Bab 21 - Edgar Mendadak Aneh
Kalimat Maya malam tadi terngiang terus menerus di telinga Edgar. Dia termangu memikirkannya. Apa mungkin Maya nekad untuk memiliki ayahnya? Tidak! Edgar tidak bisa membiarkan itu terjadi. Bagaimana nasib ibunya kelak?
Edgar meninggalkan Maya yang masih tertidur, dia sudah berada di bar hotel sepagi ini. Segelas minuman menemani Edgar dalam pemikirannya yang kacau.
"Masih pagi kamu di sini?" Edgar menoleh dan menghelakan napas kasar ketika melihat orang yang menyapanya.
"Bukan urusan Ayah!" Bram terkekeh kecil. Ia yakin Maya mematahkan si junior Edgar, kayaknya gak dapat jatah nih anak.
"Oh, kamu jadi sensitif sekali. Ayah cuma bertanya, boleh Ayah duduk." Bram melirik bangku kosong di samping Edgar. Lalu bertanya, "Apa yang kamu lakukan di sini? Di mana Maya?"
Edgar tersenyum sinis. Dia mengepal gelas mungil berisi alkohol di tangan, lalu menyesap hingga tandas. Layaknya melihat musuh siap menerkam di hadapannya.
"Di mana pun Maya bukan urusan Ayah!"
Tanpa banyak bicara, Edgar membuang mukanya. Dia menghentak gelas yang habis ia minum.
"Ck … Edgar, Edgar, kamu jangan terbodoh dan buka mata kamu Maya hanya mencintai Ayah." Ucapan Bram barusan membuat darah Edgar seketika mendidih, tubuhnya seakan terbakar seperti bara api.
"Begitukah? Sure? Ayah itu nggak sadar umur, aku lebih muda dari Ayah, dan Maya perlahan akan mencintai aku melupakan aki buaya seperti ayah," komentar Edgar tampak tenang, padahal jiwanya menerka-nerka menguasai nalurinya saat ini.
Bram memukul keras meja di hadapannya, dia tidak akan pernah kalah melawan siapapun, termasuk Edgar. Maya tidak akan pernah lepas dari genggamannya. "Kau jangan bermimpi Edgar!" hardik Bram.
Mimpi itu boleh saja? Asal ingat jangan sampai jatuh, lagipula tidak ada yang salah jika pada akhirnya Maya akan mencintainya, sudah sewajarnya bukan seorang istri mencintai suami sendiri daripada suami orang lain, jatuhnya haram.
"Edgar, Jaga bicara kamu! Apa begini cara bicara dengan ayah kamu? Anak kurang ajar!"
"Kurang ajar mana? Ayah atau aku? Paling tidak aku bukan tukang selingkuh!" cerca Edgar. Niat hati tadinya ingin menenangkan pikiran, eh malah menambah puyeng kepala, bertemu Bram seperti mendapat malapetaka. Pikirannya menjadi tersiksa, tanpa Edgar sadari rasa tertarik pada Maya mulai muncul.
Bram tercenung! Dia menahan tangannya untuk memukuli wajar Edgar, karena mengingat ada istri dan mertuanya, apalagi Edgar cucu kesayangan Adiguna.
"Pergi dari sini!" suruh Bram. Rahang Bram menegang, matanya menyala seperti api. Amarahnya meledak-ledak.
"Ide bagus! Aku juga sudah sangat merindukan istriku." Bram tambah panas, dia menatap Edgar tak suka. "Oh ya, satu lagi Maya sangat hot, dan sempit aku ketagihan." Kali ini Edgar berbisik sebelum berhembus dari hadapan Bram.
Bram mengerjap saat mendengar kalimat Edgar, dia tampak murka. Tidak mungkin Maya mau melakukan itu bersama Edgar. Mereka bahkan tidak saling mencintai. Mustahil! Edgar pasti tengah berbohong padanya.
Edgar hendam masuk ke kamar mereka, dia sudah memesan makan untuk breakfast bersama Maya. Edgar bahkan membawa sendiri makanan untuk mereka, dia berharap perlahan Maya mulai mencintainya.
"Selamat pagi."
Maya yang baru saja selesai mandi menoleh, dia mengenakan kemeja Edgar karena tidak ada baju yang pantas dikenakannya. "Pagi. Kau sedang apa?"
"Menyiapkan sarapan untuk kita." Maya tampak heran dengan sikap Edgar.
'Kenapa dia? Apa yang salah dengan si tolol ini?' Maya membatin.
Apa kejadian malam tadi membuat Edgar berubah? Sosok menyebalkan jadi sweet. Come on kejadian itu bukan direncanakan, mereka sama-sama berhasrat karena pengaruh obat perangsang.
"Tumben? Kau baik-baik saja 'kan?"
