Embun Rindu Semesta


               Embun Rindu Semesta

"Dulu, waktu ibu masih mengandung kamu 7 bulan ibu mengalami hal yang tak terduga, ibu hampir saja kehilanganmu jika saja ibu tak bertemu dengan 2 orang penyelamat ibu."

"Ah, ibu. Cerita itu lagi, Embun bosen dengernya tau." Ucap Embun sambil memutar bola matanya malas.

"Hei, dengerin dulu. Kali ini ibu bakal nyambung cerita ibu yang tertunda itu." Ucap seorang wanita paruh baya dengan senyum misterius di wajahnya.

"Perasaan dari dulu juga ibu bilang gitu, tapi gaada tuh ceritanya." Jawab Embun lagi.

"Kali ini beneran, karna kamu udah gede. Mau SMP kan? Jadi ibu akan sambung ceritanya sekarang." Jelasnya lagi.

Embun hanya menganggukkan kepalanya, tanda dia siap mendengar kisah ibunya itu.

"Kamu tau siapa 2 pahlawan yang ibu maksud?" Ujar wanita itu memulai kisahnya.

"Gatau bu, emang siapa? Pejabat pemerintah? Petugas keamanan?" Tebak gadis kecil itu.

Wanita itu menggelengkan kepalanya pelan, "bukan, mereka adalah wanita. Wanita yang juga mengandung 7 bulan pada saat itu. Sama seperti Ibu." Terangnya dengan senyum teduh mengingat kembali kisah lama yang membuatnya bahagia sampai sekarang.

"Serius Ibu? Jadi mereka seperti kembaranku dong? Ah, apa mereka juga lahir pada tanggal yang sama ya denganku?" Tanya Embun antusias.

"Bisa dibilang mereka seperti kembaranmu, karna sekali lagi ibu bertemu dengan mereka di satu rumah sakit yang sama dengan kamar yang bersebelahan."

"Ah, iya. Pada saat Ibu ingin melihatmu, mereka juga berdiri di samping Ibu. Menatap ke dalam ruangan bayi dengan senyum merekah." Sambungnya.

"Benarkah? Apa Ibu tau namanya? Apakah keduanya perempuan sama seperti aku? Atau laki-laki?" Sahut Embun lagi.

"Mereka laki-laki dan perempuan, namanya kalau tidak salah Semesta dan Rindu."

~~~~

"Rin, temenin gue ke toko buku yuk! Gue mau beli buku UN nih." Tanya Embun kepada Rindu saat jam pelajaran telah usai baru saja.

"Ayok aja gue mah, sekalian mau liat novel baru. Ata ga lo ajak?" Jawab Rindu dan dijawab dengan gelengan oleh Embun.

"Ata katanya mau main basket, biarin aja. Sekali-kali kita berdua yang pergi boleh dong." Jelas Embun dan di agguki Rindu.

"Iya juga sih ya, kapan lagi kita bisa pergi tanpa tu anak. Hahaha."

"Yaudah, yuk."

"Jadi lo udah tau mau daftar dimana Ri?" Tanya Rindu kepada Embun yang berjalan di sebelahnya. Rindu memanggil Embun Ri karna Embun yang meminta, katanya daripada Em atau Bun, Ri lebih enak di dengar. Karna namanya Embun Mentari.

"Belum pasti sih, bunda juga belum ngasih saran. Kalo lo dimana?" Tanya Embun kepada Rindu.

"Gue kalau ga luar kota ya dalem kota aja sih." Jelas Rindu.

"Ata katanya mau keluar negri ya, keren juga tuh anak." Terang Embun dan di angguki Rindu.

"Oiya Rin, lo masih suka sama Ata?" Tanya Embun tanpa mengalihkan wajahnya dari jalan.

"Masih, tapi ya gitu. Lo tau kan, Ata gamau pacaran. Fokus pendidikan dulu katanya." Jawab Rindu. "Kalau lo gimana?" Sambung Rindu lagi.

"Gue? Gimana apanya?" Tanya Embun bingung.

"Pendapat lo tentang alasan Ata, dia bilangnya mau fokus belajar dulu tapi cewe di Sekolah malah dibaperin semua." Jawab Rindu sambil memutar bola matanya malas.

"Kuker kali tuh anak, lo kaya gatau aja." Jawab Embun kalem.

"Iyasih, yaudah tuh angkotnya udah dateng, keburu sore ntar pulangnya." Ajak Rindu dan menarik tangan Embun untuk bergegas menuju angkutan umum yang sudah berhenti di depan sekolahnya.

