01
"AKU MAU KE ISEKAI!!!!"
Baik.
Mari ku kenalkan siapa si Idiot ini.
Namanya [Full Name], kelas 10 SMA, umur 16 tahun dan mengidap ketololan tingkat kronis yang tak dapat disembuhkan.
Impiannya? Mendapat pengalaman layaknya anime anime fantasi.
Orang-orang di sekitar [Name] hanya bisa menghela nafas, melihat gadis itu berdiri di atas kursi dengan salah satu kaki di meja dan tangan yang direntangan lebar.
"Kumat lagi yah?" Pemuda random bertanya.
"Iya kayaknya." Yang lain menyahuti.
Lily, sahabat dari Protagonis idiot kita melihatnya dengan rasa malu dan gondok yang memuncak.
[Name] selalu betindak aneh dan berteriak tentang hal-hal yang tidak dia mengerti tanpa rasa malu di tengah orang banyak.
Sebenarnya bukan hal yang asing lagi [Name] melakukan semua hal itu, bahkan hampir semua orang sudah memaklumi dan merasa wajar atas semua tingkah lakunya.
Tapi kenapa Lily tetap merasa malu?
[Name] sendiri saja tak merasa malu sedikit pun.
Oh lupa.
Urat malunya kan sudah putus.
"AKU MAU KE ISEKAI DAN DIHAREMIN COWO-COWO SEKSI!!!"
Kan?
Ingin sekali rasanya Lily menyekap [Name] lalu membuangnya ke laut terdekat.
"Malu aku punya temen kek kamu [Name]."
Lily senyum miris.
🌇
Pulang sekokah.
[Name] menuntun sepedanya, berbarengan dengan Lily yang mengayuh sepedanya pelan agar bisa berjalan beriringan dengan [Name].
Menatap heran [Name], Lily menekuk kedua alisnya.
"Kenapa dituntun aja? Ga dinaikin?" Tanya Lily.
"Biar kayak di anime gitu. Soalnya Mitsuha ga nunggang sepeda pas di awal anime."
Lily Speechless.
"Bodo ah [Nam], ga mau kenal kamu lagi aku." Lily ngambek.
Dia mengayuh sepedanya lebih cepat sehingga [Name] tertinggal jauh di belakangnya.
"Eh Lily! Tungguin!"
Tidak mau ditinggal,
Fin menunggangi sepedanya cepat, bersiap-siap menyusul Lily yang merajuk.
Tapi belum sempat ia mengayuh sepedanya, perhatian [Name] teralihkan dengan laki-laki berambut pirang berjepitan putih yang kebetulan sedang berjalan tak jauh dari tempatnya.
Si Rinto ternyata, anak kelasnya yang paling pendiam.
Saking pendiamnya hingga dituduh psikopat dengan yang lain.
"Eh kamu! Bule!" [Name] memanggil.
Bukannya ngerasa bule atau gimana, cuman karena spontan akhirnya dia menoleh dan kebetulan emang dia yang dipanggil.
Oh, si [Name] ternyata.
Si [Name] geser-geser kakinya ke tanah, biar sepedanya jalan.
"Mau nebeng ga? Rumah kita kan searah." Ajak [Name].
Si Rinto mau nolak.
Tapi [Name] ngotot.
Mau ga mau dia pun nebeng.
Perjalanan terasa canggung untuk Rinto yang merasa aneh karena pertama kalinya di bonceng perempuan.
Dan untuk [Name] sendiri,
Dia mah bodo amat.
Tak berselang lama, Rinto meminta turun.
"Sampai sini saja. Terima kasih atas tumpangannya." Rinto membungkuk sopan lalu berniat pergi secepat mungkin.
"Oh iya. Sama-sama." [Name] mengangguk.
Rinto pergi dengan terburu-buru dan [Name] hanya terus menatap sampai Rinto benar-benar hilang dari pandangannya.
'Kalau dipikir-pikir bule selalu sendirian yah. Dia kesepian ga ya?' Batin [Name] bertanya-tanya.
'Nanti aku lebih sering main sama dia ah.' [Name] tersenyum dan kembali mengayuh sepedanya.
Di tengah perjalanan [Name] menyadari sesuatu, membuat senyum manisnya pun luntur digantikan dengan ekspresi khawatir.
Dia membatin kembali.
'Dia lari tadi bukan karena takut sama aku kan?'
Tbc
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top