PROLOG

Note:
Untuk bagian Badass Temple, kemungkinan besar akan mengalami rombak sifat karakter setelah sifat official mereka muncul di drama CD, dan sifat mereka di sini hanyalah dugaan penulis. Untuk alur cerita tidak akan berubah.

***

"Bertemu dengan teman online-mu?" tanya Kuko.

Jyusi mengangguk.

"Kami cukup sering chatting lewat dunia maya, tapi dia bilang kalau hari ini dia sedang berkunjung ke Nagoya—jadi dia mengajakku bertemu."

"Jadi itu yang kau maksud saat kau bilang akan terlambat datang ke pertemuan divisi?" tanya Hitoya.

Jyusi mengangguk singkat.

"Tapi aku tidak menyangka kalian justru akan menjemputku," sahut Jyusi, "terlebih lagi, mau bertemu dengan temanku."

"Setelah kau bertemu dengannya kita akan bertemu, kan? Lebih praktis jika aku ikut," jawab Kuko dengan santai.

"Ya, dan kita tidak perlu repot menunggumu," sahut Hitoya.

Walaupun sebenarnya mereka berdua khawatir terjadi sesuatu pada rekan mereka ini.

Ponsel Jyusi bergetar, tanda sebuah pesan datang. Saat Jyusi membukanya, tampak wajahnya mencerah saat membaca pesannya.

"Dia bilang dia sudah sampai di Taman Meijo yang ada di dekat Istana Nagoya," ucap Jyusi kepada dua rekannya.

"Kalau begitu, ayo."

"Ngomong-ngomong, bisakah kau ceritakan pada kami bagaimana temanmu ini, Jyusi, mungkin kami bisa berteman dengannya," ucap Hitoya.

"Oh kalian ingin berteman dengannya? Namanya (Name) (Surname), dia seusia dengan Kuko," jawab Jyusi langsung bersemangat.

"Nama asli?" tanya Kuko.

"Ya," jawab Jyusi mengangguk, "sebenarnya namanya di dunia maya itu [Nickname], tapi dia memberitahuku saat dia tahu nama asliku."

"Nama aslimu? Kau tidak menggunakan nama aslimu di dunia maya, kan?" tanya Hitoya.

Jyusi menggeleng.

"Tenang saja, Hitoya-san, aku menggunakan Lord Darkness sebagai namaku," ucap Jyusi dengan bangga.

Kuko dan Hitoya hanya bisa menggelengkan kepala mereka saat mendengar jawaban Jyusi.

"Bagaimana dengan penampilannya?" tanya Hitoya.

"Dia hanya mengatakan bahwa dia terbilang pendek untuk orang seusianya," jawab Jyusi.

Kuko mengerutkan alis tak suka lalu mendecih, jelas tersinggung dengan ucapan rekannya.

"Perempuan atau laki-laki?" tanya Hitoya kembali.

Saat mendengar pertanyaan itu, Jyusi hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Aku tidak tahu."

"Hah?" kali ini Kuko menyahut dengan nada tidak percaya, "bagaimana kau bisa tidak tahu?"

Jyusi hanya tersenyum canggung.

"Dia tidak pernah menyinggung gender-nya, dan aku juga merasa tidak nyaman jika bertanya padanya. Dari sosmed juga tidak terlihat apakah dia perempuan atau laki-laki."

"Bagaimana kau bisa—oh, kita sudah sampai."

Ucapan Hitoya sukses menarik perhatian Kuko dan Jyusi, dan di hadapan mereka terlihat orang-orang yang menikmati keindahan Taman Meijo. Sampai ada yang menarik perhatian mereka, dari kejauhan terlihat kerumunan orang.

"Ada apa di sana?" heran Jyusi.

"Sebaiknya kita periksa dulu," ucap Hitoya dan mereka bertiga langsung bergegas menuju kerumunan itu.

Begitu mereka bertiga sudah melewati kerumunan orang tadi, mereka dihadapkan oleh seorang laki-laki yang tampak marah-marah pada seorang ... anak perempuan?

Ya, dilihat dari sisi mana pun, perempuan itu adalah anak-anak, masih SMP, mungkin?

"Apa yang laki-laki itu lakukan?" heran Kuko hendak mendekat, tampak Hitoya juga siap untuk turun tangan.

Orang-orang sekitar langsung tersentak kaget saat melihat laki-laki berlari mendekati perempuan tadi, seperti hendak menyerangnya. Namun perempuan tadi hanya mendengus geli, berjalan mendekati laki-laki itu—membuat kerumunan semakin panik.

Saat dirinya sudah dekat, perempuan itu langsung sedikit berlari lalu berhenti mendadak, tepat di depan laki-laki itu. Perempuan itu sedikit menunduk kemudian menginjak kaki laki-laki itu, dan mengayunkan siku tangannya ke laki-laki itu. Tidak sampai di sana saja, perempuan tadi juga memukul wajah laki-laki tadi dengan tangan yang sama.

Suasana menjadi hening, perlahan orang-orang berdecak kagum, bersamaan dengan jatuhnya laki-laki tadi, dan dia pun tak sadarkan diri.

"Sudah kuperingatkan sebelumnya, dan lihatlah kondisimu sekarang," gumam perempuan tadi menghela napas kasar.

Namun saat irisnya menangkap rambut dwi warna Jyusi, spontan wajahnya mencerah dan perempuan itu langsung berlari mendekati Jyusi—mengagetkan Jyusi sendiri, serta kedua rekan timnya.

"Jyusi! Ini aku! Akhirnya kita bertemu!"

Jyusi memandang perempuan itu cukup lama, sebelum akhirnya dirinya sadar—bersamaan dengan melebarnya iris sang laki-laki.

"(Name) (Surname)!?"

Perempuan itu—(Name)—tersenyum lebar lalu mengangguk dengan bersemangat.

"Huum! Salam kenal, aku (Name) (Surname), karateka dari Divisi Osaka!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top