~~~~

"Ta, tumben lo gak sama temen-temen kembaran lo itu. Biasanya barengan terus." Tanya Juna yang sibuk memainkan bola basket di tengah lapangan.

"Mereka katanya mau ke toko buku, pasti lama. Males gue, mending main basket lagian buku UN gue udah ada." Jelas Semesta sambil meletakkan tasnya di sebuah kursi di lapangan.

"Bilang aja lo lagi menghindar kan dari mereka, gue tau kok lo suka sama Embun dari lama." Ucap Juna sambil melihat ke arah temannya itu.

"Dan di saat yang sama Rindu suka sama lo, jadi lo gamau bikin persahabatan kalian yang hampir 6 tahun ini rusak karna itu kan." Sambung Juna sambil menaik turunkan alisnya menatap Semesta.

Semesta hanya menatap Juna sebentar dan mulai menggiring bolanya menuju ring.

"Dan masalahnya adalah Rindu gatau gue suka sama Embun, begitu juga dengan Embun. Gue liat Embun kayanya gaada rasa sama gue, deh. Gayanya santai terus, seolah dia gaada rahasia apa-apa."

"Jadi lo bakal terus nyimpen ini sampai kapan Ta? Emang lo kuat?" Tanya Juna lagi.

"Gua gatau bakal kuat atau ga, tapi sejauh ini gue masih bisa bertahan kan? Jadi buat bertahan lebih lama lagi, gue akan coba."

"Serah lo deh."

"Yaudah, ayok main." Ucap Semesta.

~~~~

Hari pertama Embun memulai sekolah menengah pertama setelah beberapa hari masa orientasi berlangsung.

Dia masih ingat saat MOS kakak kelas menyuruhnya mencari calon siswa baru lainnya yang memiliki tanggal lahir yang sama dengannya. Dan tau apa yang dia temukan? Embun menemukan dua orang yang memiliki tanggal lahir yang sama dengannya, lebih mengejutkan lagi saat berkenalan singkat dua orang itu ternyata juga lahir di rumah sakit yang sama dengannya. Itu artinya memang merekalah orang yang bundanya ceritakan padanya beberapa hari yang lalu, Semesta dan Rindu.

Setelah perkenalan singkat itu mereka bertiga jadi lebih dekat dan tak terpisahkan satu sama lain, bahkan sampai sekarang mereka masih bersama di satu sekolah menengah atas negri favorit di kotanya.

Dulu Waktu mereka beranjak kelas 9, Rindu sering berkata padanya kalau pertemanan antara laki-laki dan perempuan itu tidak ada yang berjalan mulus. Saat Embun bertanya kenapa, Rindu menjelaskan bahwa pertemanan antara perempuan dan laki-laki akan berakhir dengan salah satu diantara mereka menyukai yang lainnya.
Dan juga sejak itulah Rindu mulai menampakan pada Embun kalau dia menyukai Semesta.

~~~~

Embun masih sangat ingat kejadian hari itu, saat libur UN sekolah dasar yang sangat panjang dan cuaca panas sekali Embun sedang menemani bundanya keluar karena ada urusan. Dia hanya berdiri diluar karna tidak tahan dengan pembicaraan orang tua yang membingungkan dirinya. Tak lama seorang tukang eskrim berhenti tak jauh dari dirinya, Embun jelas ingin es itu untuk melegakan tenggorokannya yang panas dan kering sejak tadi tapi, bundanya masih belum keluar dan dia terlalu malas untuk masuk kedalam ruangan yang mungkin saja mengganggu kerja bundanya. Jadilah dia hanya memandangi orang-orang yang tengah membeli es dan memakannya dengan lahap.

Tapi tak lama kemudian seorang anak laki-laki berdiri di depannya, dan saat Embun menatapnya ternyata anak laki-laki itu menyodorkan sebuah eskrim padanya.

"Nih, ambil."

Embun yang masih bingung hanya menatapnya heran dan tidak berkata-kata.

