Chapter 16

Ting tong~

"Ini rumah Amagi, bukan?" tanya Kaoru sembari melihat sekelilingnya.

"Um," jawab Rie dengan penuh antusias.

Tak lama kemudian, pintu pun terbuka yang menampakkan seorang gadis dengan piyama ungu. Bagi beberapa orang, piyama itu sangat cocok dengan surai (Name).

"Oh, (Name)-chan, kau can ...."

"(Name)-chan, apakah aku dan Papaku boleh tinggal disini sebentar?" potong Rie yang membuat Kaoru sedikit merasa tidak sopan.

(Name) pun tampak sedikit menimang pernyataan Rie. Namun melihat Kaoru, (Name) telah mengetahui apa permasalahan mereka.

"Masuklah, akan aku tunjukkan kamar untuk Hakaze-san. Karena Rie-chan akan tidur denganku," ucap (Name) sembari membuka pintu lebih lebar.

Dan memang pernyataan (Name) sedikit terburu-buru. Karena, saat ini adalah waktu yang pas untuk (Name) tidur.

Mungkin kalian bertanya-tanya, apakah (Name) belajar? Tentunya (Name) belajar. Hanya saja, ia selalu santai. Karena ia memiliki prinsip jika belajar tidak bisa dipaksakan dan harus murni dari keinginan sendiri.

"Antar saja Rie ke kamar, aku yakin dia sudah lelah," ucap Kaoru yang membuat (Name) menyipitkan matanya.

"Tapi, Papa juga lelah."

"Sudah, menurut saja, ya. Papa baik-baik saja," ucap Kaoru yang memilih duduk di sofa.

(Name) dan Rie pun menuruti keinginan Kaoru. Mereka pun berangkat ke kamar (Name). Dan sesampainya disana, (Name) meminjamkan piyama pada Rie.

"Arigatou," ucap Rie dengan senyuman manis, namun terkesan rapuh bagi (Name).

"Rie-chan, apa benar jika kau akan baik-baik saja?" tanya (Name) dengan nada khawatir.

Rie yang baru saja bangkit dari kasur untuk berganti pakaian pun langsung menghentikan aktivitasnya. Ia menatap (Name) dengan tatapan penuh keyakinan, "Maaf sudah merepotkanmu untuk kesekian kalinya, (Name). Tapi, bagaimanapun ... aku harus menjadi kuat agar Papa tidak melihatku seperti gadis kecil terus-menerus."

(Name) pun merasa iba. Ia tidak tahu rasanya ditentang oleh keluarga. Tapi, setidaknya (Name) merasa jika hal itu sangat menyakitkan bagi siapapun.

"Kalau begitu, cepatlah tidur. Agar esok kita bisa bangun awal," ucap (Name) yang terdengar seperti seorang ibu bagi Rie.

"Ada apa?" tanya (Name) yang mendapati Rie menatapnya dengan penuh makna.

Mendengar ucapan (Name), Rie pun bergeleng pelan lalu beranjak ke kasur.

"Oyasumi," ucap Rie yang langsung memejamkan matanya.

"Oyasuminasai," balas (Name).

Setelah dirasa lelap, (Name) pun meninggalkan Rie dan ia pergi ke dapur. Ia tidak tahu apa yang disukai oleh Kaoru, namun yang akan ia sajikan hanyalah secangkir kopi hitam.

'Begini juga tidak ada salahnya,' batin (Name) dan setelah selesai membuat kopi, ia langsung menyajikannya pada Kaoru yang tampak gusar.

"Arigatou," ucap Kaoru dengan senyuman biasanya. Dan (Name) hanya mengangguk sebagai jawaban.

Karena melihat Kaoru yang tidak kunjung ceria, (Name) memutuskan untuk menemani Kaoru di ruang tamu untuk sementara waktu. Meskipun bagi beberapa orang sangat berbahaya, namun dia adalah ayah dari temannya.

Selain itu, sangat tidak sopan jika membiarkan tamu merenung seorang diri di rumah kita. Itulah yang nyonya Amagi ajarkan pada anaknya.

"Orang tuamu apa tidak di rumah?" tanya Kaoru yang sekedar membuka suara.

(Name) pun bergeleng singkat sebagai jawaban, "Papa sedang keluar dengan Crazy:B dan Mama sedang ada urusan luar kota."

Kaoru hanya bisa tersenyum mendengarnya. Ia tidak menyangka jika gadis semanis (Name) bisa ditinggalkan semudah itu oleh orang tuanya.

"Ano ... maaf jika terkesan ikut campur masalah Anda. Tapi, apa yang membuat Rie kemari?" tanya (Name) dengan raut yang terlihat jelas jika ia sedang khawatir.

Kaoru semakin tersenyum. Entah ia harus senang atau merasa kasihan pada dirinya sendiri.

"Maaf, jika pertanyaanku menyinggung ...."

"Tidak apa-apa. Lagipula, hal ini sudah umum bagi kebanyakan pria," ucap Kaoru yang membuat (Name) berkata, "Maksud Anda?"

