Bab 7 - Kontrak Pernikahan

"Diam!" Edgar membanting tubuh Maya di ranjang. Nyaris jantung Maya copot dibuatnya, dia berpikir si bajingan ini ingin menyentuhnya. "Kau jangan kepedean aku tidak tertarik dengan tubuhmu yang seperti tiang listrik." Edgar berkata dengan suara baritonnya, ia meletakkan kepalanya di bantal sambil menutup matanya.

"Kau benar tidak tertarik?"

"Hmmm …." Maya menghela napas lega.

Lalu pernikahan seperti apa yang harus Maya jalani bersama pria ini? Emangnya Edgar tahan tidak meliriknya sama sekali.

"Kenapa kau melihatku seperti itu?" Maya mengigit bibir bawahnya. Oh astaga, ternyata si biang masalah ini menyadari jika Maya memandangi Edgar.

"A–aku hmmm … memangnya kenapa? Ada yang salah?" ucap Maya sedikit terbata, ia meremas gaun tidur yang dikenakannya perlahan.

"Ya tidak! Aku cuma keberatan kau melihatku seperti itu." Dih, kayak tuh muka ganteng aja.

"Edgar, kau …." Maya merungut sebal melihat pria yang ada di hadapannya. "Kenapa kau orangnya?"

"Kenapa, Nona perfect? Apakah kau keberatan aku yang telah jadi suamimu?" Edgar tersenyum tipis memandangi wajah Maya.

"Sekian banyak laki-laki? Kenapa harus kau, Edgar? Buruk sekali nasibku!"

"Maya, kau harus terima kenyataan."

"Ah … shit! Tidaaaak!" Maya tampak kesal. "Kita tidak saling cinta, bagaimana kalau buat kesepakatan?" gumam Maya, entah darimana asalnya, ia tiba-tiba mengusulkan hal tak terduga.

"Apa yang kau maksud pernikahan kontrak?" Maya mengangguk cepat.

Edgar tertawa pelan, tentu saja ia tidak setuju, terutama dia tidak ingin mengecewakan keluarga besarnya. "What? Apa kau sudah gila?"

"Jangan munafik! Kita tidak saling mencintai, mana mungkin ada kebahagiaan dalam pernikahan bodoh ini." Ya, pernikahan mereka lebih pantas disebut bodoh, tidak ada cinta sama sekali, bahkan keduanya saling membenci.

"Lalu apa kau pikir aku akan setuju?"

"Yes! Kau harus setuju karena aku tidak mau menyiakan hidup bersamamu," ujar Maya. Dia dapat melihat keraguan di muka Edgar.
"Fine."

Maya tersenyum mendengarnya, akhirnya si bodoh ini bisa berpikir realistis. Paling tidak dia bisa menjalani rencananya untuk mendapatkan Bram seutuhnya, dan setelah bercerai dia bisa menikah dengan Bram.

"Kalau begitu kita nikah kontrak setahun setelah itu cerai, bagaimana setuju?"

"Dengan satu syarat."

"Apa?"

"Selama setahun itu kau harus menjadi istri yang baik, dan jangan dekat dengan siapapun di rumah ini kecuali aku dan bunda."

Dahi Maya mengerut linglung, syarat konyol apa yang Edgar buat? Masa iya, dia harus jauh-jauh dengan semua orang di rumah ini, termasuk para pembantu. Dasar Edgar norak! Apa yang ada di otaknya sih? Sungguh menyebalkan.

Edgar masih menunggu jawaban, ia bangkit dari duduknya, lalu berjalan mendekati Maya. Lantas wanita ini sontak berjalan mundur hingga ke tembok. "Edgar, mundur!" Maya mencoba memperingati Edgar.

"Memangnya kau siapa melarangku?" Maya tampak bengis, dan mendorong Edgar hingga terjatuh.

"Jangan kau pikir aku akan memberikan hak sebagai istri, kita nikah hany— hmmppt."

"Hanya apa? Kau wajib memberikan hak sebagai istri, kalau kau tidak mau perjanjian batal."

Jantung bergemuruh menahan emosi di dada. Berani sekali Edgar mencium bibirnya, ia berusaha mencari celah agar Edgar tak menyentuhnya. Namun, ia merasa Edgar sangat berbahaya.

"Kenapa kau menghindar Maya? Bukankah kau suka dengan sentuhan ayahku?" ucap Edgar kembali memenjarakan Maya.

Mendengar ucapan Edgar membuat Maya kaget bukan main, ia tersentak dan menelisik muka suaminya yang mendadak menyeramkan. "Apa yang kau tau tentangku dan Bram?" tanyanya.