"Pake acara bengong, nih eskrim mau ga? Kalau gamau saya habisin aja ya." Jelas anak laki-laki itu lagi.

Embun mengambilnya dan tersenyum ke anak laki-laki itu.

"Makasih ya." Ucapnya.

"Sama-sama." Dan laki-laki itu pergi ke arah teman-temannya yang lain.

~~~~

Sejak SMP mereka bertiga selalu bersama-sama  sehingga teman-temannya memanggil mereka trio kembar.

Semuanya baik-baik saja sampai mereka lulus dari SMP dan melanjutkan sekolah di SMA yang sama lagi. Mereka masih dekat dan selalu bersama kemanapun pergi, tapi sejak kelas akhir SMA mereka mulai jarang terlihat bersama, karna sibuk dengan urusan masing-masing tentang masa depan mereka.

~~~~

"Ri, belajar bareng yuk!" Ajak Rindu saat mereka baru saja keluar dari toko buku.

"Sekarang? Jangan dulu deh rin, lo ga capek apa daritadi abis muter-muter nyari buku. Mana masih pake baju sekolah lagi." Jawab Embun lelah.

"Lo udah capek? Emang ya lo paling gabisa capek, capek dikit aja udah lemes gini." Ucap Rindu yang sudah paham dengan gelagat temannya itu.

"Yaudah deh, ayok pulang. Keburu pingsan di jalan lo yang ada. Laper ga? Mau makan dulu?" Tawar Rindu lagi dan di balas gelengan oleh Embun.

"Bentar deh, gue telpon Ata dulu. Lo pulang bareng dia aja, ga bakal kuat lo naik angkot sekarang mah. Bentar ya!" Dan Rindu segera mengeluarkan ponselnya dan menekan nomor Ata.

"Halo?"

"Ri, tunggu bentar ya. Ata udah angkat telpon nih."

"Halo Ta. Lo bisa kesini gak sekarang?"

"Kenapa? Embun sakit lagi?" Tanya Ata di seberang.

"Iya nih, dia bilangnya udah capek. Ya lo tau kan, Embun paling gabisa capek." Jelas Rindu.

"Trus Embunnya dimana sekarang?"

"Ini lagi di samping gue, duduk-duduk. Sambil sanderan. Lo cepetan kesini ya! Kasian gue liatnya." Ucap Rindu lagi.

"Yaudah, lo berdua tunggu disana bentar. Gue langsung otw kesana oke, jagain Embun ya Rin."

"Iya iya, gausah ngebut. Santai aja."

Klik

"Ri, lo sabar bentar ya. Ata udah di jalan kok, lo mau minum dulu ga?" Tanya Rindu pelan.

"Gausah Rin, gue duduk aja. Gapapa kok." Jawab Embun dengan senyum kecil.

~~~~

"Embun kemana Rin?" Tanya Ata saat sampai di toko buku tersebut.

"Tuh!" Rindu mengarahkan telunjuknya ke depan toko dan terlihatlah Embun sedang membeli eskrim.

"Kok dia beli es? Bukannya lagi capek ya?" Tanya Ata bingung.

"Tadi dia liat anak kecil lewat makan eskrim, trus dia bilang mau juga. Gue tawarin beliin gamau, dia mau pergi sendiri katanya." Jelas Rindu.

"Lo samperin gih! Takutnya dia jatuh tiba-tiba pas jalan."

"Oiya, satu lagi. Lo tolong jagain Embun ya Ta, gue sayang banget sama dia. Gue sayang kalian berdua. Cuma lo berdua yang kenal gue luar dalam sejak SMP dan gaakan pernah berubah. Mama gue barusan bilang papa gue jadi pindah kerja ke Eropa, jadi otomatis gue ikut. Sekalian kuliah juga, pendaftaran udah di urus, gue dapet beasiswa. Jadi tinggal nunggu UN aja." Ucap Rindu lagi.

"Lo serius mau pergi? Kok mendadak banget sih. Embun belum lo kasihtau?" Tanya Semesta pada Rindu.

Rindu menggelengkan kepalanya. "Belum."

"Kapan lo mau ngasih tau Embun?" Tanya Ata lagi.

"Mungkin hari terakhir UN aja kali ya. Udah, cepetan lo samperin sana. Pulangnya jangan ngebut. Daah, gue balik duluan ya." Rindu pamit dan meninggalkan Ata yang berjalan ke arah Embun.

"Woi, makan mulu. Cepetan kita pulang, katanya capek."

"Apasih Ta, ngagetin aja. Rindu mana?"

"Apasih Ta, ngagetin aja. Rindu mana?" Tanya Embun saat melihat Rindu tidak ada.

"Rindu udah pulang duluan, lo mau pulang atau ga? Gue tinggal nih." Ucap Ata lagi.

"Iya iya pulang, yuk!"

"Tapi lo jangan ngebut ya Ta, ntar gue jatuh gimana." Sambung Embun dan bersiap memakai helm bergambar mickey mouse kesukaannya.

"Kalau gamau jatuh ya pegangan lah, dimana-mana juga orang naik motor pegangan biar ga jatuh." Ata bersiap melajukan motornya saat Embun sudah memberi kode dengan menepuk pundaknya.

"Pegangan, cepet!" Kata Ata lagi.

"Nih, udah. Ayo jalan."

Embun memegang erat pinggang Ata yang terlapisi dengan jaket hitamnya.

