Part 15

Tiga tahun kemudian...

Suara riuh tepuk tangan dan tangis haru mewarnai upacara wisuda Universitas Konoha kali ini. Semuanya bahagia, termasuk perempuan bersurai merah muda itu. Panggil dia Sakura, Haruno Sakura.

"Sakura, selamat ya! Aku tidak terkejut saat namamu disebut sebagai lulusan terbaik. Pokoknya aku benar-benar bangga padamu!" Setelah mengatakan itu, Ino langsung memeluk erat Sakura dan memberinya sebuket bunga.

Sakura menyeringai. "Aku juga tidak terkejut. Justru aku sangat terkejut kalau sampai aku tidak mendapat predikat lulusan terbaik."

Ino meninju lengan Sakura secara spontan. "Dasar sombong! Sini kembalikan bunganya!"

"Tidak mau. Ini sudah jadi milikku!" Sakura menjulurkan lidahnya.

"Sakura."

Suara bariton itu membuat Sakura dan Ino berhenti berdebat. Keduanya sama-sama membalikkan badan guna melihat siapa gerangan yang memanggil Sakura barusan.

"Oh, hai, Gaara." Sakura tersenyum menatap Gaara yang tengah berdiri sambil membawa sebuket bunga.

"Selamat atas kelulusanmu," ucap Gaara tulus. "Oh ya, ini untukmu."

Gaara menyerahkan sebuket bunga itu untuk Sakura. Sakura tersenyum kikuk, bingung bagaimana menerima bunga itu padahal tangannya sudah penuh.

"Sini biar kubawakan." Ino merebut sebuket bunga itu dari tangan Gaara. "Terima kasih, ya. Sayang sekali Sakura tidak bisa memegang buket bungamu. Tangannya hanya dua dan yang memberikan Sakura hadiah sangat banyak. Jadi, yah ... kau tahu lah. Sebagai sahabat yang baik, aku harus membantu Sakura."

Gaara mendengus sebal, sedangkan Sakura tertawa geli atas sikap Ino barusan.

"Terima kasih ya, Gaara. Seharusnya kau tidak usah repot-repot memberiku bunga," ujar Sakura berterima kasih.

"Ini bukan apa-apa, kok. Tenang saja." Gaara terkekeh pelan. "Ehm, Sakura?"

"Ya?"

Ino memutar kedua bola matanya bosan. Seolah-olah ia sudah tahu apa yang akan terjadi.

"Aku tunggu di parkiran ya, Sakura? Aku tahu pasti apa yang akan kalian bicarakan dan aku sudah sangat-sangat bosan mendengarnya."

Tanpa mendengarkan jawaban Sakura, Ino langsung pergi menuju parkiran. Sakura mendengus pelan. Sial, kenapa Ino malah pergi meninggalkannya berdua dengan Gaara?

"Jadi?" Gaara memulai percakapan. "Bagaimana? Apa jawabanmu?"

"Gaara, aku--"

"Kau tidak mau menjawab lagi." Wajah Gaara berubah sendu. "Sudah tiga tahun, Sakura. Tiga tahun aku menunggu jawabanmu. Kau bilang, kau akan memberikan jawaban pria mana yang akan kau pilih."

"Dan aku memilih Sasuke."

"Tapi Sasuke itu--"

Sakura mengecek jam tangannya. "Maaf, Gaara. Aku harus pergi sekarang, aku ingin menemui Sasuke."

"Sakura--"

"Oh ya, satu hal lagi." Sakura mengangkat tangannya guna membungkam Gaara. "Walaupun nanti aku memilihmu, tapi hatiku tetap untuk Sasuke. Aku tidak ingin membohongimu, Gaara. Kau pria baik, aku yakin masih ada wanita yang jauh lebih baik dariku di luar sana."

"Tapi aku menyayangimu, Sakura."

"Aku juga menyayangimu, Gaara. Tapi hanya sebagai sahabat. Jadi kumohon, hentikan semua ini atau aku akan membencimu selamanya."

Gaara terdiam beberapa saat. Tatapannya tidak bisa lepas dari Sakura, wanita pujaan hatinya. Gaara berkutat dengan pemikirannya sendiri. Ia tidak ingin melepaskan Sakura, tapi ia juga tidak ingin memaksa Sakura lagi.

"Baiklah kalau itu maumu. Aku akan berhenti untuk menanyaimu. Itu jauh lebih baik daripada aku kehilanganmu." Lalu Gaara tersenyum tulus. "Boleh aku minta sebuah pelukan? Maksudku, pelukan sahabat."

"Boleh." Tiba-tiba Sakura menyeringai. "Tapi nanti, setelah aku menemui Sasuke. Kau tahu sendiri, kan? Sasuke itu tidak suka menuggu lama-lama."

Gaara terkekeh geli, kemudian mengangguk. "Baiklah, tapi kau berhutang sebuah pelukan padaku."

"Akan kuingat itu." Sebelum meninggalkan Gaara, Sakura sempat memberikan cengiran jahil.

Sakura setengah berlari menuju ke parkiran. Tangannya penuh dengan hadiah dan buket bunga dari teman-temannya, jadi ia harus berhati-hati agar barang bawaannya tidak jatuh.

Setelah kira-kira lima menit, Sakura sudah sampai di parkiran. Ia bisa melihat Ino yang wajahnya sangat kesal dan memerah karena cuaca yang cukup panas.

"Maaf aku terlambat," ucap Sakura dengan wajah yang tak kalah merahnya.

Ino mendengus. "Kau ini lama sekali seperti siput. Ayo cepat masuk ke mobil! Jalan menuju pemakaman sangat macet, tahu."

"Baiklah." Sakura tersenyum, lalu memandangi langit siang yang bersih tanpa awan.

Bagaimana kabarmu di sana, Sasuke? Kau pasti bahagia, kan? Oh ya, hari ini aku sudah wisuda. Andai saja kau masih hidup, pasti kita akan memakai baju toga dan naik ke atas panggung bersama.

Dan satu lagi, aku benar-benar menolak Gaara hari ini. Aku tahu, mungkin orang lain akan mengira aku sudah gila karena memilihmu. Tapi aku tidak peduli. Ini kan hidupku. Jadi aku bebas mau mencintai siapapun.

Pokoknya jangan menertawaiku! Aku tahu kau pasti juga menganggapku gila, kan? Tapi kutekankan sekali lagi, aku tidak peduli! Dan asal kau tahu, aku mencintaimu, Sasuke.

"Sakura, ayo cepat masuk! Kita sudah terlambat." Ino sudah mulai berteriak tidak sabar.

Sakura sedikit tersentak, lalu bibirnya menyunggingkan sebuah senyum tipis. "Ayo berangkat."

"THE END"



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top