"Hahaha … aku tau kau simpanan ayahku," jawab Edgar sambil terkekeh.

Diam-diam Edgar selalu memperhatikan gerak-gerik Maya selama ini, meskipun dia jarang di rumah dan hanya diberitahu Sandra seringkali menangis setelah ayahnya pulang dari Jakarta, dari situlah Edgar mencari tahu, ternyata tetangganya semdiri jadi simpanan ayahnya. Namun, keberuntungan datang ketika mengetahui Maya istrinya, paling tidak hubungan Maya dan Bram akan rumit.

Yah, Edgar adalah suami Maya dan itu fakta. Awalnya, ia memang tidak mengetahui tentang wanita ini yang akan dijodohkan kakeknya. Dia tak ingin membuat Sandra sedih dengan menolak perjodohan, makanya Edgar mau-mau aja menikah.

"Baguslah kalau kau tau! So … aku tidak perlu bersembunyi darimu." Maya bersikap tenang, walau dia merasa takut Edgar akan mengklaim dirinya pelakor.

"Berhenti mendekati ayahku!" Edgar bukan sekadar memberikan peringatan, tapi dia akan memastikan Maya menjauh dari Bram, bagaimanapun caranya.

Sekarang Edgar menempelkan bibirnya di telinga Maya, dia ingin tahu bagaimana rasanya menyentuh tubuh  Maya? Apa yang membuat ayahnya itu tega selingkuh dari ibunya berhati malaikat, bodohnya si pelakor berhati ular.

"What? Berhenti? Mana bisa aku berhenti, asal kau tau aku sangat mencintai Bram, dan apakah kau pikir aku akan melepaskan Bram begitu saja? Jangan bermimpi, Edgar." Edgar memicingkan matanya sinis, dia tidak akan membiarkan keluarganya hancur karena Maya.

Edgar menahan napas dalam-dalam, dia bingung bagaimana mungkin wanita secantik Maya bisa mencintai ayahnya? Bukankah Maya bisa mencari yang lebih muda? Jika ini soal harta, banyak kok pengusaha muda belum menikah, atau dia bisa mengurus perusahaan agar Maya mau meninggalkan ayahnya.

"Kau yakin mencintai si tua itu? Bukan hanya merasa kasihan." Maya malah tertawa, mana mungkin kasihan. Dia mencintai Bram karena merasa pria yang sudah menjadi mertuanya itu selalu ada untuknya.

"Kau salah, aku mencintai ayahmu sangat tulus."

"Apa saja yang sudah ayahku berikan? Aku akan memberikan semua itu." Edgar meremas bokong Maya dengan kuat.

"Aaauch!" Maya mengerang. Bulu kuduknya merinding, sial banget si Edgar ini, berani-beraninya menyentuh dia. "Kau!" Maya mendorong keras tubuh Edgar. "Harus berapa kali aku peringatkan, jangan menyentuhku!"

Namun Edgar sama sekali tak peduli peringatan konyol Maya, dia hanya tahu kini Maya itu istrinya dan dia berhak atas hidup Maya, tepatnya Edgar akan bertanggung jawab semua tentang Maya.

"Aku punya hak," ucap Edgar sambil menyentuh bibir mungil wanita ini.

Napas Maya tergesa-gesa, jantungnya berdegup kencang, rasa takut seiring dengan rasa gugup menghantamnya. Herannya, ia belum pernah segugup ini saat Bram, tapi kenapa dengan Edgar rasa itu begitu menakjubkan? Sialnya tubuhnya terasa kaku saat jemari Edgar menyentuh bibir lembutnya.

Tidak tau harus ngomong apa lagi, sekali lagi jemari-jemari Edgar menyentuh lembut punggung Maya, dan membuat si wanita merinding. Astaga, lama-lama darah Maya berdesir hebat.

"Edgar, kau …." Maya berdesah kecil.

"Kenapa sayang? Bukannya kau merasa nyaman," bisik Edgar yang malah menurun tali lingerie miliknya.

Shit!

Seketika rasa takut itu kembali menyelimuti Maya. "Menjauh Edgar! Jangan menyentuhku."

Sosok laki-laki pekerja keras ini tampak heran, ia pun langsung penasaran dengan sikap Maya ini.

"Bukankah ayahku selalu menyentuhmu? Bagian mana kau suka?"

"Aku memang simpanan Bram, tapi aku bukan wanita murahan. Berhenti untuk menyentuhku!" pekik Maya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top