"Rie, sedari kecil telah ditinggal oleh ibunya. Ia dibesarkan oleh kakak perempuanku. Sementara aku, ya ... kurasa kau sudah mengerti apa yang aku lakukan di luar sana. Mencari uang, bermain, dan memikirkan keperluan Rie. Dan saat pulang, aku dan Ayahku akan bertengkar. Mempermasalahkan seorang wanita untuk menjadi ibu baru untuk Rie. Tapi, aku belum siap menerima wanita lain yang akan menetap disisiku selamanya."

Mendengar penjelasan Kaoru, (Name) hanya bisa terdiam. Maniknya terus melontarkan pemikiran yang sebisa mungkin ia ucapkan untuk menghibur ayah temannya.

"Anda adalah ayah yang hebat," puji (Name) sembari memberikan senyuman terbaiknya.

"Ya, sebisa mungkin, aku akan menghindarinya dan membawa lari Rie. Aku tidak ingin Rie selalu disalahkan atas kematian ibunya," sambung Kaoru dengan mimik gusar.

"Aku ... aku turut prihatin. Tapi ...."

"Tenanglah, Tanpopo-chan. Esok aku akan mencari apartemen untukku dan Rie tinggal," ucap Kaoru dengan senyuman biasa dan disambung, "Terima kasih, karena telah menjadi teman Rie."

(Name) bungkam. Ia hanya bisa mengangguk saja.

"Kalau begitu, istirahatlah. Agar esok kau bisa bangun dengan kondisi segar," ucap Kaoru sembari mengelus surai (Name).

"Um," jawab (Name) lalu pergi meninggalkan Kaoru seorang diri.

Jujur saja, saat Kaoru menyentuh surai anak dari Amagi Rinne tersebut, ia merasakan sesuatu yang telah lama hilang dari hatinya telah kembali. Suatu kehangatan yang telah lama pudar, kini telah ia rasakan kembali.

'Kurasa aku hanya kelelahan dan terlalu memikirkan (Name) saat ini. Selain itu, jika (Name) masih hidup, mungkin ini tidak akan terjadi padaku dan yang lainnya,' pikir Kaoru yang mulai memejamkan matanya.

*****

Pagi telah menyisir kegelapan, menyisakan suara indah nan penuh suka cita di bumi ini. Sungguh hari yang sangat damai.

"Papa, apakah kau sudah siap?" tanya Manami yang sedang menunggu ayahnya di luar kamar.

Namun, ayahnya belum merespon sama sekali. Manami yang merasa diabaikan pun memilih mencari sang putera mahkota.

Ia berkeliling istana. Lorong demi lorong pun telah ia telusuri. Namun, ia sama sekali tidak menemukan orang yang ia cari. Jangankan putera mahkota, neneknya pun tidak berhasil ia temui.

'Kemana semua orang?' batin Manami yang memilih ke taman istana dan berbicara dengan bunga.

"Oh, apakah aku telah membuat tuan putri ini bersedih?"

Manami yang merasa mengenal suara itupun langsung beranjak dari lokasinya dan menatap lawan bicaranya.

"Papa kemana saja? Aku sudah menunggu Papa satu jam disini," ucap Manami yang terkesan melebih-lebihkan waktu.

"Benarkah? Wah, ternyata papa kejam juga ya," jawab Hiyori dengan pose sedih.

"Papa, lebih baik, kita segera pergi. Takutnya, nanti kesiangan," ucap Manami yang membuat Hiyori tersenyum lembut seraya berkata, "Baiklah, ayo."

Hiyori mengulurkan tangannya pada putri semata wayangnya. Dan dengan penuh suka cita, Manami menyambut uluran tangan itu.

Mereka pun pergi menggunakan limosin yang telah disediakan khusus untuk mereka. Tak lupa, mereka pun mampir ke toko bunga. Mereka memilih mawar merah lalu dibungkus sedemikian rupa.

Tentunya, Manami sangat senang dan telah menunggu hari ini tiba. Manami sangat senang, hingga ia sulit tidur.

Tak lama kemudian, mereka pun tiba disebuah pemakaman. Hiyori dengan lembutnya menggandeng putri semata wayangnya menuju tempat peristirahatan terakhir seorang wanita yang sangat spesial dalam hidupnya.

Setibanya disalah satu pemakaman, Manami menaruh bunga mawar itu dengan hati-hati. Seakan-akan jika bunga mawar itu akan hancur jika ia terlalu kasar.

"Mama, aku datang lagi bersama Papa. Ah, iya, bagaimana kondisi Mama? Apa Mama merindukanku? Aku sangat merindukan Mama, bahkan aku ingin bertemu dengan Mama. Papa juga begitu. Tiap malam, Papa selalu menceritakanku tentang Mama ...."

Hiyori hanya bisa tersenyum penuh kesedihan saat mendengar curahan hati anaknya pada mendiang ibunya. Hatinya rapuh dan hancur berkeping-keping.

Hiyori pun menghela nafas panjang agar ia tetap bisa mengontrol diri. Setelahnya, ia menepuk pundak putrinya dan mengisyaratkan jika sudah saatnya berdoa.

Mereka pun mendoakan (Name) dan setelahnya, Manami mencium nisan (Name) berkata, "Aku akan merindukan Mama. Sampai jumpa, Mama."

"Bahagialah disana, (Name)," ucap Hiyori.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top