RE-START• Lim Jaebum (18+) [Lala]
Kau memandang suamimu yang tampak menghiasi sebuah acara melalui televisi lalu membuang nafas panjang. Suamimu adalah orang yang paling digilai oleh kaum wanita, dan kau adalah orang yang paling beruntung di dunia. Karena dia memilihmu sebagai pendamping hidupnya, menjadikanmu seorang istri yang katanya sangat ia cintai.
Im Jaebum namanya, hatimu terasa hangat saat mendengar suara khas darinya lalu kau terkekeh getir. Bohong jika dia benar-benar mencintaiku, batinmu sendiri.
"Masih belum ada perkembangan?" Tanya Hyorin sahabatmu lalu memberimu secangkir teh chamomille hangat.
Kau menangkap manik coklat bersihnya dengan pandangan cemburu lalu mengangguk. Hyorin juga baru menikah dengan seniormu yang statusnya juga seorang idol. Tae Yang namanya, kehidupan mereka. Cara TaeYang yang selalu menghabiskan hari, pagi serta malamnya bersama sang istri, sungguh membuatmu iri.
"Hmm, Hyorin-ah. Sepertinya aku lelah-"
"YAK! Aku tahu kau akan mengatakan apa!! Tolong beri satu kesempatan lagi untuknya (Y/N)-ah.." potong Hyorin masih membulatkan matanya besar. Membuatmu mau tak mau mengulum bibirmu sendiri dan bungkam.
Bukannya kau tak ingin memberi suamimu kesempatan, sudah beribu kesempatan kau berikan kepadanya dan beribu kali pula dia melukaimu. Pernikahan ternyata tidak segampang dan seindah bayanganmu dulu. Dengan memiliki seorang Jaebum, seharusnya kau sudah sangat berterimakasih kepada Tuhan karena Tuhan telah menjodahkanmu dengannya. Tapi..
Dengan hanya menjadikanmu wanitanya tidaklah cukup, kau merindukannya. Merindukan hadirnya, merindukan pelukannya, merindukan segala qualityTime dengannua yang sampai sekarang tak pernah lagi kesampaian. Semenjak 1 tahun 1 bulan menikah, kau bahkan hampir tidak pernah bertemu dengannya—dia lebih memilih bermalam di studio demi lagunya dibandingkan bermalam denganmu atau hanya sekedar untuk memikirkan masa depan kalian.
Jaebum paling pulang hanya untuk berceloteh singkat denganmu, mengambil beberapa bajunya lalu kembali ke studio menciptakan beberapa karya besar dan meninggalkanmu sendiri.
Sungguh menyakitkan.
Kau sudah lelah dengan sikap acuhnya, dan mungkin bercerai adalah cara terbaik untuk mengurangi rasa sakit yang terus menekan dadamu. Sesak sekali rasanya, silahkan katakan kalau aku adalah wanita yang egois, tapi kau juga wanita dan manusia yang punya hati.
Kau melirik TV untuk yang terakhir kalinya lalu dadamu memanas, Jeon Somi. Nama wanita itu selalu berputar-putar dikepalamu. Dia adalah seorang Rookie yang baru saja debut dengan membawakan beberapa lagu hasil dari ciptaan suamimu. Tak ada yang spesial darinya, wajah ke-baratan yang dimilikinya tak kalah menawan dengan wajah cantikmu. Mata coklat terangmu bahkan lebih bening dibandingkan dengan miliknya, tapi satu yang membuat dia tampak spesial dimata suamimu.
Somi adalah mantan terindah Jaebum. Dan yang membuat dadamu memanas adalah, mereka sedang menikmati sebuah live Variety show dimana mereka tengah berperan layaknya pasangan kekasih yang saling mencintai dan melakukan beberapa kencan singkat. Seperti makan bersama, berkeliling dan lain-lain.
Kau mengambil jeketmu kasar lalu pergi begitu saja meninggalkan kafe Hyorin dengan perasaan yang bercampur aduk. Cemburu, sesak, marah, kesepian. Semua bergabung menjadi sebuah nyanyian yang menyedihkan.
