Aʀɪᴀ & Rᴏᴍᴇᴏ

Aria: Bagian solo yang dinyanyikan oleh seorang penyanyi, menyoroti perasaan mendalam.

• • •

𝙋agi ini, aku dibangunkan oleh Romeo bermata sendu. Sepertinya ia masih terjaga hingga dua hari yang lalu, seolah membuktikan ucapannya waktu itu, 'aku akan mati menyusul Julietku.'

Ini bukan kisah yang pilu, jika kau berpikir begitu. Romeo bermata sendu bukan korban dari cinta yang tak direstu seperti yang diberitahu pendongeng jaman dulu.

"Lihat kantong matamu, tidak terurus, tidak seperti dirimu. Jika begini, malaikat maut pun akan bingung melihat rupa yang tak seelok seminggu yang lalu," keluhku.

"Malaikat maut tidak sebodoh itu!" celetuknya. Ia bersandar pada lemari kayu satu-satunya di kamar kecilku. Kelelahan tampak jelas di matanya, tapi tetap saja tidur bukan tujuannya.

"Tidak percaya? Coba saja kau kembali lagi seperti sebelum mencandu gadis itu. Malaikat maut akan menoleh padamu."

Mata beriris birunya menatap terpaku, sebelah alisnya naik seolah menyangsikan ucapanku.

"Jangan asal!" katanya ketus, "kau pikir semudah itu aku melupakannya? Dia mati di tanganku. Aku masih dapat merasakan hangat darahnya yang mengalir dari lubang di lehernya."

Aku meringis jika mengingatnya. Baru seminggu yang lalu kejadian itu. Juliet adalah gadis yang cantik tapi dia juga licik, memperdaya Romeo agar mau memberikan segalanya. Semua selalu diawali dengan manis dan diakhiri sembilu. Juliet menuduh adik perempuan Romeo mencuri kalung berliannya yang berkilau bagai langit biru.

Hukum di sini pun tak ragu-ragu, tertangkap basah, kau langsung dipenggal hari itu.

Bukti memang tidak tampak, tapi alibi juga tak membantu. Romeo berduka di hari rabu, berharap semua berlalu. Namun, Sabtu ia termangu ketika tahu julietnya penipu.

Kalung berlian itu tersimpan di bawah bantal Juliet, tidak terjamah apalagi hilang. Romeo langsung mempertanyakannya tapi Juliet pintar sekali berkilah, hingga menangis haru, melemahkan kalbu.

Aku ada saat itu, tentu tak akan semudah itu diperdaya Juliet yang terisak sendu.

"Kau menuduh orang tak bersalah. Sangat mengerikan," kataku. Juliet langsung menatap tajam, lantas menggeram menahan amarah. Ah, mengerikan sekali gadis cantik itu.

Seperti yang kukatakan sebelumnya, Romeo sudah diperdaya sedemikian rupa, hingga neraka pun akan dianggapnya surga.

Sampai hari itu, di Minggu malam aku terbangun karena derak lantai kayu. Begitu membuka mata, pisau tajam berkilat di depan mataku. Aku menahan tangan berkulit lembut yang mencoba menikam dadaku seraya berteriak sekuat tenaga. Suara langkah lain tergopoh memasuki kamar, dia Romeo, matanya terbelalak seolah baru saja melihat iblis mengintip dari neraka.

"Romeo!" jeritku dengan napas tersengal sebab tenaga yang mencapai batas. Romeo, kuat sekali julietmu.

Juilet terhuyung ke belakang karena ditarik paksa Romeo. Ia menggila dan mengarahkan pisau ke mana pun tangannya menuju. Tak ayal, tangan kekar lelaki itu merebutnya, tapi siapa sangka ia berontak dan menerjang marah.

Juliet sudah gila!

Untuk mengakhiri amukan itu, Romeo membungkam kekasihnya. Pisau menancap di leher jenjang Juliet, membuat darah menggenangi lantai kamarku.

Di saat itulah tatapan Romeo menjadi sendu. Aku pun tak kuasa mempertanyakan rasa cinta yang sebesar itu dalam hatinya, sebab aku pun tahu betapa rusaknya dunia tempat Juliet bertumbuh sebelum Romeo menemukannya.

Dia gadis tercantik yang pernah kulihat, tapi hidup yang baik tak selalu memihak mereka yang sempurna fisiknya.

Juliet kecil harus berpindah tempat dari satu saudara ke sanak saudara yang lain. Diusir, dipukuli, ia terima layaknya protagonis yang memang seharusnya menderita di awal cerita. Namun, sepertinya penulis naskah pemuja akhir duka, mengharuskan Juliet kabur melenceng dari yang seharusnya.

Sampai akhirnya Romeo menemukan dan jatuh begitu dalam pada pesona Julietnya. Akan tetapi, protagonis yang sudah membelot akan terus melangkah menjauh demi kehidupan yang menurutnya memuaskan hasrat untuk berbahagia, hingga bergelimang darah pun ia anggap serupa mandi dengan manis madu.

• • •

Tidak ada yang tahu kejadian malam itu selain aku, Romeo, dan lelaki berpakaian hitam di ujung ruanganku. Semua tutup mulut, pun Juliet yang tubuhnya kami kubur di kebun belakang rumah tempat orang tak ada yang berlalu lalang.

"Tapi kalau tetap begini, kau akan kesulitan menyusul kekasih hatimu."

Hening, tampaknya ia merenungi ucapanku.

Esok paginya dia membangunkanku. Kali ini Romeo balik seperti dulu. Aku hendak menyapanya, mengucapkan selamat hidup kembali tapi terhenti karena lelaki yang sejak minggu lalu berdiri di sudut kamarku, mulai mendekat dengan langkah yang menderu.

"Akhirnya ketemu," kata lelaki itu.

Aku terdiam dan terduduk lesu. Ah, benar juga, malaikat maut akhirnya mengenalinya.

Dapat kulihat Romeo bersorak gembira ketika tubuhnya perlahan memucat dan jatuh di lantai kayu.

"Kali ini lagu suka-cita, hentikan nada sendumu!" ucap Romeo ke arahku, sebelum berbalik mengikuti lelaki malaikat itu.

Begitulah Romeo memulai perjalanannya mencari Juliet sang pujaan hati. Sampai mati pun tak pudar pesona rayuan gadis itu. Membuatku dapat mengakhiri nyanyian dengan kebanggaan pada Romeoku.

***Hᴀʀɪ Pᴇʀᴛᴀᴍᴀ***


Sᴇʀᴇɴᴀᴅᴇ
1 Fᴇʙʀᴜᴀʀɪ 2024

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top