sweet candy|| Boboiboy Gempa
kita terasa dekat...
Hari masih menunjukkan waktu dini hari, walau begitu Gempa tampak sudah membuka cafenya. Pemuda berumur 20 tahun itu tampak sedang mengelap gelas-gelas dan di susun sedemikian rupa. Ekspresinya tampak sangat tenang di pagi hari yang indah ini, saudaranya yang lain ikut membantu menyiapkan cafe ini.
Terlihat Halilintar yang sedang mengelap meja-meja dan Taufan yang sedang membuat kue kering untuk menu cemilan manis di dapur.
klining!
Suara lonceng yang berada di atas pintu terdengar, di sana terlihat seorang wanita muda yang sedang berdiri membuka pintu. Senyuman lembut juga dia tampakan. "Apa saya datang terlalu pagi?"
"Tidak, silahkan masuk nona." Ucap Gempa ramah.
Wanita itu berjalan masuk dan memilih duduk di depan meja barista, Gempa mendekati Wanita muda itu dan bertanya ramah. "Anda mau memesan apa?"
"Ah, saya mau cappucino saja." Jawab wanita muda itu.
"Baik, tolong tunggu sebentar ya nona." Ucap Gempa, tak lama dia berlalu menyiapkan pesanan wanita itu.
Kita sebut saja wanita itu (name). (Name) tampak mengeluarkan ponselnya dan berkutat dengan itu, sementara itu Halilintar yang sudah membereskan meja dan mengelap kaca berlalu ke belakang untuk mengecek dan membantu pekerjaan Taufan.
Setelah selesai membuat pesanan (name) Gempa menaruh cappucino nya di depan (name) dengan nampan, dia tersenyum kecil dan mempersilahkan (name) meminumnya. (Name) balas tersenyum dan mengucapkan terimakasih, tak lama Gempa berlalu melayani pelanggan lain yang datang.
(Name) menatap ponselnya nanar, senyum miris terlihat di wajahnya.
ayah
(name), teman kerja ayah punya seorang pemuda yang sepertinya cocok denganmu, berkencan lah dengannya ayah akan mengirimkan nomornya
_08xxxx_
"Hah...apa maksud ayah aku harus menikah karena bisnis?" Gumam (name) pelan.
Dia meminum cappucino nya perlahan dan menenangkan pikirannya, Ekspresinya tampak lebih tenang. Dia tersenyum tipis dan menaruh ponselnya di saku bajunya lagi, setelah sudah meminum habis minumannya gadis itu berdiri dan mengeluarkan uang dan permen dari saku bajunya.
(Name) menaruh uangnya di meja barista dan tiga buah permen di sana, dia berdiri dan menoleh ke arah gempa sejenak. Gempa yang sadar segera mendekati (name) dan tersenyum.
"Saya menaruh uangnya di meja, semoga harimu menyenangkan!" Ucap (name) lalu berlalu pergi.
Gempa membalasnya dengan senyuman dan menghampiri meja barista, di sana terdapat uang lima puluh ribu satu lembar juga tiga permen di atasnya. Halilintar keluar dari dapur dan ikut melayani para pelanggan, Taufan juga datang dan ikut membantu membuat Gempa tidak terlalu kerepotan.
Gempa tersenyum kecil saat membaca tulisan yang tertulis di plastik bungkus permen itu.
hari ini sangat indah!
Gempa menatap keluar, dari balik jendela dia menatap ke arah langit yang mulai menunjukan sinar matahari. Gempa terkekeh pelan dan memasukan permen itu ke saku celananya. "Haha..hari ini memang indah ya."
*****
"Permisi, bolehkah saya memesan cappucino lagi?"
"Tentu! Silahkan duduk."
Hari ini (name) kembali datang ke cafe Kokotiam. Wajahnya tampak berseri seperti biasa, Gempa yang melihatnya ikut tersenyum. "Ini pesanan anda, silahkan di nikmati." Ujar Gempa sambil menaruh gelas cappucino di depan (name).
(Name) dengan senang hati menerimanya dan meminumnya perlahan, setelah merasa (name) sudah mendapatkan apa yang dia butuhkan Gempa memilih pergi dan melayani pelanggan yang lain.
Seperti kemarin, (name) pergi meninggalkan uang dan permen lagi di atas meja barista. Gempa segera mengambilnya dan memeriksa bagian belakang plastik permen itu dan menemukan kata-kata yang berbeda.
saya harap hari ini menyenangkan!
"Haha, saya juga berharap seperti itu." Ucap Gempa sambil tersenyum kecil.
*****
"Selamat pagi! Saya mau memesan cappucino lagi di sini."
(Name) datang seperti biasa, senyuman lebar seperti biasa dia tunjukan. Dia duduk di dekat jendela dan memesan cappucino lagi seperti kemarin-kemarin kepada Gempa, dan seperti biasa Gempa selalu melayaninya.
