatikan anak-anak berlarian di sini terhenti ketika melihat seorang pemuda berambut coklat kemerahan sedang mengumpat kesal. Ia memutuskan menghampiri pria itu dan menanyakan permasalahannya. "Maaf, anda kenapa?" tanya Daisy lembut. Pemuda itu berpaling menatapnya, "Bisakah kau membacakan isi surat ini? Aku buta," ucapnya lirih.
Daisy tersenyum dan mengambil kertas itu, "Baiklah." Ia mulai membaca dan alangkah terkejutnya saat ia tahu kertas itu pemberitahuan bagi penerima surel itu, dia memperhatikan pemuda itu. Dia juga sama sepertiku, batinnya.
-
--Bima--
"Wow, tidak kusangka ada taman bermain seperti ini di sini," ucap Bima saat berhasil sampai di tempat yang tertulis di e-mail tersebut, tentunya dengan berbekal sebuah berkas lampiran berupa peta dan dibantu dengan google maps, beruntung. Setelah mendapatkan secarik kertas dari seseorang yang entah siapa, Bima terus berjalan mengitari taman itu. Memperhatikan sekitar hingga ia menemukan beberapa orang yang tampak bingung dengan memegang secarik kertas dan menatap ponsel secara berkala. Seulas senyum ia lekukkan dari sudut bibirnya, seraya berlari mendekati gerombolan orang itu. Walau tidak begitu ramai, tetapi ada sesuatu yang ia rasa sama. "Sepertinya mereka bernasib sama," gumamnya. "Permisi!" pekiknya memberanikan diri untuk menyapa.
-
--Qila--
Qila menatap keadaan di sekitarnya. 'Tempat ini sangat asing!' batinnya sembari menatap sekeliling. Tidak jauh di depannya terdapat papan bertuliskan 'Taman Hiburan Orimagitura'. Dengan ragu dia mulai memasuki taman yang terlihat ramai itu. "Putri? Sebenarnya aku ini hidup di jaman apa? Sangat menyebalkan!" dumal Qila ketika mengingat tujuannya di sini. 'Mencari seorang putri? Di tempat semacam ini?' batinnya. Tidak jauh dari tempatnya berdiri, terlihat beberapa orang bergerombol dengan muka bingung serta kertas di masing-masing tangan. Entah dorongan dari mana Qila mendekat ke sana, "Permisi semua!"
-
--Tyo--
"Sial! Aku datang terlambat. Susah sekali menemukan taman bermain bernama aneh ini," seru Tyo di sela-sela deru langkahnya menuju pintu taman bermain itu. Ternyata benar, didepan gerbang sudah tidak ada lagi orang, hanya terdapat petugas penjaga gerbang berusia 40 tahunan yang memakai seragam militer. Ketika sampai di depan gerbang, Tyo melihat pengumuman bahwa kedelapan peserta harus berusaha menemukan putri Ideory. "Putri aneh macam apa yang ingin bertemu saja harus melalui berbagai wahana." Pikir Tyo saat membaca pengumuman itu. "Hmm, taman yang menarik sepertinya." Senyum Tyo pun mengembang saat melihat berbagai wahana bermain di dalamnya.
-
--Havord--
"Ulat, semut, cacing, beras, jagung? Apa maksudnya ini? Aku harus memilih salah satu? Lalu?" Havord kebingungan dengan pesan tersurat di tanganya, ia masih belum mengerti apa yang harus dilakukan. Mungkin bertanya pada orang lain adalah solusinya, karena beberapa saat yang lalu terlihat orang-orang berdatangan yang tampaknya kebingungan juga. Namun jangan harap Havord akan melakukannya, berinteraksi dengan warga sipil yang tidak penting adalah pantangan dalam otaknya. "Karena semut kuat, aku pilih semut!" Tak terjadi apa-apa, ia menggaruk-garuk kumis tebalnya. "Hah? Kenapa ini? Tubuhku?!"
