Chapter 12

Setelah mengitari berbagai stand yang ada, Yui dan ayahnya pun mampir pada stand permen apel. Memang, permen apel paling disukai disaat-saat seperti ini.

"Wah, Tsukinaga-san ya," sapa penjual itu yang notabenenya anak dari sekolah lain yang memutuskan untuk bergabung dalam projek Kimisaki gakuen.

"Doumo," ucap Leo dengan riangnya.

"Wah, senang bertemu dengan Anda disini. Ah, Yui-chan! Pasti kau senang kan, melihat Ayahmu kembali?" ucapnya dengan ramah yang ditanggapi dengan anggukan singkat serta senyuman ramah dari Yui.

Sejujurnya, Yui mengerti jika mereka hanya berpura-pura baik dihadapan ayahnya. Karena yang sesungguhnya, mereka hanya ingin terlihat menarik dihadapan ayahnya.

"Sudah? Ada yang Yui inginkan lagi?" tanya Leo dengan penuh kasih sayang.

"Tsukinaga-san, sangat perhatian ya," ucap penjual itu yang menginterupsi pembicaraan mereka.

'Damare!' batin Yui.

"Um, tentu saja. Yui adalah bagian dari nyawa dan hidupku, tentu saja aku menyayanginya," jawab Leo yang entah mengapa membuat Yui ingin menangis lagi.

"Anoo ...."

"Ada apa, Yui-chan? Ada yang kau inginkan lagi?" tanya Leo dan dijawab dengan gelengan singkat seraya berkata, "Aku lelah, Papa."

"Souka, mari kita cari tempat istirahat," ucap Leo dengan senyuman yang terukir di wajahnya dan dibalas dengan keceriaan dari Yui.

Setelah lama berkeliling, akhirnya mereka pun menemukan tempat istirahat. Walaupun sebelumnya, tempat itu dipakai oleh Ayumu dan ayahnya. Namun, Eichi dengan senang hati membaginya dengan Leo.

"Bagaimana, apa kau merasa lebih baik?" tanya Leo sembari mencoba takoyaki yang sempat ia beli saat berkeliling tadi.

"Um! Aku merasa hari ini adalah hari terbaik yang pernah ku alami. Karena Papa ada disini bersamaku dan aku sangat senang," ucap Yui dengan tawa riangnya yang membuat Leo tidak bisa menghilangkan senyuman dari wajahnya.

"Hei, Yui-chan, siapa anak yang menolongmu tadi?" tanya Leo yang membuat Yui antusias lalu berkata, "Dia teman masa kecilku, namanya Amagi (Name). Sungguh, aku tidak menyangka akan bertemu dengannya lagi."

Yui terus bercerita bagaimana pertemuannya dengan (Name). Namun, Leo sama sekali tidak mendengarkannya. Karena Leo sedang memikirkan hal yang mustahil terjadi.

'Reinkarnasi,' batin Leo.

"Hei, Papa, apa Papa mendengakanku?" ucap Yui yang membuat Leo tersadar dari lamunannya lalu berkata, "Tentu saja. Karena Papa kan nyata dihadapan mu, tidak seperti uchuujin yang hadir lalu menghilang tiba-tiba."

"Uchuujin?" ulang Yui dengan tampang bingung.

"A-ah, lupakan saja," ucap Leo yang membuat Yui mengangguk.

"Tapi ... ada satu hal yang membuatku merasa nyaman saat disisi (Name)," gumam Yui yang membuat Leo menatapnya lekat-lekat.

"Seperti?"

"Ah! Lupakan saja, Papa. Mungkin ini hanya pemikiranku yang tidak terlalu penting," ucap Yui dengan tawa hambarnya.

*****

Tak terasa, waktu bunkasai pun harus berlalu begitu cepat. Mungkin karena waktu ini sangat berharga, dimana orang-orang terkasih bisa bertemu dan saling bercengkrama satu sama lain.

Selesai acara, anak-anak dari berbagai sekolah yang turut berpartisipasi dalam bunkasai itupun diminta untuk pulang. Karena Eichi meminta agar staf yang membereskan sisanya agar anak-anak mendapatkan waktu istirahat yang cukup.

"Ah, aku lupa!" ucap (Name) yang baru saja masuk rumah.

"Lupa apa?" tanya Rinne dengan tatapan bingung.

"Tugasku tertinggal di rumah Tsuna," jawab (Name) dengan paniknya.

