My Horrible Pet 2
My Horrible Pet
Part 2
Empat tahun berlalu, sekarang aku sudah menginjak usia 16 tahun. Kini, aku duduk di bangku SMA. Wah, tak terasa. Aku sudah menganggap "Dia" sebagai Ayahku selama tiga tahun lebih. Tapi, kenapa perasaan bimbang itu tak mau hilang juga? Aku tahu, Papa Richard adalah Ayah yang baik. Dia memberikan apapun yang kumau, meski harganya mahal. Bahkan, dia rela pergi ke Jepang hanya untuk membelikanku sebuah figure vocaloid Hatsune Miku yang harganya juga tak bisa dibilang murah.
Setelah sebelas tahun hidup tanpa seorang Ayah, akhirnya aku bisa merasakan kasih sayang seorang Ayah. Ayah kandungku meninggal tepat saat aku dilahirkan karena kecelakaan saat menuju rumah sakit tempat Mama bersalin. Aku tahu bagaimana kasih sayang seorang Ayah. Belaian seorang Ayah dan nasehat seorang Ayah. Aku sangat iri pada temantemanku yang setiap hari diantar Ayah mereka ke sekolah. Dan sekarang, rasa iri itu lenyap. Saat Papa Richard memasuki kehidupanku dan Mama.
***
'Hei, Niel. Kau tahu, aku senang sejak Papa Richard menjadi Papaku selama tiga tahun lebih. Sejak kecil aku bahkan tidak pernah merasakan kasih sayang seorang Ayah. Dan kini, aku telah merasakannya. Rasanya sangat nyaman dan luar biasa,' ucapku dalam hati.
'Yeah, Jenny. Aku bisa melihatnya dari ekspresi wajahmu yang berserk-seri,' sahut Niel di pikiranku.
'Hei, Niel. Kau tahu, hari ini sangat melelahkan. Tadi ada ujian praktek permainan tenis. Lalu pulangnya, aku harus membersihkan kelas seorang diri karena ketiga temanku yang lain ada keperluan keluarga. Rasanya aku ingin kabur saja waktu itu. Tapi sayang, rencanaku digagalkan oleh Mr. Dorbus. Guru yang bertugas mengabsen siwa yang melaksanakan piket. Harusnya aku juga mengirimkan surat idzin kalau aku juga ada keperluan keluarga,' celotehku dalam hati.
'Wow, kau sebaiknya menulis diary. Haha,' balas Niel.
"Jenny, ayo makan malam. Papa akan sampai di rumah beberapa menit lagi!" teriak Mama dari meja makan. Suara teriakannya nyaring hingga menembus pintu kamarku.
'Niel, kau mau di kamarku, atau kembali ke kandang?' tanyaku melalui pikiran.
'Aku bosan di kandang. Kau makan saja dulu, aku akan tetap di sini.'
Aku hanya mengangguk pertanda mengiyakan. Aku segera keluar dari kamar dan melangkah ke meja makan.Kulihat Mama sudah menungguku di sana. Dia menghidangkan sup seafood dan ikan bakar. Aku tahu Papa Richard sangat suka sup seafood dan ikan bakar buatan Mama. Mamaku ini memang jagonya memasak.
'Hei Jenny, kau yakin kau tak melupakan tugasmu? Aku yakin tadi siang kau memikirkan tugas Bahasa Inggrismu,' suara Niel muncul di pikiranku.
Aku yang sedang menyeruput teh menjadi tersedak. 'Niel, kau membuatku tersedak. Ah aku hampir saja lupa.' Dengan cepat kuhabiskan makanan di hadapanku. Aku tak mau menunggu Papa yang belum datang. Mama hanya menatap heran ke arahku.
"Ada apa?" tanya Mama heran.
"Ada tugas yang harus kuselesaikan," balasku lalu memasukkan suapan terakhir dan ...Yes makananku habis tanpa sisa.
Aku bergegas berlari ke kamarku. Kulihat Niel yang duduk di meja belajarku. "Hei, siapa yang menyuruhmu duduk di meja belajarku?"
'Memangnya ada aturan kalau aku tidak boleh duduk di sini?' balas Niel dipikiranku lalu turun dari meja belajarku.
"Kau ini!" Aku mengejar Niel yang melompat ke atas kasur.
***
Pukul sebelas malam, aku terbangun. Entah kenapa aku bangun jam segini. Apa aku mimpi buruk? Oh tidak kok.Entahlah, mungkin aku kehausan.
'Jenny? Kau bangun?' ucap Niel.
'Kau sendiri? Kenapa bangun juga?' balasku. Kakiku menyentuh lantai dan berjalan ke luar kamar.
'Bukankah aku tidak pernah tidur? Kau lupa kalau aku bukan kucing biasa?' balas Niel.
Aku membuka pintu dapur dan menyalakan lampu. Tak sengaja aku melihat Mama yang duduk sendirian di meja makan.Ia menopang kepalanya dengan kedua telapak tangan. Aku segera menghampiri Mama.
"Ma? Mama kok belum tidur?" tanyaku seraya menepuk pundak Mama dengan pelan.
"Mm? Papa belum pulang, ya?" tanya Mama. Matanya memerah saat menatapku.