Sekarang keputusanmu sudah bulat, kau benar-benar ingin bercerai!
🀄️
Kau tengah melamun memikirkan keputusan yang kau yakini akan membuat seluruh Korea gempar dan memandangi pot kramik yang diatasnya terdapat buddaejjiggae panas yang baru saja kau pindahkan dari panci kramik lain lalu Jaebum berdeham.
"Kenapa melamun?" Tanyanya dengan lembut.
Kau menatapnya sekilas lalu buru-buru meletakkan kedua tanganmu diatas sisi kiri dan kanan pot lalu tubuhmu tersentak karena rasa panasnya.
"Ahsss!"
"(Y/N)-ah?!!—gwaenchana?" Dia dengan cepat menarik kedua tanganmu untuk berdiri dan mengikutinya lalu mulai menghidupi keran air untuk menetralisirkan rasa perih dan panas yang menyengat ujung-ujung jarimu.
kau menatapnya sendu.
Kau mencintainya, Jaebum adalah cinta pertamamu. Bagaimana bisa kau hidup kalau kau benar-benar menceraikannya? Dia bagaikan komponen paling utama pada tubuhmu. Jika kau kehilangan komponen itu mungkin setelahnya kau akan rusak parah, atau mati. Matamu menjadi sayu melihat wajah paniknya dan senyum getirmu bermekaran.
Haruskah kau menceraikannya?
"Yeobo—dari dulu sikap cerobohmu itu ga pernah berubah ya?" Dia tersneyum.
Kau hanya memandang sisi wajahnya dari samping lalu menunduk dalam, berperang dengan rasa egomu sendiri. Ya, kau harus menceraikannya. Ingat kata ibumu, tidak baik mempertahankan sesuatu yang jelas membuatmu sakit.
"Jaebum-ssi.."
Jaebum menolehkan pandangannya menatapmu. "Eum?"
"Aku mau kita bercerai" katamu pelan.
Bagaikan disambar petir, Jaebum yang tandinya masih tersenyum seketika senyumannya hilang, wajahnya pun ikut menegang ketika satu kalimat yang begitu menakutkan bagaikan pisau eksekusi kau lemparkan tanpa beban kepadanya.
Jaebum menggeleng, "aku tak mau"
"Kau tidak pernah tampak bahagia denganku.."
"Siapa yang bilang begitu?!" Jaebum menatapmu nanar.
"Aku.."
Matamu kembali memerah, tangisanmu kembali pecah. Sebenarnya kau tak ingin meninggalkannya tapi, selama menikah denganmu, kau tak pernah melihat Jaebum tampak sangat ceria seperti yang kau lihat di TV sebelumnya. Dan jika tanpamu dia bisa lebih bahagia dibandingkan bersamamu sebelumnya, kenapa tidak?
"(Y/N)-ah, tolong jangan buat aku gila. Kita sudah dewasa dan—apa yang membuatmu begini?" Tanyanya menangkap kedua pipimu lalu membelai pipimu halus untuk menghapus airmata yang tengah mengalir hebat.
"Tanyakan sana pada karyamu di studio" kau menepis tangannya lalu berjalan mengambil seribu langkah untuk meninggalkannya. Kau juga mendengar Jaebuk memanggilmu berkali-kali lalu dia menangkap tanganmu kasar.
"(Y/N)-ah! Kita sudah pernah membahas ini sebelumnya! Ada apa denganmu?" Ujarnya tampak emosi dengan sikapmu yang ia rasa sedikit kekanak-kanakan. Jaebum sudah pernah bilang padamu, resiko apa yang harus diambil ketika kau menerimanya sebagai sosok suami yang berstatus sebagai seorang idola. Dan kenapa kau bertingkah seperti ini sekarang?
"Katakan padaku kenapa kau begini!!" bentaknya kuat membuat tubuhmu meremang, ini kali pertamanya kau mendengar Jaebum membentakmu seperti tadi.
Kau menghela nafas panjang.
