Sleep well

A/N : Oyasumi donna ni tooku ni hanareteitemo--//plak

"Fiuh... Abunai..."

Dia memungut selongsong yang terlontar dari tubuh rifle-nya dan menyimpannya di sakunya. Helaan nafas yang bercampur dengan dinginnya uap malam pudar tepat setelah meninggalkan bibir keringnya. Dia beruntung jaket yang dia punya cukup tebal, atau mungkin dia bisa sakit pada keesokan harinya.

Dari scope-nya, dia dapat melihat Mafu terburu-buru menghampiri Soraru dan berusaha untuk melepas cengkraman batang besi itu dari sekujur tubuhnya. Tubuh Akatin dengan kepala berlubang tersungkur di samping kursi, diacuhkan oleh Ruko dan Kashitarou namun dipedulikan oleh sesuatu yang tak kasat mata baginya.

"Holy sh*t, this rifle is so~ good"

Dia tertawa puas dari atas gedung di dekat gudang pelabuhan. Dia bangkit dari posisi telungkupnya ketika sedang sniping, dan berlutut di pinggir atap gedung. Senyum lembutnya segera mengambil alih seringai liciknya saat dia memasukan rifle tersebut kembali ke tempatnya dan berbalik, menuruni tangga atap gedung.  

"Rifle ini memang hadiah ulang tahun terbaik, Ayah! Thank you!"

"Itu baru bulan kecilku! Tak hanya pintar di komputer, namun juga pintar membidik! Tapi jaga mulutmu, Amatsuki! Ketularan mulut kasarnya Soraru-san ya?"

Amatsuki tertawa manis dan mencabut kepala earphone itu dari telinganya saat dia memasuki mobil Luz yang menunggu di depan gedung, "Ayah, aku pergi dulu ya! Bye bye!" ujarnya ceria sebelum memutus sambungan telepon.

"Kerja bagus, Amatsuki-kun~" puji sang surai silver dari kursi pengemudi.

"Arigatou, Luz-senpai! Ayo kita jemput yang lain segera!"

"Woke!"

.

Tubuh Mafu sempat membeku saat sesuatu melesat entah darimana, memecahkan jendela gudang dan mengenai samping kepala Akatin. Sang surai merah terjatuh ke tanah dengan kepala berlubang, ekspresi tak percaya terlukis sempurna di wajahnya. Semua terjadi dengan sangat cepat, Mafu tidak yakin dia bisa mengulang kejadian itu dengan persis di kepalanya. Bahkan Ruko, Kashitarou, dan wanita kitsune itu ikut tercengang.

Kembali sadar atas realita, Mafu langsung menghampiri senpai-nya yang terbelenggu di kursi.

"SORARU-SENPAI!!" dia berteriak putus asa saat dia mencari-cari sesuatu yang dapat melepaskan batangan besi itu dari tubuh lungai senpai-nya, "Senpai, tolong sadarlah! Ini aku, Mafu! Soraru-senpai, balas aku!"

Menemukan suatu tombol di balik kursi, Mafu menekannya dengan kencang, dan seluruh batangan besi membelah terbuka. Sang albino menangkap tubuh senpai-nya yang terjungkal ke depan, dan menghela nafas lega saat nafas dangkalnya mengenai lehernya.

Soraru-senpai masih hidup... Yokatta...

Sementara Mafu dan Ruko menggotong Soraru yang tampaknya tak sadarkan diri walaupun kedua matanya terbuka, Kashitarou sedikit terkejut saat hp-nya bergetar lagi di balik obi-nya. Menyuruh wanita kitsune itu untuk memelankan suaranya saat dia tertawa-tawa sendiri di atas jasad Akatin, Kashitarou pun menjawab teleponnya.

"Moshi moshi, Luz-kun?"

"Yo, Kashitarou-kun. Aku dan Amatsuki-kun lagi otw ke lokasimu sekarang. Suruh Mafu-kun dan Ruko-san menunggu di dekatmu. Kami akan mengantar kalian ke rumah sakit"

"Amatsuki-kun?" Kashitarou mengangkat satu alisnya, "Dia bersamamu?"

"Yep, dia tadi jadi sniper dadakan untuk menyelamatkan kalian lho"

Ohh... Jadi peluru tadi adalah perbuatan Amatsuki-san... Sugoi...

"Arigatou gozaimasu, Amatsuki-san. Kami berhutang kepadamu" Kashitarou berterima kasih seraya membungkukkan tubuhnya.

"Douita, senpai!" dia dapat mendengar suara manis Amatsuki membalas ucapannya.

Dan itu cukup untuk membuatnya tersenyum.

"Cie yang jatuh cinta"

"Ki-chan jangan komentar..."

Wanita kitsune itu terkekeh, "Akatin ini untukku saja ya? Dia tampak lezat~"

Kashitarou menoleh padanya dan menggeleng, "Tak bisa, Ki-chan. Mayat Akatin-san harus diserahkan kepada kepolisian. Dia bukanlah hak kita"

"Haaahh, ya udah deh kalau Kashitarou-sama bilang seperti itu"

"Ditambah lagi, memangnya kau mau mengambil jiwa manusia sekotor dirinya?"