"Hah? Papa belum pulang sampai jam segini? Wah, tidak biasanya," gumamku. "Mama tdur aja, biar aku yang bukakan pintu untuk Papa."
"Sebaiknya kamu yang tidur, besok sekolah, kan?" Mama menatapku dengan tatapan sayu.
Aku tidak bisa menolak, terpaksa aku meninggalkan Mama yang duduk di meja makan. Aku menatap Mama dengan perasaan iba. Seperti itukah yang namanya kesetiaan?
'Hei Niel,' ucapku.
'Yeah?' sahutnya.
Aku berjalan kembali ke kamar dan naik ke ranjang. 'Aku kasihan pada Mama. Bangunkan aku saat Papa pulang, ok? Kau selalu terjaga, kan?'
'Tentu, tapi kau harus memberiku sepotong daging sapi besok. Hehe ...'
'Yeah terserah.' Aku menarik selimut hingga menutupi pundakku.
***
Alaram dengan lagu Hatsune Miku dari hand phoneku berdering nyaring. Aku terbangun dengan dada berdegup kencang. Aku meraih hand phone yang tergeletak tak jauh dari samping telingaku. Rupanya sudah pukul lima pagi.
'Niel!' ucapku sambil meninju banal.
'Apa?'
'Kau tak membangunkanku?' aku bergegas mengambil handuk dan mandi.
'Papamu tidak pulang, Jenny. Itu alasan kenapa aku tidak membangunkanmu.'
Aku memakai seragam dan merias diriku di depan cermin. 'Tidak pulang? Ke mana dia?'
'Mana kutahu.'
Aku sampai di meja makan. Kulihat Mama menghidangkan makanan dengan mata yang merah. Kurasa Mama menunggu Papa sampai tengah malam.
"Ma, tadi malam nggak tidur?" tanyaku memecah keheningan.
Mama hanya menggeleng lalu tersenyum. Aku tak mau melanjutkan pembicaraan segera menghabiskan sarapanku dan berangkat ke sekolah.
***
'Niel, hari ini sangat membosankan.' Aku duduk di jok belakang. Suasana di mobil sangat hening. Taka da pembicaraan antara aku dan supir pribadiku.
'Aku tahu, kau selalu bicara denganku satu menit sekali,' sahut Niel di pikiranku.
'Niel, ke mana Papa kemarin? Dia bahkan tidak memberi kabar pada Mama.'
'Aku bukan hantu kucing yang bisa menembus dinding dan memata-matai Papamu, Nona Jenny.'
Setelah sampai di rumah, aku bergegas berlari ke kamarku yang pintunya terbuka lebar. Aku melempar tubuhku ke kasur empuk. Kumbenamkan wajahku ke bantal. "Oh ayolah Niel. Bisakah kau menghiburku?" gumamku.
'Aku bukan badut sirkus. Hei, buka pintu kamarmu, aku di depan.'
Aku beranjak dari kasur dan membukakan pintu untuk Niel. "Yah, setidaknya kamu bisa kuelus," ucapku lalu menggendong Niel dan membawanya ke dalam kamar.
'Aku mau begadang hari ini,' batinku.
'Kau mau apa?' tanya Niel. Matanya yang kuning kecekolatan menatap wajahku.
'Menunggu Papa,' balasku. Aku mengeluarkan beberapa buku dari dalam tas dan meletakannya ke rak.
'Oh Jenny, aku bisa membangunkanmu. Kau tak perlu sampai begadang. Kau besok sekolah, ingat?'
"Sekolah ... Sekolah ...." Aku menatap Niel dengan tatapan kesal lalu melemparkan tubuhku kesur lagi. "Sekolah itu melelahkan juga."
***
Malam harinya, aku kembali melihat Mama duduk sendirian di meja makan. Dia menunggu Papa lagi. Ah, sebenarnya ke mana Papa?
"Ma, Mama tidur aja, ya." Aku meletakkan secangkir teh hangat di hadapan Mama yang sedang murung.
Mama meminum sedikit teh yang kuberi. Aku hanya melempar senyum termanisku. Dan ... Lima detik kemudian, kepala Mama menempel pada meja yang menandakan dia sudah tidur. Aku tersenyum karena rencanaku berjalan mulus.
***
Wuusshhh ...
Angin malam membuat rambut panjangku berkibar. Kulirik jam tangan yang menunjukkan pukul dua belas malam. Aku menatap ke arah Niel.
'Kau yakin akan mencari Papamu, Jenny?' tanya Niel tanpa menatap balik ke arahku.
'Bagaimana lagi? Kau pikir aku tahan melihat Mama yang setiap hari menunggu kepulangan Papa?' balasku sambil melangkahkan kaki menjauh dari rumah. Malam ini, aku akan pergi ke kantor Papa dan menanyakan kenapa dia tidak pulang. Harus mala mini juga! Dan ... kucing ajaib itu memaksakku untuk membawanya. Ya sudah, apa boleh buat.
'Terserah padamu, berhati-hatilah. Tidak baik gadis berusia 16 tahun kelurar pada malam hari,' balas Niel yang berjalan di belakangku.
Aku terus menatap lurus ke depan, melihat kendaraan yang berlalu-lalang pada malam hari. Kubuka secarik kertas yang sedari tadi kugenggam. Kertas itu berisikan alamat kantor Papa. Aku harus ke kantornya.
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top