Bab 4 - Pernikahan Part 1
Hari yang paling Maya benci telah tiba, proses akad nikah telah berlangsung, Maya berdiam diri di kamar atas perintah dari Ayu ibunya. Ayu memang menghormati adat yang ada, seperti tradisi orang-orang sebelumnya, pengantin wanita dilarang keluar sebelum ijab kabul selesai.
Ayu kagum dengan kecantikan putrinya, terlihat sangat anggun sekali, tidak seperti biasanya selalu berpakaian modis ala Maya, apalagi bahannya selalu kurang bahan, tapi hari ini gaun Maya tertutup, tidak ada sejarah kurang bahan lagi.
"Bu, Maya pengen lihat calon suami Maya." Maya rasa calon suaminya pasti jelek, mungkin anak kampung sini juga, tega sekali ibunya mencarikan jodoh untuk Maya dengan laki-laki kampung.
"Gak boleh! Kamu hanya boleh nunggu di sini sampai ijab kabul selesai."
Maya terdiam sejenak, lalu ia bangkit dari duduknya. Rasa penasaran menyelimuti Maya, ia pun hendak keluar namun dicegah cepat oleh Ayu.
"Maya, kamu mau ke mana? Acara sedang berlangsung, kamu gak bisa pergi begitu saja. Kamu ingin buat Ibu malu." Ayu berpikir Maya ingin kabur, jika saja Maya tau pria yang menikah dengannya ini … ah, bisa stroke mendadak kali Maya.
"Apaan sih, Bu? Lepasin tangan Maya!" Dia cuma penasaran sosok pria yang akan jadi suaminya.
"Ibu mohon jangan kabur, Maya." Astaga, lagian siapa juga yang mau kabur.
Ada beberapa suara terdengar dari luar kamar Maya, suara pamannya yang menjadi wali dan penghulu memberikan nasihat untuk mempelai prianya.
Dan setelah ijab kabul pun dimulai, tanpa terbata-bata pria itu mengeluarkan kalimat yang membuat Maya membenci dirinya sendiri.
"Sah."
"Alhamdulillah."
Ayu merasa lega saat melihat langsung ijab kabul, setelah itu ia langsung menemui kembali Maya, sekaligus mengantar menantunya untuk menjemput istrinya.
"Mari masuk nak Edgar," ucap Ayu ramah sambil membuka pintu kamar Maya.
Maya sontak memalingkan tubuhnya, sebelum dia muntah melihat muka pria yang telah menjadi suaminya.
"Ibu tinggalkan kalian berdua ya." Edgar hanya mengangguk sembari tersenyum kecil.
Edgar memandangi wanita yang berdiri, ia tanpa bicara apapun meraih tangan Maya tanpa izin. Mata Maya melotot kesal, berani sekali pria ini jelek ini menyentuh tangan, ia segera mencekal tangannya dari Edgar.
"Tidak so—" Maya terpaku melihat pria ini ternyata Edgar, oh tidak! Mana mungkin suaminya Edgar, pasti dia mengigau di pagi hari.
"Maya!"
Namun, kenapa suara itu terdengar nyata? No … no … Edgar.
"Edgar! Apa yang kau lakukan di sini? Keluar dari kamarku!" Maya hendak mengusir pria ini.
Edgar mengucek matanya sejenak, mana tau dia salah lihat. Masa kakeknya tega menikahinya dengan simpanan om-om sih? Apakah gak ada wanita lain selain Maya? Cantik enggak, nyebelin iya.
"Kau? Kau istriku?"
Pertanyaan Edgar membuat jantung Maya meledak-ledak, masa iya Edgar suaminya. Sekian banyak kaum adam, kenapa harus Edgar? Fix hidupnya akan berantakan menikah dengan pria ini, bertetanggaan dengan Edgar aja malas, apalagi harus berumah tangga dengannya.
"Kalian tunggu apa? Ayo keluar!" tegur Bu Ayu yang menyadari jika mereka terlalu lama membuat orang di luar sana menunggu termasuk dirinya.
Keduanya saling memandang dengan raut muka sinis. Tidak ada gandengan, Maya jalan lebih dulu dan membuat Bu Ayu melotot padanya. "Maya, apa-apaan kamu? Gandengan sama suami kamu," bisik Bu Ayu.
Maya menoleh ke arah Edgar, sungguh tangannya bergemetaran, bukan karena menyukai Edgar melainkan ia jijik.
Dasar pria menyebalkan! Bisa-bisa menjebak Maya seperti ini.
"Ibu kok tega jodohin Maya dengan dia?" balas Maya spontan membuat Bu Ayu menggeleng tak percaya, bukannya bersyukur punya suami seganteng Edgar, bukan kayak Bram si tua bangka, udah punya istri gak tau malu.
"Edgar, ayo keluar gandeng istri kamu, selesaikan acara akad nikah kalian." Astaga, ini kayaknya Ibunya ngebet banget sama Edgar, belum tau aja sifat asli Edgar kayak apaan.
Karena menghormati Bu Ayu, Edgar langsung meraih tangan lembut Maya, dia menyeret Maya keluar rumah, ada beberapa kerabat dekat menyaksikan pernikahan mereka. Acaranya memang sederhana seperti yang diminta Bu Ayu, lagi pula ini cuma acara akad bukan resepsi pernikahan. Keluarga dari Edgar memang sengaja menurut saja, lantaran mereka sudah berencana akan mengadakan pernikahan setelah membawa Maya pulang ke rumah mereka.
Bram?
Apaan ini? Maya tidak salah lihat, kan? Apakah itu Mas Bram? Kenapa di sini?
Bukankah Maya sejak kemarin berusaha menghubunginya, tapi selalu saja tidak diangkat, namun kenapa tiba-tiba ada di sini? Ah, tidak!
Pikiran Maya melayang saat melihat sugar daddy, jantungnya berdegup kencang.
"Maya, fokus." Bu Ayu berbisik, lantaran tahu apa yang Maya lihat. Ayu tak pernah menyangka Bram adalah ayah dari suami Maya kini.
"Bu, tapi itu —-"
"Sshhhtt … fokus ke acara pernikahan kamu," tukas Bu Ayu membuat Edgar melirik.
"Ada masalah, Bu?"
"Tidak Nak Edgar."
Penghulu melanjutkan acara setelah pemasangan cincin. "Sekarang istri mencium tangan suami," kata pak penghulu.
Maya melirik jari perkasa Edgar, dia harus menyentuh si kutu kumpret ini, menjijikkan! Mimpi apa dia semalam, sampai-sampai bajingan ini jadi suaminya.
Wanita ini memasang senyum palsu sambil menarik tangan Edgar, lalu mencium punggung tangan Edgar. "Kau akan menyesal karena berani nikahiku," ucap Maya pelan yang hanya dapat didengar Edgar. Sedangkan Edgar hanya diam tak menggubrisnya.
"Dan suami sekarang bisa mencium kening, jangan cium yang lain ya, tinggalkan stok untuk nanti malam," kata pak penghulu lagi.
Edgar menelan salivanya kasar, dia mendesah kesal tapi demi menghormati jalannya acara, ia pun melakukan kata-kata dari pemghulu tersebut.
"Aku harus luluran, kalau perlu mandi kembang karena kau telah menciumku," ucap Maya pelan, namun kalimatnya penuh penekanan. Ketika Edgar mencium kening, ah tubuhnya merasa jijik detik itu juga, ingin dia usap keningnya agar bekas liur Edgar menempel hilang.
"Kau akan menyesal aku akan membantingmu di ranjang." Maya melotot mendengar kalimat itu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top