Game Over
Game Over
“Hiyaaa!” seruku seraya melontarkan bola api ke arah salah satu prajurit dengan tameng besi.
Boom!
“Hei, itu bagianku!” seru sosok penunggang kuda yang bersenjatakan pedang panjang.
“Kau lamban, Kak. Ayo cepat sedikit!” seruku dengan semangat yang menggebu-gebu.
“Di mana bossnya?” tanya Kak Ev sambil mencari sosok yang disebut boss itu.
Aku segera melompat ke atas kuda yang ditunggangi Kak Ev. “Aku yakin bossnya ada di dalam gang sempit itu. Ayo cepat, Kak!”
“Hei, jangan terburu-buru begitu.”
Tak kupedulikan ucapan Kak Ev itu. Langsung saja kakiku menendang kaki belakang kuda agar hewan berkaki empat itu bergerak.
Kuda pun melaju dengan kencang menuju gang kecil dan gelap itu. Untuk penerangan, segera kuciptakan bola api di tangan kananku.
“Hei, Bell, kau siap berhadapan dengan boss, kan?” tanya laki-laki yang mengendalikan kuda di depanku itu.
“Ya, Kak. Sangat siap, aku sangat bersemangat, entah kenapa.”
Tak terdengar jawaban lagi dari kakakku itu.
Setelah sekian lama kami menyusuri gang gelap, akhirnya mataku menangkap setitik cahaya merah jauh di depan sana.
“Kak, ada cahaya merah, coba lihat,” tunjukku menggunakan tangan kiri.
“Aku juga melihatnya, mungkin di sana bossnya,” sahut Kak Ev.
Tiba-tiba saja, sebuah bola cahaya merah mendekat ke arah kami. Spontan Kak Ev menggerakkan kudanya ke arah samping untuk menghindari bola cahaya itu. Aku pun segera turun dari kuda tanpa memadamkan cahaya di tangan kananku,
“Kurasa, itu seperti sambutan,” ucap Kak Ev yang juga ikut turun dari kudanya.
“Sambutan yang tidak ramah,” gumamku.
Kami meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki saja. Kalau menunggangi kuda kurang efektif, karena akan sulit menghindari serangan tiba-tiba. Setelah berjalan agak lama, akhirnya mataku dapat melihat sosok pria berambut merah yang mengenakan jubah biru tua. Di punggung telapak tangannya dapat kulihat lambang api dengan jelas. Ah, rupanya dia pengguna api, sama sepertiku.
“Oh, para tamuku sudah datang rupanya. Maaf, mungkin penyambutan dariku kurang meriah. Mestinya kulemparkan bola-bola api lebih banyak pada kalian,” ucap pria berjubah itu dengan suara yang menurutku sok ramah.
“Jangan banyak bicara!” seru Kak Ev sesaat sebelum dia memasang kuda-kuda.
“Ow ow ow, ayolah kalian berdua, kenapa buru-buru begitu?” balas pria itu.
“Kak, langsung saja,” ucapku dengan kedua tangan yang mengeluarkan bola api.
“Ini bagianku, kau sudah mengambil lawanku tadi,” ucap Kak Ev yang mengacungkan pedangnya.
“Fine, ambil saja. Aku bantu dengan sedikit kekuatan apiku,” ucapku seraya melemparkan bola api di tangan kananku ke arah pedang Kak Ev. Kini pedang itu diselimuti api.
“Thanks.”
Kak Ev menerjang pria berjubah itu sambil mengayunkan pedang apinya. Pria berjubah yang kusebut boss itu melompat setinggi lima meter lalu menembakkan bola api ke arah kakakku. Dengan segera, kulemparkan bola api di tangan kiriku ke arah bola api yang menuju ke arah Kak Ev hingga menimbulkan ledakan kecil.
Di dalam kepulan asap ledakan itu, sosok Kak Ev muncul di udara lalu menebas boss itu dengan pedang apinya.
Boom!
“Ah, terlalu mudah,” gumam Kak Ev setelah mendarat di tanah. “Aku ingin boss yang lebih kuat!”
Setelah babak dua kuselesaikan, segera kutekan tombol di jam tangan yang melingkar di tangan kananku.
“Jack-out!”
***
“Hei, Bell, aku punya ide,” ucap Kak Ev sambil melepas alat untuk terhubung dengan game. Alat itu melingkar di tangan kirinya.
“Apa? Aku harap bukan ide gila. Minggu lalu kita mencoba melakukan jack-in di sebuah server asing dan untungnya kita selamat.”
“Kali ini, kita akan melakukan jack-in di server yang lebih menantang, kau mau?” ajaknya.
“Maksudmu server asing? Tidak, terlalu berbahaya,” tolakku tanpa pikir panjang.
“No no, bukan server asing. Salah satu temanku, Hector, server yang dia miliki dua kali lipat di atas server game kita. Kali ini bukan server orang luar, kok.”
“Kakak yakin kali ini aman?” tanyaku memastikan.
“Sangat yakin.”
“Baik, kapan dia membuka servernya?”
“Pagi besok, pukul 3 pagi.”
Aku terbalak. “What? Jam 3 pagi? Kakak pasti bercanda! Mana mungkin aku bangun sepagi itu!” semburku.
“Makanya, cepat tidur!”
***
“Hei, Isabell!”
Hmmm, ah, siapa yang menganggu mimpi indahku? Suasaranya familiar bagiku.
“Sudah pukul tiga leih sepuluh! Ayo!”
Kubuka kelopak mataku perlahan, kudapati Kak Ev menarik selimutku. Kugerakkan kepalaku ke samping kanan, melihat jam kecil yang tergeletak di meja belajarku. Benar, waktu menujukkan pukul tiga lebih tiga belas menit.
