° Four °

"Ehhh! Whoaaaaa!"

Teriakan nyaring terdengar, sumbernya adalah (Name). Ia melingkarkan kedua tangannya di pinggang Ramuda dengan gemetar, takut kalau ia akan terhempas dari sapu ajaib Ramuda.

(Name) tidak mau mati konyol hanya karena jatuh dari atas sapu ajaib.

"Hahaha! Tak perlu takut begitu, neesan! Takkan jatuh, kok!" Ramuda tertawa kegirangan saat menoleh ke arah (Name) yang duduk di belakangnya.

"JANGAN MENGAJAKKU BICARA! LIHAT SAJA KE DEPAN! KITA BISA KECELAKAAN, TAHU!"

"Kecelakaan?" tanya Ramuda bingung, mengingat saat ini mereka melayang di atas daratan. "Yahh,kalau kecelakaan, mungkin kita hanya akan menabrak burung kecil yang lewat~!"

"Justru itu berbahaya, Ramuda!" (Name) mulai gemetaran dan mengeratkan pelukannya pada pinggang Ramuda.

Menanggapi (Name) yang terlihat ketakutan dan gemetar membuat Ramuda memasang senyum jahilnya. Mendadak, Ramuda berhenti menggerakkan sapu ajaibnya dan perlahan mereka menukik jatuh ke bawah.

"RA-RA-RAMUDA! Berhenti main-main! Cepat terbang lagi!"

"Gawat, (Name)-neesan! Sepertinya, sapu ajaib ini rusak, aku tidak bisa mengendalikannya!"

"SUNGGUHKAH?! YA TUHAN, AKU BELUM MAU MATI!"

"... Maaf, kita hanya bisa berdoa supaya tidak mati meski kita menghantam tanah."

Mendengar suara Ramuda yang lirih, (Name) semakin panik karena meyakini perkataan Ramuda ini sungguhan. Lebih sialnya lagi, di bawah sana adalah hutan yang penuh pepohonan, mereka bisa mati tertusuk dahan atau mati jatuh ke tanah.

(Name) memejamkan mata saat daratan sudah tepat di depan mata. Seluruh pikirannya sudah terpusat pada satu hal, yaitu ajalnya yang semakin dekat.

Namun, sesuatu terjadi.

Tepat sesaat sebelum mereka menghantam tanah, sapu ajaib Ramuda terhenti, berubah tak lagi dalam posisi menukik ke bawah melainkan mendatar dengan normal.

"Tapi bohong, hehe."

***

"Ahh, selamat datang di rumahku, Ramuda." Seorang berpakaian khas penyihir gaya oriental muncul dari dalam rumah di tengah hutan tadi.

"Ohh, Gentarou! Senang melihatmu dalam keadaan sehat!" Ramuda menyapa temannya itu seraya memeluknya dengan gembira. "Mana Daisu? Apa dia sudah di dalam?"

"Di dalam. Dia menumpang di rumahku karena rumahnya ia gadaikan," jawab Gentarou sembari melepas pelukan Ramuda. "Bekas merah apa di wajahmu itu?"

"Tamparanku."

(Name) muncul dari samping rumah Gentarou, dengan tatapan datar dan tanpa dosa sedikit pun.

"Witch hunter?" Gentarou mulai memasang mode siaga, kalau-kalau (Name) akan menyerang rumahnya itu.

"Tadi aku ditampar oleh (Name)-neesan, karena aku sedikit menjahilinya!" Ramuda menjawab perkataan Gentarou dengan senyum yang tak hilang dari wajahnya. "(Name) baik, kok! Aku sengaja mengajaknya ke sini~!"

"Sou ka ... baiklah kalau kau bilang begitu." Gentarou mengangguk-anggukan kepalanya. "Kalau begitu, silakan masuk."

"Yaayyy!"

***

"RAMUDAAAAAA! LIHAT, LIHAT! AKU MENEMUKAN SESUATU YANG SANGAT MENARIK!"

Begitu ketiganya masuk ke dalam rumah, teriakan nyaring dari sosok penyihir berambut biru tua menyapa indera pendengaran mereka bertiga. Sosok itu muncul dari dalam rumah Gentarou, dengan ekspresinya yang sangat ceria.

"Whoaaa! Apa yang kau temukan, Daisu?!" Mata Ramuda berbinar-binar kegirangan, menanggapi seruan Daisu dengan sangat antusias.

"Lihat ke sini, aku menemukan--RAMUDA, GENTAROU! ADA WITCH HUNTER DI BELAKANG KALIAN!"

"Ahh, dia baik hati, kok! Tenang saja!" Ramuda mengedipkan sebelah matanya. "Ayo, tunjukkan 'sesuatu' itu padaku, Daisu!"

"Hmmm ... baiklah! Ayo ke sini~!"

Ramuda mengikuti langkah Daisu dari belakang, membiarkan (Name) bersama dengan Gentarou.

"Hei, Ramuda!"

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top