Blooming Heart - 💖
Head Canon, Very Fluff! Teenager
Disclaimer: Karya fiksi ini murni milik saya. Beberapa nama di dalamnya digunakan untuk kepentingan entertainment, dan tokoh tokoh yang digunakan bukan hak cipta milik saya.
.
.
.
"Aiyah aku kayak mau wamil."
"Hm ...?" Jeno memutar kursinya ke samping. Kedua matanya yang baru saja dipoles itu menatap lekat sosok yang tengah menarik beberapa helai pendek rambutnya yang tersisa. Baru saja ia mau terkekek tapi make up noona datang lagi merapikan polesan di tengah dua alisnya.
Sosok itu, Renjun, dengan mukanya yang keruh langsung melancarkan beberapa keluhan. Sesekali memberi pendapat tentang penampilan baru Jeno yang kali ini tampak segar dengan rambut merah muda sementara dia ... haha ya begitulah.
"Dia benar-benar kayak idol," ucapnya agak manyun kepada make up noona yang menangani Jeno.
Renjun menunjuk dirinya sendiri, "lihat idol yang kayak aku."
Make up noona tertawa kecil membalas kicauan Renjun. "Ini idol gen satu."
Balasan noona membuat Renjun semakin menurunkan garis bibirnya, ia masih tidak bisa diam melirik kesana-kemari bersama matanya memerangi seisi salon. Tapi ada satu hal yang Renjun tatap penuh minat.
Penampilan Jeno.
Sungguh sulit mengalihkan matanya dari wajah brilian Jeno. Bahkan ketika Jeno yang sangat tidak terganggu akan tingkah Renjun, meminta lipbalm. Pemuda itu mengoleskan dengan gaya yang menurut Renjun amat elegan.
Renjun mengangkat jempol kanannya semacam puas dan setuju. Tapi tiba-tiba saja noona berkata, "Jeno benar-benar represent dari konsep cheerful idol."
"Betul! ... apalagi pas ada angin kencang di panggung, style rambutnya malah terbang cantik gak kelihatan berantakan."
Ia menambahkan lagi, "real idol masa kini." Renjun berlagak keren seolah habis mengucapkan kutipan luar biasa. Senyum di bibirnya naik cukup tinggi bersamaan gerak tangan yang menengadah. Selayaknya menunjukan 'aku bisa apa dibanding dia'.
"Oh masa, keren," celetuk Jeno singkat. Kemudian ia tertawa nakal diikuti Renjun yang heran dengan reaksinya.
"Beneran?" ujar suara kecil Jeno di akhir ketawanya.
Renjun mengangguk kecil. "Tapi yah aku sebenarnya oke ... kayak nyoba beda dari yang umum, makin beda makin kece."
Pemuda berambut pink menarik kursinya ke dekat Renjun. Ia memajukan muka menatap tengil pada sosok yang berambut cepak. Jeno menanggapi pelan, "yeah."
"Kita kan artis." Renjun berbicara asal sedikit sombong. Dia berjingkrak heboh sambil menutup mulutnya dengan tangan seakan keceplosan.
Jeno menarik senyum tipis akan tingkahnya. Mereka saling bertatapan, yang satu sangat jahil satunya lagi penuh arti lain. Tapi tak disangka Jeno mengulas senyum dan berkata lantang, "qiánbèi!"
[Qiánbéi: Senior]
"Qiánbèi, qiánbèi!" lanjut Jeno dengan jenaka yang sengaja.
Namun Renjun yang sempat terkejut seketika menahan diri. Ia melepaskan serangan balik dan menyerbu Jeno dengan kata serupa. "Ah sunbae, baeu sunbae! Aku lupa Aktor Jeno sunbae."
[Sunbae: Senior]
[Baeu: Aktor]
Renjun terus mengutarakan kata sunbae serta permintaan maaf yang dibuat-buat. Akan tetapi ia merasakan sedikit sakit di tengah lengan. Rupa-rupanya Jeno diam-diam mencubit di sana, ia lantas menepuk awas tangan nakal pemuda itu.
Renjun terperangah agak ciut. "Sunbae~" ujarnya dibuat lirih. Bibirnya kembali manyun dan menarik lengan perlahan. Hanya saja Jeno menjulurkan tangan, mengusap lembut di tempatnya mencubit tadi.
"Eii, kesempatan."
Seusai celetukan Renjun, alih-alih tersindir kata-katanya, Jeno justru memelotot tajam. Ia mengintimidasi Renjun di bawah matanya dengan beberapa gumaman yang tidak terdengar oleh orang lain di sekitar. Renjun pun mengikuti permainannya, pura-pura terintimidasi dan memundurkan badan.
Cukup lama mereka bermain 'aku tatap kamu yang takut' sampai Jeno disuruh memberi hidungnya highlighter sendiri. Renjun tergelak kecil melihat penampakan Jeno yang sok galak tapi harus melakukan make up.
"Mirip demonstrasi iklan beauty harus edgy, ganteng banget Jeno sunbae." Renjun mengangkat lagi jempolnya, kali ini mengarahkannya dekat muka Jeno.
