-two
Asano memegang kepalanya yang terasa berat, mimpi kemarin terasa begitu nyata. "Sial sekali," ucapnya sambil mengalihkan pandangan pada perut, tidak ada bekas luka apa pun di sana. "Benar, ini hanya mimpi." Tidak mungkin ada orang yang mampu melenyapkan luka.
Ia mulai memakai seragamnya dan bercermin, keningnya mengerut saat menyadari sebuah tattoo maple merah di dekat ibu jarinya. Refleks, pemuda itu menyentuhnya dengan tangan kanannya.
"Wah, kau sudah bangun?"
Dia menegak ludah. Telepati? Jadi ini nyata?
"Kau pikir aku lelucon? Dan yah, kau benar. Ini semacam telepati, selama kau memegang segel kita. Ah, ya, jangan lupa dengan janjimu."
Asano memandangi tattoo nya beberapa saat, ia mulai ragu dengan sosok dirimu. Apa jangan-jangan kau adalah arwah gentayangan lain? Atau mungkin saja pembunuh yang dikirim untuk ayahnya oleh salah seorang murid?
Sebuah suara kembali muncul saat ia menyentuh tattoo maple itu, "setelah kau sekolah aku akan menjemputmu."
[ 🎃 ]
Asano melangkah mendekati dirimu yang tengah berdiri di dekat gerbang, di samping ukiran nama sekolahnya, "jadi apa yang harus kulakukan?"
Kau langsung terkekeh, memuji semangat Asano. "Kau buru-buru sekali. Pekerjaanmu bukanlah sesuatu yang menyenangkan."
Asano hanya mengendikkan bahu, dia tidak seharusnya membuang-buang waktu seperti ini. Terutama untuk hal yang sama sekali tidak berguna. Waktunya akan lebih bermanfaat jika dihabiskan dengan membaca buku pelajaran atau berlatih hal lain. Tetapi, apa yang kau lakukan kemarin cukup menarik perhatiannya.
"Jadi, besok adalah tanggal 31 bukan?"
Asano mengangguk, "perayaan halloween maksudmu?"
"Hmm, hari yang sangat merepotkan," ucapmu pelan, "manusia pada dasarnya tidak bisa menerima kenyataan jadi kita yang harus menyadarkan mereka." Asano mengikuti langkahmu yang menjauhi lingkungan sekolah. "Mereka seringkali membuat kekacauan dan sebisa mungkin menggunakan tiap kesempatan yang ada untuk kabur."
"Maksudmu banyak arwah yang ingin pergi di hari halloween?"
Bibirmu spontan membentuk kurva, "kau pintar juga. Aku menyukai seseorang yang cepat tanggap."
Asano mendengus tetapi tidak mengucapkan apa-apa. Memilih tidak memperpanjang perdebatan.
"Untuk kali pertama, kau cukup memperhatikan apa yang akan kulakukan." Kau berhenti di depan sebuah toko buku, memperhatikan beberapa orang yang berlalu-lalang di sana.
"Kau ini bukan manusia ya?"
Kau tertawa kecil, "tidak juga. Aku tidak bisa menjawab hal itu dengan pasti, tapi aku tidak terlalu berbeda denganmu." Tidak membiarkan Asano mengoceh lebih banyak, kau menutup mulutnya dan menunjuk seorang pria setengah baya yang tengah berjalan terseok-seok.
"Dia arwah?"
Kau mengangguk, "tiap arwah memiliki warna aura yang berbeda dengan manusia kebanyakkan."
Asano mengangguk mengerti, mendengarkanmu penjelasanmu dengan seksama.
"Tugasmu hanya mencari tau identitasnya. Sederhana."
"Caranya?" Tanya Asano, ia tidak pernah melakukan atau mempelajari hal-hal tentang dunia gaib sebelumnya. Lagipula untuk apa? Dia tidak berniat menjadi dukun.
Kau tersenyum mengejek dan tertawa, "astaga. Itu adalah hal dasar yang mudah sekali."
Asano tidak bisa menahan dirinya untuk tidak merotasikan mata. Sekali lagi, dia tidak berniat menjadi dukun.
"Kau lihat cahaya yang paling terang dari tubuhnya." Jarimu menunjuk sebuah titik api yang berwarna hijau terang, "itu adalah sumbernya, tiap orang memiliki warna berbeda bergantung pada kategorinya."
Kau menggumamkan sesuatu lalu mengangkat tangannya searah dengan pria tua itu, lalu seakan di dorong oleh sesuatu yang kuat pria itu terpental dan terbanting ke tanah setelah menabrak dinding. "Kau hanya perlu mendekatinya dan mengambil inti tersebut." Setelah berucap demikian, kau memunculkan sebuah kotak putih berkilau dari telapak tangan.
"Masukkan ke dalam sini."
Tatapan mengejek yang kau berikan seolah mengatakan itu-adalah-hal-yang-sangat-mudah-untuk-dilakukan sukses membuat Asano dengan setengah jengkel mendekati arwah tua yang meringkuk di jalan. Perlahan-lahan ia berjongkok dan meraih api kecil itu.
Tetapi tanpa diduga, pria tua itu kembali sadar, menggeram dan melompat ke depan, membuat Asano terjengkang ke belakang. Tepat sebelum pria itu dapat mencakarnya, kau langsung menyiramnya dengan api, membuat tubuh itu lenyap terbakar.
"Payah." Kekehmu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top