Bab 5 - Pernikahan Part 2
Bram datang sedikit terlambat, acara ijab kabul juga sudah selesai, ada beberapa pekerjaan yang tak bisa Bram tinggalkan. Toh ini dia sudah menyempatkan diri lho, tapi ya karena pernikahan Edgar terlalu mendadak, sehingga tidak ada persiapan sedemikian mungkin.
"Mas, kenapa baru datang? Ijab kabulnya udah selesai," ucap Sandra, istri Bram sekaligus ibu dari Edgar. Padahal wanita ini sudah mewanti-wanti suaminya agar tidak telat, walau sesibuk apapun tetap saja ini hari pernikahan Edgar, pernikahan itu seumur hidup sekali, dan orang tuanya pasti sangat penting ketika acara seperti ini.
"Maaf, kamu kan tau keadaannya." Bram sudah berusaha mengejar waktu, tapi ya mau bagaimana lagi, ada kendala yang sulit ia tinggalkan.
Bram tersenyum lebar melihat Edgar menggandeng wanita yang bersembunyi di punggung putranya. Namun, senyum itu berubah kecut ketika melihat Edgar menggandeng Maya.
Dia menggelengkan kepalanya, semua ini tidak mungkin, pasti ada yang salah. Masa dia harus bersaing dengan putranya sendiri.
"Menantu kita cantik ya, Mas." Bram tak menjawab, pandangannya fokus menatap Maya. Pernikahan ini salah? Maya cuma miliknya, dia tak rela Maya menjadi milik orang lain termasuk Edgar.
"Mas, are you okay?" Sandra menepuk pelan paha suaminya.
Bram terkejut, lalu menghempaskan napas panjang, tiba-tiba saja suhu tubuhnya terasa panas.
Edgar membawanya istrinya duduk bersama di depan penghulu. Kali ini sedikit wejangan disampaikan penghulu kepada dua mempelai.
Rangkaian acara telah selesai, kali ini Maya melirik Bram, entah bagaimana kekasihnya itu ada di sini? Ingin sekali Maya menjelaskan yang terjadi.
"Selamat ya Maya, kamu kini telah resmi menjadi keluarga Adiguna." Sandra memeluk Maya layaknya seorang mertua menyambut menantunya.
"Terima kasih, Tan—"
"Saya ini ibu mertua kamu, jadi panggil saya Bunda seperti Edgar memanggil saya." Oh Tuhan, Maya sama sekali tidak tau, ia tidak terlalu fokus, tatapan Maya hanya terpacu pada Bram.
"Sayang, sekarang Edgar sudah menjadi suami kamu, jangan pernah membantah kata-kata Edgar." Giliran Ayu memberikan sedikit nasihat kepada putri semata wayangnya.
Edgar tersenyum puas, ya gimana ya? Dia sekarang berhak atas Maya, kini mereka sepasang suami istri. Edgar bisa melakukan apapun kepada Maya, surga istri ada pada suami, dan Maya tak akan berkutik padanya.
"Mari Maya pulang bersama kami." Maya menggangguk dalam pelukan ibunya, rasanya sulit membayangkan dia harus tinggal satu atap dengan Edgar.
"Sebentar aku mau buang air kecil." Maya beralasan, ia ingin menemui Bram yang sudah lebih dulu ke arah toilet.
Maya bergegas setelah mendapat persetujuan, ia berjalan menuju ke gudang belakang rumahnya. Ia melihat tatapan menyeramkan Bram ketika memasuki gudang itu.
"Mas, aku bisa jelasin." Maya berusaha meredakan amarah memuncak di hati Bram.
"Jelaskan apa? Apa kau sadar siapa yang menikah denganmu?" Maya menggeleng tak mengerti, dia malah tampak takut kehilangan Bram.
"Aku sama sekali tidak mencintai pria itu!"
"Lalu kenapa kau mau menikah dengannya?"
Pertanyaan seperti apa ini? Sudah jelas Maya juga terpaksa menikah dengan Edgar, mana mau sih Maya dengan Edgar, laki-laki menyebalkan sejagat raya. "Aku dijodohkan dengan kakek, mana bisa aku menolak wasiat kakek."
Bram semakin kesal mendengar penjelasannya, Maya punya hak menolaknya, dia semakin geram, dan terima harus bersaing dengan anaknya sendiri. "Harusnya kau bilang padaku. Edgar itu putraku."
Boom!