-
--Tony--
"Temukan aku!" kata gadis itu di depan gerbang taman hiburan. Gadis berpenampilan acak-acakkan, bahkan mirip seperti gembel itu mulai mengherankan Tony. "Kamu gelandangan!" ujar Tony tak segan-segan. Tanpa peduli lagi akan penampakan gadis yang mengaku putri itu , Tony mulai membaca kertas yang diberikan. "Ulat, semut, cacing, beras, jagung," Tony membaca isi kertas tersebut. "Ulat! menjijikkan!"ujar Tony tanpa tahu apa-apa. Namun seketika itu juga, Tony berubah menjadi ulat. "Apa ini? Aku jadi ulat! Sial!" gerutu Tony. Tony mendongak ke atas, gadis berpenampilan gembel itu berubah wujud!
-
--Ara--
"Heee? Aku harus pilih salah satu binataaang?" Ara tersenyum sumringah meski sedetik kemudian ia menautkan dahinya kebingungan.
Permainan mencari putri-yang-entah-siapa itu membuatnya semakin penasaran. Ia sudah terlanjur datang, sudah terlanjur menerima kertas dan panduan untuk mencari seorang putri. Lalu sekarang kebingungan bertambah saat perintah untuk memilih binatang.
"Hmm, apa yaaa? Pilih cacing aaah. Biar bisa meliuk-liuuuk." Ara tersenyum gembira. Lalu tubuhnya panik saat ia seketika berubah menjadi cacing.
-
--Gash--
"Ulat, semut, cacing, beras, atau jagung!? Ini gila!" teriak Gash. Ia genggam kertas itu erat-erat. Setidaknya ia bersyukur ada seorang gadis yang bernasib sama dengannya. Dan ia berbaik hati untuk membacakan isi kertas itu. Sekarang gadis itu sudah meninggalkannya. Gash meremuk kertas itu. "Aku tak pernah lihat binatang. Aku hanya tau jagung."
-
--Daisy--
Setelah mengetahui isi kertas itu, Daisy berpikir binatang apa yang akan dipilihnya, "Ulat, semut, cacing, beras atau jagung ya?" tanyanya lebih pada diri sendiri. Ia tersenyum kecil dan menepukkan kedua telapak tangannya. "Aku pilih semut saja," ucapnya. Tiba-tiba dia merasakan tubuhnya mengecil dan lama-kelamaan berubah bentuk menjadi semut. "Eh apa yang terjadi, kenapa aku menjadi semut? Ya Tuhan apa yang terjadi?" teriaknya frustasi dalam wujud semut. Dia bingung bagaimana ia bisa menemukan seorang putri dengan wujud semut yang nyaris tak terlihat seperti itu.
-
--Bima--
Bima melongo melihat kejadian yang baru saja ia lihat. Tepat ketika ia berhenti melangkah di dekat gerombolan orang itu, tiba-tiba saja lima orang di antara gerombolan itu berubah wujud. "Lho?! Kok?!" Ia bingung, ini bukan negeri dongeng tetapi kenapa hal aneh seperti ini bisa terjadi. Samar-samar ia mendengar ucapan gadis di sebelahnya bergumam dan kemudian berubah menjadi semut seusai membaca kertas itu. Ia mencoba membaca kertas yang ia pegang, "Ulat?" dan hal yang terjadi berikutnya adalah sama seperti apa yang Bima lihat sebelumnya. Permainan ini mulai terlihat menarik.
-
--Qila--
Seseorang memberikan secarik kertas kepada Qila, membuatnya berhenti melangkah mendekati gerombolan tersebut. Dan saat membukanya, "Semut?" lirihnya spontan tanpa melihat pilihan yang lain. 'Apa maksud dari semua ini? Seseorang, bisakah menjelaskannya kepadaku?' batinnya kesal sembari meremas kertas tersebut. Dan beberapa saat setelahnya, gadis itu merasakan sesuatu yang aneh di dalam tubuhnya.
-
--Tyo--
Ditengah kekagumannya itu, tiba-tiba saja dia didatangi seorang pria berpakaian baju zirah yang menyerahkan kertas berbentuk aneh. "Kertas aneh apa ini? kertas mantrakah?" pikir Tyo saat melihat kertas aneh tersebut. Sesaat setelah membaca kertas tersebut dia ingin bertanya dengan pria tersebut, namun pria itu hilang begitu saja ditelan angin. "Terlalu banyak berfikir membuatku lapar, sepertinya enak nih kalau makan nasi kepal," kata Tyo sambil memegang kertas tersebut. Dan secara tiba-tiba benda-benda disekitar Tyo menjadi berukuran raksasa.
---------
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top