"Apa kau pernah merindukan hadirku? Apa kau pernah meneleponku hanya untuk sekedar basa-basi? Apa kau pernah menemaniku untuk kenghabiskan malam layaknya kegiatan kebanyakan suami istri lainnya? Apa kau pernah menikmati kencan seperti yang kau lakukan dengan Somi di TV? Tidak pernah kan?? Setelah satu tahun lebih kita menikah, kau tak pernah menganggapku ada! Apa ini yang kau bilang dengan kau benar-benar mencintaiku? Silahkan, silahkan bermalam di studiomu tapi kenapa kau selalu bersikap menjauh dariku saat aku menginginkan malam seperti kebanyakan para pasangan lainnya?" Katamu panjang lebar.
Genggaman yang berada dilingkar tanganmu kini merenggang, tatapan Jaebum meredup. Dia tau dia salah, tapi semua yang dilakukannya selama ini hanya untuk membuatmu bahagia. Dia menunduk diam seribu bahasa lalu mengangguk. Salahnya waktu itu tidak berkonsultasi denganmu, salahnya juga waktu itu tidak berkomunikasi denganmu, membuatmu salah paham. Persetan dengan rasa malu dan takutnya waktu itu. Jika saja dulu dia duduk dan bercerita denganmu saat berita itu datang, maka kau tak akan pernah merasa kesepian seperti ini.
"Baiklah.."
Kau mengangkat kepalamu saat dia kembali bersuara. Kenapa rasanya sakit sekali? Kenapa suamimu ini tidak bersikeras mempertahankanmu seperti lelaki di kebanyakan drama?
"Kalau itu keinginanmu dan bisa membuatmu bahagia, aku bisa bilang apa?" Dia menatapmu sekilas lalu tersenyum, oh tidak, dia melemparkan senyuman khasnya.
Tangisanmu pecah, kau menenggelamkan kepalamu diatas dadanya lalu memeluknya erat. Sangat erat, bagaikan ini adalah malam terakhir kau bisa menggapainya. Tangan kekar Jaebum turun ikut membelai surai hitam pekat mu lalu mengecup pucuk kepalamu lembut.
Jaebum memejamkan matanya erat, tangisannya mungkin akan ikut lepas. Melepaskan sosok yang sangat ia cinta, bagaimana dia bisa hidup setelah ini? Setelah ditinggal pergi olehmu? Kau yang membuatnya terus berusaha hingga sekarang, kau juga yang membuatnya terus memiliki semangat. Dan kini kau akan meninggalkannya, pergi untuk selamanya? Semua fikiran buruk membuat Jaebum semakin erat memelukmu.
"Katakan padaku kenapa?" Katamu disela-sela isakan tangismu. "Kenapa kau selalu menolaknya? Kenapa kau selalu menghindar dariku?" Bisikmu lagi, ya. Mungkin ini malam terakhirmu dengannya, dan kau harus tahu alasannya. Alasan kenapa dia selalu menolak kegiatan malam kalian.
Jaebum mendesah berat lalu melepaskan pelukannya darimu. Ia masih memandangmu lalu mengecup bibirmu ringan. Ia memejamkan matanya menyiapkan dirinya untuk mengatakan yang sebenarnya lalu melangkah kembali ke dapur sambil menarik kopernya dan menggenggam tanganmu menuntun mu ikut menuju kamar kalian.
Jaebum masih tidak berbicara, dia menyuruhmu duduk diatas kasur lalu dia merapikan beberapa pakaiannya meletakkannya kedalam lemarimu, kemudian ikut duduk disebelahmu sambil memberikan sebuah amplop kuning bercap resmi yang mambuat matamu membola.
Rumah sakit nasional seoul.
Jantungmu berdegub kencang, seribu kemungkinan buruk telah berputar didalam kepalamu. Kau memutar tali pengikatnya lalu mengeluarkan kertas itu secara perlahan dengan tangan yang bergetar, kau membaca isi kertas itu sejenak dengan berhati-hati. Lalu jantungmu terasa seperti tertikam oleh belati. Bagaimana mungkin kau tidak tahu? Selama ini suamimu menyembunyikannya darimu, berjuang sendirian diluar sana. Air matamu kembali berkumpul dipelupuk matamu.
Kau adalah istri terburuk sejagad raya.
