HIJRAH
Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang Mukmin, "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka !" Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allâh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
[al-Ahzâb/33:59]
##################
Embun pagi yang terlihat menempel di ujung daun sehabis Subuh itu, seolah mengajak manusia untuk terus berupaya menjernihkan hatinya dan terus mengabdi kepada-Nya tanpa pamrih apapun.
Embun yang bening seolah merupakan pesan yang dikirimkan Tuhan yang mengajarkan kepada kita untuk mencinta Tuhan sang Pencipta tanpa menduakan-Nya dengan apapun.
"Sakura, kapan mau berjilbab?" Tanya wanita paruh baya pada wanita yang lebih muda di seberang meja makan.
"Kapan-kapan."
Wanita paruh baya itu menghela napas mendengar jawaban asal wanita muda di seberangnya.
"Ibu serius, Sakura. Kamu ini perempuan, wajib menutup aurat."
Sakura memutar matanya malas, "Ibu, jangan mulai deh. Walaupun gak berjilbab, yang penting kan hatinya."
Sebelah alis sang ibu terangkat mendengar jawaban anak perempuannya itu, "Berarti kalo ada orang yang gak mau shalat, gak mau puasa, gak mau zakat, gak mau sedekah, gak mau berbakti kepada orangtua, boleh ya? Kan yang penting hatinya."
"Beda kasus lah bu. Buktinya banyak wanita yang gak berjilbab tapi hatinya baik, dan banyak juga wanita yang berjilbab tapi hatinya buruk." Sahut Sakura tak mau kalah.
"Itu gak beda, karena sama-sama perintah Allah. Jilbab itu aplikasi dari ketaatan kita dalam beragama. Bagaimana bisa dikatakan hatinya baik jika dia durhaka kepada Allah? Seorang anak yang durhaka kepada orangtua saja dikatakan hatinya buruk. Apalagi yang durhaka kepada Allah? Bukankah banyak juga wanita yang berjilbab tapi hatinya baik. Dan banyak juga wanita yang gak berjilbab tapi hatinya buruk." Kata sang ibu yang sukses membuat Sakura terdiam sesaat.
"Aku mau jilbabin hati dulu bu!"
"Emang hati bisa dijilbabin? Beli dimana jilbabnya nanti?" Kekeh Mebuki, "Jadi kalo ada laki-laki yang disuruh memelihara jenggot, bisa-bisa dia nanti bilang: 'Saya mau jenggotin hati dulu!' " sang ibu menggelengkan kepalanya, "Alesan aja kamu."
Sakura merengut, merasa kalah berdebat dengan ibunya itu. "Udah ah, aku mau berangkat dulu. Assalamu'alaikum."
Setelah mengucap salam dan mencium tangan wanita yang telah melahirkannya ke dunia, Sakura meraih tas selempangnya sebelum melangkah menuju pintu keluar, meninggalkan sang ibu yang hanya bisa menghela napas melihat kelakuan putri semata wayangnya itu.
"Wa'alaikumsalam."
############
"Woi! Ngelamun bae."
Sakura berjengit saat seseorang menepuk sebelah pundaknya cukup keras. Tanpa melihat pun ia sudah tau siapa orang yang mempunyai suara cempreng itu.
"Berisik Ino!" Ketus Sakura pada gadis yang duduk di sebelahnya. "Aku lagi badmood, jadi jangan ganggu!"
"Wow, wow.. madmood kenapa neng? Badmood karena bang Sasuke ga peka-peka ya?" Goda Ino, seringai jahil menghiasi bibir gadis berjilbab kuning itu.
Sakura mendengus sebagai jawaban. Meladeni Ino di saat seperti ini hanya akan membuat tensi darahnya naik, jadi diam adalah pilihan terbaik.
Di tengah rasa kesalnya, tiba-tiba Sakura kembali teringat akan perdebatannya dengan sang ibu tadi pagi. Berjilbab ya? Sakura bukannya tidak mau, ia hanya belum siap. Alasannya? Entahlah, ia juga tidak tau.
