Chapter 13

"Sudah puas untuk melihat-lihat, (Name)-chan?"

(Name) terhenyak saat mendengar suara itu. Dan ia pun langsung membungkukkan badannya seraya berkata, "Maafkan aku, Kuro-san. Aku ... aku tidak bermaksud untuk mencuri atau melakukan stalk pada keluarga Anda."

Kiryu tampak menghela nafas. Ia pun mendekati gadis itu dan menepuk pundaknya pelan.

"Kau tidak perlu meminta maaf, (Name)-chan," ucap Kiryu sembari memandangi foto yang sama.

"Eh?"

Perlahan-lahan, (Name) menatap Kiryu. Di sana, ia melihat tatapan yang sangat sedih, pilu, dan juga keikhlasan.

"Kau tidak salah apapun," ucap Kiryu dengan ramahnya.

"Maaf, Kuro-san. Aku tidak ingin ikut campur, tapi ... bisakah Kuro-san memberitahu aku tentang perempuan itu?" tanya (Name) yang berhati-hati agar tidak menyinggung perasaan lawan bicaranya.

"Dia ... dia seorang produser kami sebelum adanya Anzu. Dan foto ini diambil saat akan ulang tahun pertama Ensemble Square. Kami mengambil tema pernikahan dan jadilah seperti ini," jelas Kiryu.

"Lalu ... kemana gadis itu?" tanya (Name) dengan tatapan bingung.

"Dia keluar dari ES dan telah memilih jalannya sendiri," jawab Kiryu singkat.

"Mengapa ... sama seperti yang Paman Akashi jelaskan," gumam (Name).

"Mungkin sama, tapi jelas sangat berbeda," singkat Kiryu yang langsung menatap (Name) seraya berkata, "Jadi, ada keperluan apa kau kemari?"

"A-ah anoo ... etto ...."

*****

"(Name)-chan!? Kukira kau kesasar," ucap Tsuna dengan nada khawatir dan ia pun melihat orang dibelakang (Name) seraya bicara, "Are? Papa?"

"Daijoubu, temanmu hanya sedikit tersesat saat mencari toilet. Dan sekarang dia kembali," ucap Kiryu dengan tampang galak yang membuat Tsuna ber-'oh' ria.

"Maaf jadi merepotkan Anda, Kuro-san," ucap (Name) seraya membungkukkan badannya.

"Tidak, tidak merepotkan," ucap Kiryu.

"Tsuna-chan, maaf merepotkan mu juga," ucap (Name) setelah bangkit dan menatap Tsuna dengan tatapan tak enak.

"Tenanglah. Ini, bukunya," ucap Tsuna sembari memberikan buku yang (Name) cari.

"Arigatou. Kalau begitu, aku permisi. Sampai bertemu esok, Tsuna-chan," ucap (Name) yang langsung membungkukkan tubuhnya sebentar lalu mulai meninggalkan kediaman Kuro tersebut dan langsung menemui ayahnya yang telah menunggunya di mobil.

"Maaf, sudah membuat Papa menunggu lama," ucap (Name) dengan nada bersalah.

"Sudahlah. Ayo masuk! Agar kita bisa sampai rumah dan beristirahat dengan cepat," ucap Rinne sembari memberikan senyuman ringan pada anaknya.

(Name) pun masuk dan setelah, Rinne langsung tancap gas.

Dalam perjalanan itu, (Name) tampak memikirkan sosok gadis yang ia lihat dalam foto tersebut. Sementara Rinne, ia sangat fokus pada jalanan agar tidak membahayakan nyawa dirinya ataupun anaknya.

"Pa," panggil (Name). Namun, Rinne tidak menjawabnya.

"Pa," ulang (Name).

"Papa!"

"Hm?" jawab Rinne dengan manik yang belum lepas dari jalanan sepi.

"Berapa lama Papa berada di ES?" tanya (Name) yang membuat Rinne menatap (Name) sebentar lalu kembali fokus ke jalan seraya berkata, "Sedikit lama, kira-kira dua tahun."

(Name) pun mengangguk sebagai jawaban.