"Saat kita baru 7 hari menjalankan pernikahan kita yang indah ini, aku cidera daat mengadakan konser besar di Macao. Kau ingat?" Jaebum mulai bersuara.
Kau mengangguk.
Dia tersenyum lagi.
"Saat itu aku benar-benar ingin memiliki buah hati yang lucu untuk menemani hari kita.." suaranya bergetar dan tak henti meremas tanganmu. Dia masih menggenggamnya lalu tersenyum lagi, " ... dan setelah pulang dari sana aku menuju rumah sakit untuk menemui dokter sendi kepercayaanku ..."
Kau mengangguk lagi.
"Saat itu pula aku memeriksa diriku, aku memeriksa semuanya berharap setelah kesembuhan pergelangan kakiku, aku dapat memberikanmu sebuah hadiah paling manis.." air mata suamimu mengalir membuat dadamu terasa semakin sakit.
" ... aku ingin memberikanmu seorang buah hati yang lucu seperti yang sering kau bicarakan."
"Oh, sayang maafkan aku ..." katamu balas menggenggam tangannya erat.
"Maafkan aku karena saat itu aku tak bisa memberinya (Y/N)-ah..mereka mengatakan kalau aku terlalu lemah dan-"
kau memeluknya erat. Kau bisa gila rasanya, selama ini kau hanya memperdulikan dirimu. Kau tidak tahu apa yang terjadi dengan suamimu, lalu semuanya masuk akal bagimu. Kenapa Jaebum selalu berada diluar rumah dan membawa koper, selalu menemanimu untuk tidur dan menolak semua kegiatan yang kau inginkan. Semua sekarang masuk akal bagimu.
"..-dan, mereka mengatakan kalau kemungkinan untuk kau hamil itu sangat tipis, jadi mereka menyuruhku untuk melakukan pemeriksaan rutin, bahkan aku harus menginap dirumah sakit setidaknya 2 hari dalam seminggu untuk menyembuhkan diriku sendiri, itu sebabnya aku tak pernah berada dirumah—dan menemanimu"
Kau mengangguk paham. Dan maafkan aku karena baru memahami keadaanmu sekarang, kau mengelus rambutnya, "Kenapa kau tidak bilang? Kenapa kau memendamnya sendiri?" katamu dengan intonasi suara yang lembut.
"Aku malu, juga aku takut kau pergi meninggalkanku dan beralih kepada laki-laki lain yang lebih mampu memberikanmu buah hati yang lucu."
dia terkekeh dengan ucapannya sendiri.
Kau menarik badanmu mundur menyeka airmata suamimu lalu tersenyum indah, ini sebabnya komunikasi sangat penting dalam kehidupan rumah tangga. Dengan begini kau jadi faham kenapa suamimu selalu mengabdikan dirinya diluar dibandingkan bersama denganmu. Kau menatapnya dalam lalu mengecup bibirnya ringan.
"Jaebum-ssi. Aku sangat mencintaimu, sangat. Aku tak akan meninggalkanmu hanya karena kau tidak dapat memberikanku momongan, dan well—mereka bilang kemungkinannya sangat tipis bukan?"
Jaebum mengangguk.
"Ingat kenapa kau memilihku menjadi istrimu dulu?"
Kini Jaebum mengembangkan senyumannya, tentu dia ingat. Gadis cantik yang memiliki semangat tinggi, yang tidak memiliki kata menyerah dalam kamus kehidupannya. Bahkan dengan semangatnya itu juga Jaebum terus berjuang hingga ia sembuh sempurna seperti sekarang.
Jaebum membalas ciumanmu sedikit menuntut. Lalu melepaskannya,
"Maafkan aku tidak berkomunikasi lebih denganmu, membuatmu menderita," bisiknya ditelingamu.
Rasa amarahmu hilang begitu saja, menyisakan rasa cinta yang sebelumnya meredup kini menjadi terang kembali. kau membelai pipinya ringan lalu menggeleng.
"Tidak sayang, aku yang minta maaf tidak memahami keadaanmu sebelumnya."