Saat Sakura hanyut dalam pikirannya, sebuah siaran radio kampus yang tengah menyiarkan kajian membuat gadis itu terpaku begitu mendengar rentetan kalimat yang berhasil menohoknya.
Teruntuk wanita muslimah ....
Berhijablah engkau karena ALLAH. Berhijablah engkau karena takut. Takut akan azab hari akhir-NYA.
Janganlah sesekali, engkau berhijab karena tujuan dunia, atau sekadar untuk dipandang mereka para manusia.
Sungguh engkau telah keliru
Bila engkau berkata dan berseru
Tak semua wanita berhijab itu baik. Sungguh mereka yang seperti itu. Berhijab sekadar satu alasan. Hanya karena tujuan dunia.
Tahukah engkau...?
Bahkan sehelai rambutmu
Akan dipertanggung jawabkan...?
Bukan hanya engkau, bahkan orang tuamu.
Ya...! Orang tuamu akan ikut enanggung dosa kalian hai wanita.
Tegakah...? Relakah...? Siapkah...?
Melihat mereka terbakar dan tersiksa hanya karena engkau mengurai sehelai rambut untuk mereka, Para lelaki bukan mahrammu.
Berhentilah mendengar kisah-kisah wanita berhijab namun tak berakhlak...! Cobalah resapi dan pahami, banyak kisah wanita berhijab taat. Sungguh merekalah sebenar-benarnya wanita berhijab.
Tak apa sedikit gerah...!
Sebentar saja, hanya di dunia.
Dunia yang hina bahkan tak bernilai. Dunia yang akan menjadi debu saat sangkakala menyeru.
Tak apa sedikit gerah...! Engkau akan sejuk nanti. Balasan di Surga-NYA nanti, sungguh itu nikmat untuk kalian
Tak usah engkau malu...!
Bila tak mengurai rambut indahmu
Engkau tetap cantik, bahkan lebih cantik dengan hijabmu.
Sungguh ALLAH mengINDAHkan
Dirimu yang istiqamah dan bertaqwa
Baik akhlak maupun rupa.
Tak usah takut tak dilirik...!
Oleh mereka kaum pria
Sungguh wanita yang baik
Hanya untuk pria yang baik.
Saya bukan sedang mengarang
Namun itu janji-NYA Sang Pencipta. Bila ia yang kau mau tak bersamamu bahkan melirikmu, percayalah ia bukan pria yang baik untukmu dan anak-anakmu.
Sungguh ALLAH tak pernah salah
Menetapkan takdir untuk engkau
Para hamba yang istiqamah dan setia
Janganlah berpikir untuk menunda...!
Karena ajal tak sekalipun berpikir untuk menunda, bahkan sedetik saja jika Izrail menemukanmu masih bangga mengurai rambut, sungguh tak ada kesempatan bagimu untuk berhijab dan bertaubat.
Tak terasa airmata jatuh dan membasahi kedua pipi Sakura. Ia merasa tertampar setelah mendengar kalimat tersebut. Sakura tau menutup aurat itu wajib, namun ia mengabaikan hal itu.
Enggan berjilbab karena merasa hatinya belum bersih? Ingin menjilbabi hati dulu baru kemudian menjilbabi badan? Sakura sadar, pemikiran seperti ini tidaklah benar. Sebab hati dan badan harus diperbaiki semua.
Kewajiban Berjilbab tidak mensyaratkan berhati sempurna lebih dulu. Sama seperti kewajiban sholat fardhu yang tidak bersyarat hatinya atau akhlaknya sempurna lebih dahulu.
Justru dengan berjilbab, diharapkan pemakainya akan lebih mudah dalam memperbaiki hatinya. Meski masih sering bermaksiat namun kewajiban menutup aurat tetap berlaku, sama dengan kewajiban2 yang lain seperti sholat, puasa, zakat, dan lain-lain.