"Ada apa? Apa kau menemukan sesuatu di rumah Kuro Kiryu?" tanya Rinne yang merasa sesuatu yang tidak menyenangkan tengah menimpa anaknya.

(Name) menggeleng cepat seraya berkata, "Tidak, tidak terjadi ataupun menemukan apapun, Pa."

Rinne pun terdiam. Walaupun ia merasa ada yang tidak beres, namun ia tidak memaksa anaknya untuk bercerita.

*****

"Ohayou gozaimasu, Papa!" sapa seorang gadis bersurai baby blue dengan senyuman manis yang terpatri di wajahnya.

"Ohayou," balas sang ayah dan disambung, "Chika sangat rajin, ya."

Gadis bernama Hajime Chika itupun tertawa riang lalu berkata, "Tidak juga. Aku hanya kasihan melihat Papa yang selalu menyiapkan teh dan camilan ringan untuk kita berdua."

"Papa sangat beruntung memiliki Chika," ucap Shino setelah menerima secangkir teh dari anaknya dan dibalas, "Chika juga beruntung memiliki Papa seperti Papa."

Setelah obrolan singkat itu, mereka pun mulai menikmati teh di pagi hari dengan beberapa keping cookies yang telah dibuat oleh anaknya.

Sungguh, suasana pagi ini sangat damai. Namun, disaat ini pula, Shino merindukan sosok (Name) yang selalu hadir bersamanya untuk menemani teh bersama.

"Papa, daijoubu ka?" tanya Chika yang menyadari perubahan mimik ayahnya.

"Daijoubu. Papa hanya teringat saat papa masih ada di SMA, makanya ... papa sedikit sedih," jawab Shino yang berusaha menyembunyikan rasa sedihnya.

"Souka, kalau begitu, maukah Papa menceritakannya padaku?" tanya Chika dengan tatapan memohon dan disambung, "Tapi ... jika Papa tidak mau bercerita pun, aku tidak masalah. Yang terpenting, jika Papa ingin bercerita, datanglah padaku, ya."

"Tentu. Terima kasih, Chika," ucap Shino.

Sejujurnya, ucapan Chika membuat hati Shino sedikit lega maupun sedih secara bersamaan. Ia selalu berpikir, apakah ia tetap sanggup untuk menjaga semua rahasia ini seorang diri?

"Pa, jika boleh bertanya, sebenarnya dimana Mama? Mengapa Mama belum pulang? Apakah ia tidak merindukanku?" tanya Chika yang membuat Shino berpikir keras.

"Mama ... Mama selalu rindu pada Chika. Bahkan, berulang kali Mama bilang pada papa jika Mama ingin segera bertemu dengan Chika. Jadi, tolong bersabar sebentar, ya. Sampai Mama siap untuk kembali ke Jepang," ucap Shino.

"Hmmm ... begitu ya," gumam Chika yang kemudian berdiri dari meja makan dan mendekat ke ayahnya seraya berkata, "Hari ini, aku pamit ke rumah Tsuna untuk belajar kelompok, Pa. Jadi, maaf jika saat Papa pulang, rumah masih dalam kondisi kosong."

"Tidak apa-apa. Tapi, apakah kau tidak lelah? Dan ... bukankah hari ini jadwalmu libur sebelum ada pembelajaran lagi?" ucap Shino dengan tatapan khawatir.

"Tenanglah, Pa. Aku sudah besar kok dan aku pasti bisa menjaga diriku baik-baik," ucap Chika yang langsung memeluk erat ayahnya lalu berkata, "Ittekimasu!"

"Itterashai," balas Shino.

Manik Shino menatap punggung anaknya yang semakin hari semakin terasa beban yang ia tanggung. Dan tanpa terasa, kristal cair pun mengalir dari manik violetnya dan mulai membasahi pipinya.

"Hiks ...."

Shino menangis. Ia tak kuasa jika harus berbohong terus-menerus pada putrinya.

"Kapan saat itu akan tiba?" tanya Shino pada dirinya sendiri disela-sela isak tangisnya.

"Ma ... hiks ... maafkan papa, Chika," gumam Shino.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top