Kau melingkarkan tanganmu dilehernya dan merasakan tangan Jaebum menjalar dipunggungmu lalu dia mengangkatmu sedikit memberikan posisi yang nyaman untukmu lalu dia tersenyum kearahmu .
"Izinkan aku mengulangnya dari awal," katanya dengan suara seraknya yang terdengar seksi untukmu. "Lupakan menit sebelumnya, anggap kau tidak pernah mengatakan kalimat yang bagaikan cambukan itu lalu fokus hanya kepadaku."
Pipimu merona, ini lah Jaebum. Sangat dewasa dan bijaksana. Kau mengangguk singkat lalu menarik kerah bajunya pelan menuntun badannya lebih dekat denganmu lalu kau mengulum bibirnya penuh perasaan.
Jaebum menyeringai dan masih mengecupi bibirmu mulai menurunkan bajumu pelan-pelan. Sekali lagi, dia begitu berperasaan.
"I love you Jaebum-ssi.." bisikmu ditelinganya.
"I love you more baby.." balasnya lalu ia mengangkat tubuhnya melepaskan kaus mahal yang menutupi bajunya lalu melemparnya kesembarang arah. "Maaf ka-"
"Ssstt.." kau meletakkan jari telunjukmu tepat diatas bibirnya lalu tersenyum. "Lupakan menit sebelumnya—ayo kita mulai dari awal"
Jaebum tersenyum lalu mengangguk.
🀄️
"HYUUUUNGG!!!" Yugyeom berlari dengan kencang lalu memeluk Jaebum erat. "Gwaenchana, (Y/N) itu gadis yang kuat." Ujar Yugyeom menenangkan Jaebum yang sudah lebih dari 4 jam berdiri dan berjalan mondar-mandir.
Bagaimana Jaebum bisa tenang? Dokter mengatakan kalau harinya akan tiba dua minggu lagi, tapi kenyataannya? Baru saja Jaebum menginjakkan kakinya di jepang untuk konser. Hyeorin sudah menghubunginya dengan nafas yang terengah-engah.
Membuat Jaebum mau tak mau mengambil langkah seribu dan sesegera mungkin kembali kekorea.
"Ahh aku bisa gila!" Rutuknya lagi.
bukan Song Mino! Ya, walaupun Song mino itu kakak laki-lakimu tapi seharunya dia yang disana.
Lampu ruang oprasi telah berubah warna, lalu pintu kaca itu dengan otomatis terbuka menampilkan seorang dokter perempuan yang tak lain adalah noona-nya sendiri lalu wanita itu menghujaninya dengan pukulan berkali-kali.
"Micheosseo! Micheosseo!!—istrimu melahirkan kau malah konser!" Katanya.
"Ah!!! Noona!—noona yang bilang harinya tiba dua minggu lagi!" Pekik Jaebum berusaha mengindari pukulan si wanita lalu, wanita itu menghela nafas panjang.
"Si sialan itu pingsan.."
"Siapa?" Bisik Jaebum merasa khawatir.
Yugyeom menutup mulutnya rapat. "(Y/N)?" Tanyanya hati-hati.
Wanita itu menggeleng. "Si Song Mino! Ahh—aku bisa gila, kalau tidak tahan seharusnya dia menunggu diluar. Beom-ah, selamat ya..bayimu sehat, masuklah.. (Y/N) sedang menunggumu didalam"
Jaebum melangkah dengan jantung yang berdegup kencang, ada sebuah bilik yang menghubungkannya dengan sebuah ruangan.
Lalu ia masuk kedalam ruangan itu dengan perasaan yang bercampur aduk.
Jaebum menunduk memberi hormat dengan sopan lalu sudut matanya menangkap seorang wanita dengan peluh keringat sedang menggendong penuh kasih sosok kecil bagaikan permata yang paling indah yang pernah Jaebum lihat, lalu airmata bahagiannya jatuh begitu saja.
"(Y/N)-ah.."
"Oppa, lihat—dia sangat mirip denganmu" katamu dengan senyuman yang tak berhenti bermekaran diwajahmu. Kau menyambut tangan suamimu lalu mengecup bibirnya ringan.
"Kau adalah hadiah terindahku (Y/N)..i love you so much.."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top