Serasa diserang dari belakang Maya, ia menelan kasar ludahnya tak percaya. Ah, mimpi apa dia semalam, sampai-sampai nasibnya begitu buruk. Menikah dengan Edgar aja udah sial hidupnya, apalagi mereka anak dan ayah. Oh shit! Sungguh sial Maya.
"What? Kamu ayah Edgar?"
Bram mengangguk, sudah terlambat untuk menghentikan semuanya.
"Bercanda kamu ya Mas." Jadi selama ini Edgar putra dari Bram, ia tak bisa membayangkan bagaimana reaksi Edgar jika tahu ayahnya berselingkuh dengan istrinya sendiri.
"Apa kamu pikir aku bercanda? Kamu bisa lihat sendiri apa aku serius atau tidak." Suara Bram terdengar kasar dan marah.
Ah iya, benar sekali. Wajah Bram tampak serius, sama sekali tidak menunjukan jika ada drama di raut mukanya.
Lalu, sekarang bagaimana?
'Oke … tenang Maya, calm down, semua akan baik-baik aja.'
Maya berusaha menenangkan hatinya, meski kekalutan menghantamnya. Ia menghela napas panjang, dan mencium Bram sejenak agar pria itu tidak marah padanya.
"Mas, aku tidak pernah mencintai Edgar. Kamu tau siapa yang aku cintai." Bram tersenyum kecut seolah tak percaya, ia hendak meninggalkan Maya dengan kemarahannya.
"Mas Bram, tunggu!"
*
"Wanita ini menyusahkan saja!" Edgar menggerutu kesal sambil mencari keberadaan Maya, kalau bukan Sandra dan Ayu yang memintanya, sebenarnya sih ogah, biar sekalian gak usah ikut pulang, belum juga 24 jam jadi istrinya sudah sangat merepotkan.
"Maya!" Edgar berteriak.
Maya melonjak kaget mendengar suara Edgar.
"Maya kau di dalam?"
Ketukan pintu dan suara Edgar terdengar dari luar pintu gudang, Maya tampak pucat sambil menatap Bram.
"Mas, gimana nih?" tanya Maya bingung, gak mungkin dia keluar dari sini sedangkan ada Bram bersamanya.
"Maya!" Edgar masih mengetuk pintu dengan kasar.
Maya menghentakan kaki dengan sebal, ingin sekali ia mengutuk suami biadabnya ini, tapi apa daya dia harus bersikap baik, daripada mengecewakan ibunya.
Akhirnya Maya membuka pintu setelah Bram bersembunyi di balik pintu, wajahnya tampak tegang.
"Kau baik-baik saja?" Maya tak menjawab. "Kenapa kau diam? Aku rasa kau mulai menyukaiku."
"Najis!" Maya menatap Edgar bengis.
"Istriku, kau harus patuh pada suami." Edgar tersenyum miring, lalu menyeret Maya keluar tanpa curiga yang wanita ini lakukan.
Setelah itu Maya mengambil kopernya untuk dia bawa ke rumah Edgar. Kemudian Maya memeluk Ayu untuk berpamitan.
"Buk, Maya pergi dulu. Ibu jaga diri ya," ujar Maya masih memeluk ibunya erat.
Walaupun Maya jarang pulang, tapi ia selalu mengkhawatirkan ibunya. Selain Bram, hanya Ayu yang dia miliki dunia ini, dan paling mengerti Maya, meski terkadang Ayu selalu menunjukan ketidaksukaan dengan hubungan terlarangnya bersama Bram.
"Sekarang itu kamu udah jadi istri Edgar, ingat pesan Ibu, kamu harus patuh dengan suami, jangan suka membantah Edgar." Maya melepaskan pelukannya dan mengangguk. "Buk, Maya pamit ya."
Ayu tak bisa menahan air matanya. "Jaga diri kamu ya, Maya."
"Jangan nangis, Maya janji akan sering telpon Ibu," ucap Maya agar Ayu lebih tenang.
"Aku akan sering bawa Maya ke sini, Buk." Edgar menyambar dengan muka santai membuat Maya mendelik jengkel.
'Muka dua!'
"Nak Edgar, Ibu titip Maya ya, jaga Maya dengan baik."
Dasar Edgar carmuk! Bisa-bisanya sok baik depan ibu.
"Pasti aku jaga Maya, sekarang Maya udah jadi istriku." Edgar sekarang malah meraih tangan Maya membuat wanita cantik ini menatapnya sinis, sungguh sial dia harus menerima Edgar sebagai suaminya.
"Ayo pergi sekarang, sebelum ayah kamu membunyikan klakson mobilnya," lontar Sandra.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top