° One °
"Dingin ... ."
(Fullname), gadis manis yang mengenakan seragam witch hunter itu menggosokkan tangannya, berupaya mengurangi rasa dingin yang menyerang. Suhu malam hari di wilayah Eropa ini terbilang cukup dingin baginya.
Musim gugur, peralihan antara musim panas ke musim dingin, tak jarang waktu malam dingin seperti ini.
Ia termenung di pinggiran kota, tepatnya di depan sebuah toko yang masih menyala pada malam hari.
"Hei."
Suara yang didengar oleh (Name) membuatnya menoleh, mendapati wanita pemilik toko yang merasa canggung atas kehadiran gadis itu.
"A-apa anda kelelahan? Maukah anda beristirahat sejenak di tokoku?" Wanita pemilik toko itu tersenyum lembut, menawarkan (Name) dengan ramah.
(Name) menatap pemilik toko. Jika ia beristirahat di sini, ada kemungkinan wanita itu akan diserang penyihir. Sudah sewajarnya penyihir akan menyerang witch hunter sepertinya.
Ia tak mau hal itu terjadi.
(Name) berdiri dari posisinya, ia tersenyum samar pada wanita itu seraya menggelengkan kepala. "Terima kasih banyak atas tawaranmu, tapi, mohon maaf. Aku menolaknya."
"Ah, mengapa?" Wanita itu menatap (Name) bingung.
"Berdasarkan pengalaman seniorku, penyihir akan datang ke tempat witch hunter, aku khawatir akan terjadi sesuatu padamu jika aku bermalam di sini."
"Namun, itu belum pasti, bukan? Saya takkan keberatan jika anda bersedia bermalam di sini, nona hunter."
"Lebih baik kita menghindari kemungkinan terburuk," jawab (Name) dengan senyum yang terlukis di wajahnya. "Aku permisi."
(Name) melangkah pergi dari tempat itu, sembari membawa pistol dan peluru khususnya. Kakinya ia langkahkan ke sembarang arah, mencari-cari tempat yang sekiranya cocok ia gunakan sebagai tempat bermalam.
Basecamp khusus witch hunter sangat jauh dari sini. Dengan terpaksa, ia memilih untuk bermalam di tempat terbuka. Menghindari risiko warga setempat akan ikut terserang penyihir.
Ia cukup beruntung hari ini. Ia menemukan kursi kosong yang tak jauh dari sana. Dengan cepat, ia melangkah ke sana dan meletakkan senjatanya di kursi.
(Name) meregangkan tubuhnya yang terasa letih. Meski hari ini ia sama sekali tak membunuh penyihir, ia tetap merasa lelah dikarenakan hinaan dan cemooh dari teman-temannya selalu terucap setiap kali ia melangkah.
Kenapa?
Bertentangan dengan prinsip witch hunter yang akan membunuh semua penyihir. (Name) seringkali 'tanpa sengaja' membuat para penyihir kabur, dan itu membuat teman-temannya murka.
'Dasar payah! Kenapa kau membiarkan mereka lolos?!'
(Name) sedikit berbeda dibanding witch hunter biasa yang egois dan sombong itu. (Name) bisa membedakan mana penyihir baik dan mana penyihir jahat, tak semua penyihir merugikan manusia.
Setidaknya begitulah pemikiran (Name), yang tentunya dibantah habis-habisan oleh witch hunter lainnya kala ia mengemukakan pendapatnya.
Karena itulah, (Name) selalu menyimpan isi pikirannya dalam hati, dan memilih meloloskan penyihir baik secara 'tidak sengaja' karena kesalahannya.
Persetan dengan hujatan dan hinaan, (Name) tak mau menjadi egois dan membunuh penyihir baik hanya demi martabat dan kedudukan.
Lain cerita jika ia menemukan penyihir jahat yang memanfaatkan manusia sebagai kelinci percobaan, dengan senang hati (Name) membunuhnya tanpa bantuan orang lain.
(Name) kemudian menghela napas penjang seraya memejamkan matanya, mencoba untuk tidur dalam situasi tak nyaman ini.
Dari kejauhan, ada suatu sosok berambut merah muda yang mengamati (Name) dari kejauhan.
"Gadis itu ... witch hunter yang sering dirumorkan itu, kan? Menarik sekali~!"
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top