Part 14

Dua hari telah berlalu dan kini kondisi Seruni perlahan dinyatakan membaik meskipun wajahnya masih terlihat pucat, itu hal wajar, karena masih dalam proses pemulihan.

Selama dua hari berada di rumah sakit, Awan dan Farrah selalu menemaninya di setiap waktu, tidak jarang Awan dan Farrah menjaga Seruni secara bergantian. Malam pun salah satu di antara mereka menginap di rumah sakit. Sementara kedua orang tua Seruni sendiri sesekali menjenguk jika ada keperluan dengan dokter.

Minggu pagi ini diputuskan oleh Awan, Farrah lah yang menjaga Seruni. Sementara itu Awan ada kuliah untuk beberapa jam ke depan.

"Farrah, maaf ya gara-gara aku hari libur kamu jadi terganggu," ujar Seruni, memecahkan keheningan yang terjadi.

Farrah yang sedang mengambil air minum menoleh ke belakang menatap sang sahabat sembari tersenyum.

"Jangan merasa nggak enak kaya gitu ah, aku di sini juga atas kemauan aku sendiri kok, bukan karena paksaan." Farrah berjalan ke arah brankar Seruni membawa satu gelas air mineral untuk dirinya sendiri. Ia tidak mengambilkan air mineral untuk sahabatnya, karena gelas Seruni masih terisi penuh.

"Run, ada yang mau aku tanyakan," ucap Farrah, tiba-tiba wajahnya berubah serius.

"Mau tanya apa?"

"Kenapa kamu tidak mau jujur dari awal?" Farrah menatap sang sahabat dengan pandangan serius. Seruni tidak pernah mendapati Farrah seserius ini sebelumnya.

"Jujur? Memangnya aku pernah bohong apa sama kamu?" Seruni semakin dibuat bingung oleh Farrah. Seingat Seruni, dia tidak pernah berbohong kepada sahabatnya.

"Koarktasio Aorta, itu apa?"

Seruni membisu dalam keterkejutannya. Pandangan matanya tidak lepas membidik Farrah yang sedang duduk di sampingnya. Sementara Farrah sendiri, gadis itu sabar menunggu penjelasan dari Seruni.

"Kenapa kamu berbohong tentang hal sepenting itu? Kelainan itu tidak main-main, Run. Kapan saja bisa kambuh, apalagi saat kondisi kamu sedang seperti ini. Jika terjadi apa-apa sama kamu, aku sebagai sahabat akan merasa gagal menjagamu."

"Farrah, bukan maksud aku untuk menutupi semuanya. Tapi, aku sendiri belum siap untuk menceritakan masalah itu semuanya sama kamu," sahut Seruni, cepat.

Seruni melihat jelas raut wajah Farrah yang kecewa kepadanya. Seruni juga sadar bahwa kebenaran yang selama ini ia tutupi salah. Akan tetapi, ada alasan di balik semua itu, Seruni tidak mau membuat Farrah semakin khawatir dengan kondisinya.

"Run, hampir tiga tahun kita bersama. Selama itu pula aku menunggu kamu menjelaskan sebenarnya apa yang terjadi sama tubuh kamu."

Farrah kecewa, gadis itu sangat-sangat dikecewakan oleh Seruni. Bagaimanapun juga Seruni sudah ia anggap seperti saudara kandungnya sendiri. Kemanapun dia pergi, pasti Seruni selalu ada di sampingnya, begitupun sebaliknya.

"Mempunyai kelainan Koarktasio aorta bukanlah satu hal yang mudah untukku. Pendarahan hidung, nyeri kepala, peningkatan tekanan darah, kelemahan otot, kram kaki, dan nyeri dada sudah sering aku alami. Dan aku merasakan kesakitan itu seorang diri. Aku tidak mau kamu menyaksikan semua itu. Aku tidak mau kamu khawatir berlebih dengan kondisiku. Farrah, maafkan aku, jika niatku tidak membuatmu senang. Tapi percayalah, sejujurnya aku ingin mengatakan itu semua, tapi aku menunggu waktu yang tepat," jelas Seruni, dengan air mata yang mulai mengalir di kedua pipinya.

Farrah diam, gadis itu juga meneteskan air matanya. Satu persatu terjatuh membuat pipinya basah.