Saat tengah meminum cappucino nya, (name) tampak sangat tenang dan menikmatinya. Setiap setelah meminum, dia tersenyum kecil dan bergumam 'enak'. Setelah cappucino nya habis, (name) berdiri dan berjalan mendekati meja barista di mana di sana terdapat Gempa yang sedang mengelap gelas.
(Name) tersenyum kecil lalu menaruh uangnya, dia berbalik hendak pergi sebelum tertahan karena panggilan Gempa. "Ah nona! Uang anda terlalu banyak dari Minggu kemarin, saya akan memberikan kembaliannya."
(Name) menoleh dan tersenyum kecil. "Tak apa, menikmati suasana menyenangkan di sini membuatku ingin memberikan lebih!" Ucapnya lalu berlalu pergi.
Gempa menatap uang di tangannya, seperti biasa selalu ada permen di atas uang itu.
nikmati harimu dengan senyuman!
"Terimakasih..." Ucap Gempa sambil tersenyum lembut.
*****
Hari berlalu, (name) selalu datang ke cafe Kokotiam hanya untuk sekedar meminum cappucino. Sesekali dia juga membeli kue kering untuk cemilan manisnya, dan seperti biasa Gempa selalu ambil alih melayani (name).
Mereka sering menyapa dan kadang berbincang-bincang sebentar, walau begitu mereka tidak berkenalan secara dalam karena mereka masih canggung satu sama lain.
(Name) sekarang sedang meminum cappucino nya dengan perasaan campur aduk. Dia menyembunyikan wajahnya di lipatan tangan dan menghela nafas, hari ini bukan pagi yang indah seperti biasanya.
Dia mendapat kabar bahwa neneknya meninggal. Tentu (name) sangat terpukul akan berita itu, belum lagi ayahnya yang mulai menjodoh-jodohkan nya dengan pemuda pemilik perusahaan yang berkerja sama dengan perusahaan ayah (name). Sungguh (name) sekarang butuh istirahat, dia lelah.
Suara ada sesuatu yang di simpan di atas mejanya membuat (name) mengangkat kepalanya, dia melihat Gempa yang sedang tersenyum kecil. Gempa berlalu pergi meninggalkan (name) yang kebingungan melihat piring kecil dengan 6 biskuit kecil yang di susun dengan lucu, netra matanya terpaku pada sebuah permen yang di taruh di atas biskuit itu.
ini gratis untukmu
Perlahan senyuman tipis terlihat, (name) wanita itu menatap hangat tulisan di belakang permen yang sedang dia pegang.
*****
Hari ini (name) datang lagi, wajahnya tampak lebih fresh dari hari kemarin yang terlihat lesu. (Name) duduk di sisi jendela dan seperti biasa memesan cappucino, Gempa seperti biasa selalu melayani (name). Bukannya (name) hanya mau di layani Gempa, tapi memang tugas Gempa adalah melayani pelanggan. Halilintar menjaga kasir, dan Taufan yang membuat minuman juga cemilan manis. Mereka membagi tugas dengan adil.
Namun hari ini ada yang berbeda, (name) wanita itu tampak sedikit merona setelah membaca pesan yang ada di ponselnya. Dapat di lihat oleh Gempa bahwa kadang sesekali (name) meliriknya lalu berpura-pura tak melihat apa-apa, Gempa mencoba berpikir positif bahwa (name) ingin mengajaknya berbicara.
Setelah cappucino nya habis, (name) berdiri berjalan mendekati Gempa dan memberikan uang dengan permen di atas uang itu. Gempa lantas membaca tulisan di plastik permen itu, dia tampak sedikit terkejut. Tak lama dia tersenyum kecil.
aku menyukaimu
Itu tulisan yang tertulis di satu permen itu.
Sebelum (name) pergi, Gempa menarik tangan (name) perlahan dan menaruh dua permen di sana sambil tersenyum hangat. (Name) lantas membaca tulisan dua permen di tangannya dan tersenyum kecil.
aku juga
siapa namamu?
(Name) tersenyum lalu berkata "(Fullname) namaku (fullname)"
"Hallo (Fullname), nama saya Gempa. Saya harap kedepannya kita mempunyai hubungan yang baik." Balas Gempa sambil tersenyum.
(Name) wanita itu tengah berbahagia, karena sekarang ayahnya menjodohkannya dengan orang yang ada di hadapannya.
...dan aku ingin semakin dekat
Plot: tidak mengenal nama, tidak mengenal kata. Namun terasa nyaman, (name) terbiasa membagikan permen setiap membayar sesuatu dengan tujuan orang yang menerima permen itu merasa ikut bersemangat. Siapa yang menyangka bahwa karena kebiasaan memberi permen, dia menjadi dekat dengan Gempa
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top