"Aku kelihatan ganteng?" tanya Jeno sambil jarinya menuruni tulang hidungnya yang tinggi.
"Gesturnya bagus banget, ngepas waktu telunjuk kamu turun di hidung."
Renjun menggeleng-geleng sembari menatap Jeno kagum, "wah piàoliang."
[Piàoliang: Cantik in universal, neutral tone]
Orang yang dipuji tampak malu, tulang pipinya membulat naik. Jeno menundukan kepala, sedikit menepuk kecil kulit di tengah lubang hidung. "Oba-beneran."
[Oba: Over]
"Piàoliang?" Jeno menyebutkannya dengan sangat lembut. Ia menopang kepalanya di lengan kursi Renjun, memandangnya dari bawah sangat lekat. Seakan ada binar bintang di mata Jeno kala menatap Renjun. "Gimana kamu ngucapinnya? piàoliang?" tanyanya lagi.
Renjun menoleh ke arah lain. Diperlakukan seperti itu membuat kembang api di hati bertaburan tanpa henti. Seulas senyum naik di bawah sadar. Renjun berkedip beberapa kali sebelum menyuarakan rendah, "kamu benar, piàoliang."
"Jeno hěn piàoliang," ucap Renjun tepat memandang wajah Jeno.
[Hěn piàoliang: Sangat cantik]
"Kamu benera-"
"Eh, maaf ... itu jari aku kena muka kamu," sela Jeno saat tanpa sengaja jarinya yang masih berlumuran highlighter mengenai Renjun. Secara reflek ia ingin membantu menghapusnya dari wajah Renjun, tetapi pemuda itu menghindar.
Lantas mereka berdua terkekeh bersama. Memasang senyum tawa lebar yang sama. Dan berbagi pandangan kasih yang sama.
"Gak apa-apa, gak apa-apa," ujar Renjun setelahnya.
Namun Jeno tetap bersikukuh menggapai wajah Renjun. "Tunggu, tunggu, hapus itu dulu."
Renjun tidak menanggapi dan terus berkata, "sunbae, sunbae, sunbae ke aku-"
"Itu, itu highlighternya deket bibir." Jeno masih menunjuk-nunjuk garis melintang kerlip perak.
Alih-alih membiarkan Jeno, Renjun justru kelepasan tertawa dan Jeno juga saat ia kedapatan melihat jari pemuda itu tidak sengaja lagi mencoret lengannya. Sambil berusaha menahan tawa dan berbicara, Renjun meminta kaca kecil pada noona. Ia menelisik hasil tangan Jeno pada wajahnya kemudian mengeluh keras, "dia nyoret highlighter ke aku!"
Sang tersangka pencoretan pun terus terkekeh agak bersalah tapi tidak berdaya. Jeno menangkap pergelangan Renjun yang tengah memegang kaca. Dengan pelan menuturkan, "aku gak sengaja, aku gak sengaja."
"Lee Jeno, kamu ya ...." Renjun mengayunkan telunjuknya di depan Jeno sambil geleng-geleng.
"Aku beneran gak sengaja," elak Jeno. Walau dia masih tertawa-tawa akan kejadian barusan.
Setelah mengembalikan kaca, Renjun bertepuk tangan serta mengubah arah duduknya pada make up noona. "Noona, dia nih beneran aktor sejati," kilah Renjun di hadapan mata Jeno. Seolah ia tengah membicarakannya tanpa sepengetahuan pemuda tersebut.
"Kamu ngerjain aku tiap hari," ungkap Renjun setengah berkeluh kesah.
Tapi selang sedetik Jeno membalas cepat, "Renjun qiánbèi selalu ganteng bahkan tanpa make up." Dia menempatkan pandangannya lekat kepada Renjun. Terlebih ketika Renjun langsung diam tidak bisa berkata, Jeno menaikkan senyumnya, menang.
Ia makin menarik senyum puas saat Renjun yang tak berkutik malah memberi simbol hati dengan jari. Tentunya dengan sedikit tidak jelas, kadang Jeno menangkap simbol hati kadang juga simbol pistol dari jempol dan telunjuknya.
Renjun menunduk, Jeno juga menunduk. Yang satu menghujaninya gimik-gimik lucu sementara ia bergumam tanpa suara 'hěn piàoliang' berkali-kali. Lalu Jeno melihat Renjun yang juga menatapnya, mereka tersenyum tertawa bersamaan.
Make up noona yang tak jauh di sana hanya menarik senyum simpul. Ia tahu mereka berusaha menahannya tidak terlalu terlihat tapi ... ia tertawa, mengendikkan bahu dan berbalik.
To let them have their moment.
.
.
.
끝
.
.
.
Sebenernya ragu mau dibilang head canon tapi gak canon banget banget banget
Hahaha anyway ini ide mendadak hasil makan too much sugar dari kapal blku yg lain terus kepikiran versi noren
*in case kalo ada yg tau ini siapa ssssuttttt*
Selamat membaca~
Oh iya
Jangan lupa komennya ya!!
Sekian dan terima kasih
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top