"Yes! Tentu saja."
"Lalu ini?" Maya melirik ke arah makanan yang sudah Edgar tata di atas meja.
"Ayo, makan dulu sini." Edgar menarik tangan Maya untuk duduk bersamanya. Pria itu sudah memesan beberapa makanan favorit Maya, untung sebelum memesan ia bertemu Bu Ayu dan menanyakan makanan kesukaan Maya.
"Kau tau dari mana aku suka seafood?" Maya benar-benar dengan suaminya, jangan-jangan ada jin yang masuk ke dalam tubuhnya. Apa benar pria di hadapannya ini suaminya? Oh tidak. Deg! Tubuh Maya tiba-tiba menegang.
"Jangan banyak tanya, ayo makan." Maya menaiki satu alisnya. Ya Tuhan, Edgar ini kenapa? Pagi-pagi udah menghilang, dan mendadak datang sok romantis. Maya masih tercenung, dia bahkan menampar pelan pipinya.
"Kok malah bengong? Ayo dimakan." Edgar tersenyum lebar agar Maya terpesona padanya.
"Astaga! Edgar apa yang kau lakukan barusan? Kau tersenyum padaku!" desis Maya. Mengingat hubungan mereka seperti langit dan bumi yang tak pernah bisa bersatu, apalagi mereka dulu sering musuhan.
Sejak tadi, Maya masih belum percaya dengan sikap Edgar ini. Dari yang menyebalkan berubah menjadi manis. Di atas meja sudah fish and chips, ikan bakar rica-rica, gurame goreng acar kuning, semua makanan yang Edgar pesan kesukaannya.
"Ya, memangnya kenapa? Aku tersenyum sama istri sendiri." Maya terbelalak tak menyangka jika Edgar berkata demikian.
"Edgar, aku peringatkan yang terjadi antara kita semalam hanya sebuah kesalahan!" desis Maya membalas ucapan Edgar, jelas-jelas sikap Edgar berlebihan.
Sementara itu, Edgar bersedekap. Senyum tipis muncul dari bibirnya. Istrinya ini mulai menjaga jarak perlahan menggeserkan duduk samping Edgar.
Tapi … Maya seperti wanti-wanti dengan sikap Edgar, justru memberikan Edgar peringatan.
"Ya, aku tahu soal itu," jawab Edgar santai.
"Kalau kau tahu, kenapa kau—"
"Sshhhtt … makan dulu, dari tadi makanannya cuma dilihat doang."
Deg!
Jantung Maya kembali berdegup kencang saat jari telunjuk Edgar menyentuh bibirnya. Ini Edgar sengaja menguji perasaannya, atau bagaimana sih? Dia diam sejenak menetral suara jantung yang kencang.
"Edgar, kau baik-baik saja 'kan? Aku mohon jangan bersikap seperti." Dalam hati Edgar merasa senang, dia yakin perlahan Maya bisa jatuh cinta padanya. Mungkin tawaran kakek menyuruh mereka bulan madu akan dia terima. Ya, malam tadi selain memberikan Edgar obat perangsang, Adiguna juga meminta Edgar melakukan honeymoon setelah ini.
"Maya, makanlah. Kamu perlu banyak tenaga." Ucapan Edgar justru terdengar mengerikan bagi Maya.
Maya mengerjap beberapa kali.
Namun dia tetap menyantap pelan makanan yang Edgar pesan. Sesekali Maya melirik suaminya, Maya tersadar jika pria di depannya ini memiliki wajah tampan, tapi mendadak pesona Edgar bertambah dua kali lipat ketika tersenyum lebar.
Edgar melirik Maya yang ternyata mencuri-curi pandang, dia tersenyum kecil melihat tingkah wanita ini justru terlihat konyol.
"Edgar, kau harus jujur ada denganmu?" Maya merasa Edgar hanya ingin jail padanya, seperti biasa pria ini suka iseng, dan menyebalkan sekali.
"Tidak ada!" jawab Edgar tertawa renyah. "Kamu sendiri kenapa? Pertanyaan kamu itu terus." Edgar memepet Maya, sontak wanita menghentikan mulutnya mengunyah, kebetulan perutnya juga sudah tidak mampu menampung.
Maya menelan saliva susah payah. Perasaannya mulai tak karuan, bahkan dekat Bram tidak berdebar seperti sekarang. Dag dig dug, suara jantung Maya seperti bom ingin meledak. Semoga Edgar tak dapat mendengarnya, kalau tidak Maya bisa malu sekali.
Rasanya ada yang aneh, cinta? Tidak, tidak, tidak mungkin itu cinta. Dia seorang Maya, tidak akan pernah jatuh cinta dengan setampan apapun pria itu.
'Oke Maya tenang.' Maya bergumam dalam hati.
"Maya, besok kita honeymoon."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top