"Sakura, kenapa menangis?!" Ino panik begitu melihat Sakura yang tiba-tiba terisak dan berlinang airmata.
Sakura tak menjawab dan semakin terisak. Melihat hal itu, dengan segera Ino membawa tubuh Sakura ke dalam pelukannya.
Apa yang terjadi pada sahabatnya ini?!
###########
"Udah mendingan?"
Sakura mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan sahabatnya itu.
Kini kedua gadis itu tengah berada ditaman, tepat di belakang kampus mereka. Saat Sakura menangis, Ino memilih membawa sahabatnya itu kemari, berharap perasaan Sakura bisa lebih tenang.
"Ada apa? Kenapa tiba-tiba menangis?" Ino bertanya saat dirasa Sakura sudah mulai tenang dan berhenti menangis.
"Aku mau berubah, Ino." Lirih Sakura.
"Berubah?" Tanya Ino bingung. "Berubah gimana, ra?"
"Aku mau memperbaiki semua sikap burukku, memperbaiki cara berpakaianku, dan juga memperbaiki amal ibadahku." Lirih Sakura dengan kepala tertunduk.
Ino menutup mulutnya, iris aquamarine gadis itu berkaca-kaca mendengar jawaban sahabat berambut merah mudanya itu.
"Alhamdulillah, Sakura." Ino memeluk sahabatnya itu. Sungguh, ia bahagia mendengar bahwa Sakura ingin berubah kearah yang lebih baik.
Setelah beberapa saat, Ino melepas pelukannya. Gadis itu meraih tas selempangnya dan merogoh sesuatu di dalam sana.
Sebuah jilbab. Ino memang selalu membawanya untuk sekedar cadangan atau jaga-jaga.
"Untuk sementara pakai ini dulu ya." Tangan Ino dengan terampil memasangkan jilbab ke kepala Sakura, "Awalnya mungkin gerah, tapi kalo udah biasa enak kok."
Sakura memandang Ino dengan mata berkaca-kaca, "Terimaksih, Ino. Kamu mau capek-capek ngurusin aku."
"Aku cuma pengen kita ketemu lagi di surga. Ini salah satu caranya." Ino tersenyum, tangannya beralih menggenggam kedua tangan Sakura, "Hijrah bersama sahabat adalah yang aku impikan, Sakura. Hijrah bersama sahabat merupakan hal yang sangat membahagiakan. Walau semua membutuhkan waktu yang panjang dan melalui proses yang sulit, namun akan terasa indah dan mudah jika dilakukan secara bersamaan. Bersama dalam arti perubahan. Bersama melewati sebuah ujian kehidupan. Bersama menuju kebaikan. Bersama mengharapkan ampunan. Bersama meninggalkan kemaksiatan. Bersama untuk saling mengingatkan. Bersama menuju jalan yang di ridhoi-nya. Bersama berjuang untuk memasuki surga-nya."
"Ino ..." Sakura tidak bisa berkata-kata, lidahnya terasa kelu. Ia bersyukur memiliki sahabat seperti Ino. Sahabat yang bisa membimbingnya kearah yang lebih baik.
Diantara sekian banyak bentuk hubungan sesama manusia, pertemanan merupakan bentuk hubungan yang dirasa spesial. Ia terbentuk dari interaksi positif yang konsisten sehingga terbentuklah rasa nyaman dan saling percaya. Bahkan dalam taraf tertentu, hubungan ini lebih erat daripada hubungan keluarga. Terkadang seorang teman lebih dipercaya daripada keluarga, seorang sahabat lebih dicintai daripada saudara.
Namun makna seorang teman bukanlah sekedar teman makan, teman kuliah, teman nongkrong, atau teman bermain. Hanya teman sejati lah yang benar-benar memiliki makna, yang memiliki kontribusi besar dalam kehidupan kita di dunia dan di akhirat.
"Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top