"Tapi kenapa harus kamu sih Run? Diantara 1200-1300 kelahiran, kenapa harus kamu yang dipilih Allah untuk melewati semua ini?"

"Semua cobaan yang diberikan, pasti ada hikmah dibalik semua ini. Allah memilihku, karena sayang kepadaku. ingin menguji seberapa besar kesabaranku menghadapi ujiannya. Nikmat ini memang sakit Far, tapi percayalah, ini semua akan berbuah manis nantinya. Percayalah padaku, tidak akan terjadi apa-apa karena aku selalu meminum obatnya."

Keduanya menangis bersamaan dalam posisi berpelukan. Farrah tidak bisa membayangkan jika nantinya akan berpisah dengan Seruni. Dia tidak akan bisa merelakan begitu saja sahabat yang dia cintai meninggalkannya.

Koarktasio aorta, merupakan sebuah kelainan yang menyebabkan dinding jantung menebal sehingga membuat kinerja otot jantung semakin melemah. Kelainan tersebut bisa mengakibatkan resiko gagal jantung dan bisa mengakibatkan gangguan jantung lainnya. Kejadian koarktasio aorta lebih kurang 8% dari semua penyakit jantung bawaan atau 1 di antara 1200-1300 orang. Sayangnya kelainan ini belum diketahui jelas penyebabnya mengapa bisa terjadi, namun koarktasio aorta diduga terjadi karena adanya mutasi gen atau kromosom.

Farrah mengurai pelukannya, gadis itu mengusap air matanya dengan selembar tisu. Seruni tersenyum melihat wajah sahabatnya merah sehabis menangis. Terlihat lucu.

"Jangan bersedih, aku baik-baik saja. Buktinya selama ini tidak pernah terjadi apa-apa denganku bukan? Pendarahan hidung itu hal yang wajar dan bisa aku atasi. Meskipun terkadang aku lemas lalu pingsan," ujar Seruni, diiringi candaan.

"Pingsan-mu itu bukan sebuah candaan, Seruni. Aku khawatir bila melihat wajahmu pucat pasi dan hidung terus mengeluarkan darah. Rasanya aku ingin tenggelam saja dari pada harus melihatmu seperti itu."

Seruni tersenyum, ia bahagia bisa memiliki sahabat seperti Farrah. Meskipun terkadang Farrah teramat cerewet, tetapi Seruni senang dengan kehadirannya. Farrah bisa menjadi sosok kakak, teman, dan sahabat baginya.

"Aku tidak mau kamu pergi. Aku ingin kita berdua sama-sama menikmati masa kuliah bersama dan bekerja di satu perusahaan yang sama. Bahkan aku punya mimpi kita menikah bersama, tentu dengan laki-laki yang berbeda. Meskipun kita sahabat, tapi tetap saja aku tidak ingin berbagi suami denganmu."

Gelak tawa Seruni terdengar, "Aku juga tidak mau berbagi suami denganmu," ujar Seruni. Lalu keduanya tertawa bersama. Hal-hal kecil yang membuat mereka terlihat konyol terkadang ada kebahagiaan tersendiri di dalamnya. Mimpi yang sederhana, tetapi butuh persiapan untuk menggapainya.

"Run, apa kamu masih mau mengikuti lomba itu?" pertanyaan Farrah kembali mengarah ke hal yang serius.

"Aku akan tetap mengikuti lomba itu. Bagaimana pun juga itu adalah mimpiku dan aku harus mewujudkannya."

"Seberapa besar kamu ingin mewujudkannya?"

"Tidak bisa kujelaskan. Tapi, mimpi itu sangat berarti bagiku. Almarhumah Nenek pernah berkata, 'kejarlah mimpimu, meskipun banyak rintangan menghadang. Bila tidak dicoba, kamu pasti akan menyesal di hari tua' dan aku tidak mau penyesalan itu datang di saat aku sudah bongkok berjalan dengan tongkat, karena pasti akan menyedihkan sekali," jelas Seruni, kembali membuat Farrah tertegun.

Farrah benar-benar bangga dengan sosok Seruni, gadis yang sederhana dan pejuang yang tangguh. Tidak peduli dengan cacian keluarganya yang ia fokuskan hanyalah mengejar mimpi sebelum hari tua itu menjemputnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top