Rinne pun menghela nafas dan mulai membuka pintu seraya berkata, "Esok akan Papa katakan pada Kuro Kiryu agar tugasmu dibawakan."

"Dame desu yo, Papa," ucap (Name) dengan tampang sedih.

"Tapi, jika sekarang, mungkin Mama mu akan ...."

"Rin-kun, ayo antarkan putri kita mengambil tugas."

Ucapan Rinne terpotong oleh suara wanita paruh baya.

"Mama!" ucap (Name) dengan riangnya.

Rinne pun bingung sembari menggaruk rambutnya dengan kasar.

"Ayolah, Papa," bujuk (Name).

"Rin-kun," tegur wanita itu yang membuat Rinne mendengus lalu berkata, "Baiklah, baik. Tapi ingat, malam ini jatah."

"Jatah?" ulang (Name) dengan polosnya.

"Papamu meminta mama untuk bermain game online sebentar," jawab wanita itu dan disambung, "(Name) masuk mobil dulu ya, nanti Papa akan menyusul."

(Name) pun menurut, ia mulai berjalan memasuki mobil dan disaat itulah suara rintihan Rinne pun terdengar.

"Dengar ya, Rin-kun. Bodoh boleh, tapi jangan dihadapan anak kita. Dia masih polos," tegur wanita itu setelah menjitak Rinne.

"Iya-iya, maaf," ucap Rinne.

"Baiklah, kalau begitu, cepat antar anak kita," ucap wanita itu yang kemudian mendorong Rinne pelan, sementara ia kembali masuk ke rumah.

*****

Ding dong~♪

Ding dong~♪

Ding dong~♪

(Name) telah menekan bel tersebut sebanyak tiga kali dan belum mendapatkan jawaban dari sang pemilik rumah. Namun, saat (Name) akan menekan kembali, pintu pun terbuka yang menampakkan sosok gadis yang ia cari, Kuro Tsuna.

"(Name)-chan, apa ada yang bisa ku bantu?" tanya Tsuna.

"Um, kemarin kita kerja kelompok lalu ... aku meninggalkan buku ku di kamarmu, apa aku boleh mengambilnya lagi?" tanya (Name) yang dibalas oleh tawa ringan oleh Tsuna, lalu ia pun berkata, "Bicara apa kau ini, itukan bukumu. Tentu saja kau boleh mengambilnya."

Tsuna pun membuka pintu lebih lebar agar (Name) bisa masuk.

"Permisi," ucap (Name) setelah masuk dan dijawab oleh Tsuna, "Silakan."

Tsuna pun mengantar (Name) ke kamarnya lalu ia mulai mencari buku yang dimaksud oleh (Name).

"Ano ... Tsuna-chan, boleh aku meminjam kamar mandi?" tanya (Name).

"Ah, silakan. Tapi maaf, kamar mandiku sedang diperbaiki. Jadi, pakai kamar mandi yang diluar, ya," ucap Tsuna yang merasa tidak enak pada (Name).

"Um, daijoubu. Dan ... dimana letaknya?" tanya (Name).

"Kau keluar kamar ini lalu lurus, belok kiri. Setelah kiri, baru ke kanan," jelas Tsuna dan disambung, "Mau ku antar?"

"Terima kasih, tapi aku bisa sendiri," tolak (Name) dengan halus.

Setelah itu, (Name) mulai melakukan apa yang diarahkan oleh Tsuna. Namun, saat lurus, ia merasa kebingungan.

'Kanan dulu, atau kiri dulu?' batin (Name) dengan pose berpikir. Dan pada akhirnya, ia pun memilih kanan terlebih dahulu.

Namun, setelah beberapa menit berjalan, ia menemukan sebuah ruangan dan tanpa basa-basi terlebih dahulu, ia pun membuka ruangan itu.

'Shimatta ... aku tersesat,' batin (Name) yang terkejut dengan ruangan tersebut.

Bagaimana tidak, (Name) kesasar di ruangan milih ayahnya Tsuna. Dalam ruangan tersebut, bisa dibilang cukup rapih untuk seorang pria yang tidur sendiri.

Namun, manik (Name) menangkap foto besar yang telah dibingkai. Seorang gadis dengan empat puluh dua idola ES dengan pakaian serba putih.

'Pernikahan? Tunggu, mengapa dia mirip denganku,' batin (Name) yang terus memperhatikan sosok gadis bersurai (hair color) yang tengah tersenyum bersama empat puluh dua idola tersebut.

"Sudah puas untuk melihat-lihat, (Name)-chan?"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top