~~~~

"Ga kerasa UN udah kelar aja ya. Mau kemana nih kita? Nongkrong? Traveling?" Tanya Embun kepada kedua kembarannya.

"Ri, ada yang mau gue omongin sama lo." Ucap Embun pelan.

"Apa Rin?" Tanya Embun heran.

"Sebenernya gue mau ke Eropa. Papa gue pindah kerja kesana, jadi gue harus ikut dan mungkin kuliah disana juga." Jelas Rindu tanpa menatap sahabatnya itu.

"Lo serius? Kok lo baru bilang sih?" Tanya Embun setengah kaget.

"Gue gamau bikin lo sedih, jadi gue bilang sekarang. Hari dimana UN udah kelar. Lo marah sama gue ya?" Tanya Rindu dengan sedih.

"Gak kok, enggak. Ngapain gue marah, kesel aja lo baru ngasih taunya sekarang. Gue seneng malah denger lo bakal kuliah di luar negri, Eropa lagi. Kurang keren apa coba." Ucap Embun panjang lebar.

"Jadi lo ga marah?" Tanya Rindu lagi.

Embun menggelengkan kepalanya pelan,

"Enggak Rinduu, gue bakal marah kalau lo pergi tanpa pamit. Itu baru gue marah, kan lo udah jelasin semua ke gue barusan. Ngapain marah lagi."

"Lagian lo kembaran gue walau beda emak sama bapak, tau apapun semua tentang gue, sayang banget sama gue, selalu bareng gue, ga pernah marahin gue apalagi musuhin gue. Jadi buat apa gue marah?" Jelas Embun lagi.

"Gue gaada alasan marah sama lo, lo itu superhero gue dan juga  udah kayak kakak gue. Gaboleh kan marah-marah ke kakak sendiri. Ntar kena karma hehe."

Hug

"Lo emang yang terbaik! Gue beruntung jadi temen lo, jadi kembaran lo, jadi kakak lo, pokoknya gue beruntung banget." Ucap Rindu seraya memeluk Embun erat.

"Heh, udah dong dramanya. Kapan quality time kalau drama mulu." Tiba-tiba saja Semesta datang dan merusak suasana haru-biru.

"Yee, ngerusak suasana aja lo mah Ta. Gatau apa kita lagi curhat-curhatan." Ucap Rindu kesal.

"Tau nih, dasar." Tambah Embun.

"Lah pada nyalahin gue, udah sana lanjutin dramanya. Gue mau pergi aja." Semesta pura-purah marah dan segera berbalik.

"Ikut!" Ucap Embun dan Rindu kompak.

Dasar kembar.

"Lo juga kembaran kita kali Ta." Ucap Embun tiba-tiba, seolah tau dengan apa yang Ata bisikkan tadi.

"Kok lo tau gue mikir itu?" Tanya Ata kaget.

"Halah, lo lupa apa gimana Ta. Kan kita bertiga kembar." Kali ini Rindu angkat suara.

Oiya, gue lupa kalau kita bertiga kembar. Hehehehe.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top