“Tunggu, aku mau cuci muka dulu,” ucapku seraya bangkit dari ranjang.
Aku pun berjalan gontai menuju kamar mandi yang terletak di sebelah kamarku. Setelah terlihat lebih segar, aku segera pergi ke kamar Kak Ev. Di sanalah perangkat game di letakkan. Tentu saja karena Kak Ev lebih pecandu game dibandingkan aku.
Oh ya, aku belum menjelaskan mengenai Jack-in dan jack-out, ya? Okay, kurasa sekarang waktu yang tepat untuk menjelaskan.
Jack-in dilakukan ketika kita ingin memasuki sebuah server di sebuah game. Cara melakukannya hanya tinggal menekan tombol di sebuah alat yang melingkar di pergelangan tangan kita. Sebelumnya alat itu telah disambungkan dengan server dan dipastikan memiliki koneksi internet yang bagus. Dengan melakukan jack-in, kita masuk ke dalam game dengan karakter yang telah kita buat sebelumnya. Kesadaran kita pun akan berada di dalam karakter itu.
Sedangkan jack-out adalah kebalikan dari jack-in. Kita melakukan jack-out ketika kita telah menyelesaikan permainan.
“Kau siap?” Kak Ev telah memasang koneksi dan membuka server.
“Siap, Kak!”
“Jack-in!”
***
Aku berhasil masuk ke dalam server. Pakaian tidurku berubah menjadi pakian ala magical girl dengan elemen api. Kulihat Kak Ev juga berhasil masuk. Dia mengenakan pakaian ala prajurit berkuda, lengkap dengan kuda serta pedang besinya.
Kami berada di sebuah tempat bersuhu panas. Tempat ini tanahnya sangat panas dan berwarna merah. Banyak lava panas juga di sini. Untungnya karakter kami tidak dapat merasakan panas. Panca indra kami yang berfungsi di dalam game ini adalah pendengaran dan pengelihatan saja.
“Kak, kenapa tempatnya seperti ini?” tanyaku kebingungan.
Kak Ev juga kelihatan bingung sepertiku. “Aku tak mengerti, kenapa server Hector seperti ini?”
“Memangnya seperti apa servernya? Kakak pernah masuk?”
“Ya, pernah. Tempatnya penuh dengan makanan. Agak aneh, hmm ....”
Tiba-tiba saja, tanah yang kami pijak bergetar. Ah, rupanya terjadi gempa. Aku segera naik kuda Kak Ev dan memintanya berhati-hati.
Kak Ev segera memacu kudanya untuk mencari tempat yang aman.
Tiba-tiba saja, di depan kami, sejauh lima meter muncul sosok berjubah biru membelakangi kami. Sontak Kak Ev menghentikan kudanya lalu kami turun dari kuda.
“Kau, bukan Hector!” seru Kak Ev pada sosok berjubah itu.
Karena aku tak tahu sosok Kak Hector, jadi aku hanya diam dan menyaksikan.
“Aku memang bukan Hector Goldy. Aku ArVieX,” ucap sosok berjubah itu berbalik menampakkan wajahnya. Di matanya terdapat lambang bintang, di sekitar bawah mata kanan.
“Who the hell is that?” balas Kak Ev.
“Sayang sekali, Evan Core. Server Hector Goldy telah diambil alih oleh ArVieX. Wanna play with me?” sebuah seringai dia pamerkan pada kami.
“What? Di hack? Shit!” Kak Ev menghentakkan kakinya.
“Bagaimana ini, Kak?” tanyaku yang ikut panik.
“Jack-out, cepat!”
“Jack-out!”
[FAILED]
Sayangnya, kami tak bisa keluar dari game. Server ini mengunci kami.
“Sekarang bagaimana, Kak? Kita tidak bisa keluar dari server ini,” tanyaku yang mulai ketakutan.
“Tidak ada jalan, kita harus menghadapinya!”
Kak Ev segera berlari menerjang ke arah ArVieX itu. Hebatnya, sosok berjubah itu menghilang dan muncul di belakang Kak Ev dan menendangnya hingga kakakku itu hampir terjatuh ke dalam lava panas.
Aku berinisiatif untuk membantu. Segera aku melemparkan tiga bola api ke arah musuh. Aku terkejut, dia kembali menghilang dan aku tak tahu di mana keberadaannya. Tiba-tiba saja kurasakan sesuatu yang amat keras menghantam punggungku.
Buuk!
“Uuh, apa-apaan itu?” gumamku sambil bangkit dari posisi berbaring.
“Bell, makhluk ini berbahaya. Cepat pergi dari sini!” seru Kak Ev yang sudah menjauh dari posisi awal di mana dia dekat dengan lava.
“Lari ke mana? Percuma saja, server ini mengurung kita”
ArVieX muncul di antara aku dan Kak Ev. Dia mengangkat tangan kanannya yang mengenakan alat itu. Tangan kirinya menekan tombol merah lalu sosoknya menghilang. Sebelum dia benar-benar lenyap, dia berkata.
“Game over untuk kalian. Semoga kematian kalian menyenangkan.”
Sontak aku dan Kak Ev berpandangan. Tiba-tiba saja tanah kembali bergetar dan perlahan tenggelam di lava panas. Kami bergandengan tangan lalu menatap lava panas.
“Maaf, Bell. Kali ini kita kalah. Ayo cepat pergi dari sini.”
Kami pun segera melompat ke lava panas untuk mempercepat kematian.
[GAME OVER]
END
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top