° Five °

"Wahh, tak kusangka akan meminum teh bersama witch hunter. Aku sunggung senang."

Situasi berubah menjadi canggung sejak (Name) masuk ke dalam rumah Gentarou, dikarenakan Ramuda tengah diajak Daisu untuk melihat sesuatu.

Kini, tersisalah Gentarou dan (Name) di ruang tamu itu. Hanya berdua.

(Name) mengetahui kalau Gentarou dan penyihir bernama Daisu tadi adalah penyihir baik, aura mereka yang lembut jauh berbeda dengan aura Ramuda.

(Name) melirik ke arah Gentarou yang tengah meminum tehnya dengan anggun. Tanpa sengaja, tatapan mereka bertemu dan Gentarou tersenyum ramah pada (Name).

"Kau tidak meminum tehmu? Tenang saja, itu tidak beracun, kok."

Dengan ragu, (Name) mengambil teh yang sudah disuguhkan oleh Gentarou. Ia menenggak salivanya sendiri sebelum meminum cairan berwarna hijau tersebut.

"Oh, enak." Dua kata terceplos dari mulut (Name) saat ia mencicipi teh buatan Gentarou. Rasanya sedikit pahit, tapi lezat.

"Ah, teh hijau memang sangat enak. Ini merupakan teh favoritku." Gentarou memejamkan matanya seraya mengulas senyum lembut di wajahnya. "Terbuat dari darah manusia yang dicampur dengan pewarna hijau, serta pemanis dari senyawa kimia yang memiliki kandungan berbahaya bagi manusia."

(Name) melotot saat Gentarou mengatakan hal itu. Ia nyaris menyemburkan teh tersebut, jika saja ia tak mendengar perkataan lanjutan Gentarou.

"Tapi bohong, hehe."

Senyuman paksa diulas di wajah (Name) ketika mendengar perkataan Gentarou. Jika saja Gentarou penyihir yang jahat, dengan senang hati peluru (Name) sudah mendarat di jantungnya.

'Tapi bohong-sapiens, rupanya,' batin (Name).

Gentarou kemudian meletakkan cangkirnya di atas meja dan menatap (Name) dengan serius. "Ahh, daripada membahas itu, ada satu hal yang ingin kutanyakan padamu, emmm nona ..."

"(Name), itu namaku."

"Baiklah, nona (Name). Dari mana kau bisa bertemu dengan Ramuda? Lalu, kenapa dia mengajakmu ke sini?"

(Name) kemudian menjelaskan bagaimana caranya ia bertemu Ramuda, yaitu melalui penculikan tanpa alasan itu. Gentarou tertawa kecil saat (Name) menceritakan hal tersebut yang kemudian dihadiahi tatapan tajam oleh gadis tersebut.

"Dia mengajakku ke sini karena kubilang kalau aku bosan. Kupikir, dia akan mengajakku melakukan sesuatu yang menarik di rumahmu ini." (Name) menguap pelan kala rasa mengantuk menyerangnya. "Tapi, dia malah meninggalkanku berdua denganmu. Menyebalkan."

"Meski begitu, dia bersikap sangat baik padamu lho, nona (Name)." Gentarou menyeruput tehnya kembali dan memasang wajah lembutnya. "Yah, kau tahu? Ramuda membenci manusia, apalagi witch hunter sepertimu. Biasanya, tanpa pikir panjang ia akan membunuh orang sepertimu."

"Hah?" (Name) mengerutkan alisnya dengan bingung. Memang, Ramuda memiliki aura penyihir jahat, tetapi, menurutnya Ramusa memang tak pernah membuhuh manusia. "Apa ini jenis 'tapi bohong', lagi? Ramuda bahkan tak terlihat seperti membenciku atau manusia. Dia bilang, dia penyihir baik hati yang takkan menyerang siapapun ...

... meski auranya sangat gelap."

"Orang tua Ramuda dibunuh witch hunter, kau tahu?" Gentarou menghela napas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya. "Dahulu sekali. Padahal, keluarga Ramuda tak pernah menyerang manusia, tetapi mereka dibantai oleh witch hunter."

"...."

"Yah, sejak itu dia membenci manusia. Mungkin terdengar klise, tapi, itulah kenyataannya." Gentarou menyesap tehnya sebelum ia tersenyum lembut. "Sudah lama sekali Ramuda tak bersikap ramah pada manusia. Kurasa, kehadiranmu telah membuatnya kembali seperti dulu."

"Dari lubuk hatiku yang paling dalam, aku berterima kasih padamu."

Senyuman terlukis di wajah (Name).

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top