"Semakin kotor dan gelap jiwa manusia, semakin kuat pula kekuatanku, Kashitarou-sama. Kesempatan ini malah seharusnya tak boleh kulewatkan"

Kashitarou menyipitkan matanya pada sang wanita kitsune yang menatapnya dengan penuh harap. Dia menyerah pada akhirnya, "Baiklah... Ki-chan silakan ambil jiwanya, tapi tinggalkan tubuhnya, mengerti?"

"Arigatou, Kashitarou-sama~"

.

"Sudah dua kali Soraru-san masuk rumah sakit dalam satu bulan, luar biasa" Kuwahara bergurau ringan saat dia dan para suster bergegas membawa Soraru ke dalam gedung rumah sakit dengan empat remaja serta satu anak kuliahan mengekorinya.

"Bisaan aja sensei candaannya" Luz menyeringai.

Soraru kemudian dibawa ke ICU karena selain traumanya kambuh dengan cukup parah, ada beberapa luka dari kecelakaan sebelumnya yang belum sembuh dengan baik. Alhasil mereka semua harus nunggu di kamar 311. Kuwahara nyuruh mereka netep disana aja dulu malam itu mumpung masih kosong. 

"Tenang saja, nanti Soraru-san akan kami bawa ke kamar itu lagi kok, jadi besok pagi kalian bisa bertemu dengannya" dokter itu berkata dengan nada suara menenangkan sebelum dia melewati pintu ICU bersama personil dokter lainnya.

Biar perabotan kamar gak kotor oleh darah yang membekas di pakaian mereka (kecuali Luz dan Amatsuki), mereka semua pun lesehan di lantai, dan Mafu langsung tiduran di pangkuan Amatsuki, mendusel-duselkan kepalanya dengan manja ke perut sang surai coklat bermata merah, "Numpang ya, Ama-chan. Aku capek..."

"Aku tau. Otsukaresama, Mafu-kun~" Amatsuki memujinya seraya mengelus-elus surai saljunya yang kotor oleh darah dan tanah. Mafu tertawa manis dan memeluk Amatsuki dengan lebih erat, alhasil membuat sang surai coklat bermata merah semakin gencar mengelus rambutnya saking gemesnya sama anak-- eh sahabatnya yang satu ini.

"Ehehehe~, makasih banyak ya Ama-chan udah nyelamatin Soraru-senpai~. Mafu sayang Ama-chan deh~!"

"Sama-sama! Amatsuki juga sayang Mafu-kun kok~!"

"Aku mau tidur..." rengek Ruko, seenaknya tiduran di lantai di samping Kashitarou "Aku capek, ngantuk, dan mager! Pokoknya aku mau tidur sampai besok siang!"

"Gak kuliah dong" celetuk Luz.

"Bodo amat. Dosennya juga tinggal gue ancem dan gue gak bakal diitung masuk kok"

"Jangan seperti itu, Ruko-san" Kashitarou tertawa.

"Eh, aku ingin nanya..." ucapan Amatsuki menarik perhatian mereka semua, bahkan Mafu yang hendak tidur membuka matanya lagi, "Kalian ngerasa ruangan ini lebih dingin dari biasanya gak sih?" tanyanya serius.

"Nggak tuh" -Luz

"B aja" -Ruko

"Tidak terlalu" -Kashitarou.

"Are? Mungkin itu hanya perasaanku..." -Amatsuki.

Mafu memutar kepalanya ke arah wanita kitsune yang duduk di samping Kashitarou. Dia yang menyadari tatapan sang albino menaikkan telunjuknya ke bibirnya yang menyeringai, mengisyaratkannya untuk tetap diam. Mafu hanya tersenyum kecil dan mengangguk mengerti.

"Kalo Mafu-kun gimana?"

"Aku gak ngerasa beda sih, Ama-chan"

Tok, tok, tok!

Pintu kamar terbuka, menampakkan Rieru yang tersenyum hangat pada mereka berlima, "Konbanwa, minna. Kerja kalian bagus sekali malam ini. Kalian membuat kami bangga" dia memasuki kamar dengan dua anak buahnya yang membawa beberapa gulungan futon. Rieru sendiri membawa dua tas selempang yang tampak penuh.

"Aku sudah bawa beberapa baju ganti untuk kalian yang kacau sekali, sekaligus sampo dan sabun jika kalian mau mandi" dia tertawa kecil, dan memutar kepalanya ke dua anak buahnya, "Mereka juga sudah membawa futon untuk alas tidur kalian malam ini. Aku akan bilang ke pihak sekolah bahwa kalian tak masuk besok, dan ya, Ruko, kau ikut libur besok"

Yang disebut menghela nafas lega, "Arigatou, okaa-san"

Setelah menggelar lima futon itu di lantai, mereka mulai satu per satu mandi. Yang pertama adalah Ruko, terus Luz, terus Kashitarou, dan yang terakhir Mafu serta Amatsuki. Sang surai coklat bermata merah bersikeras bahwa dia harus mandiin Mafu karena luka-luka dari kecelakaan sebelumnya harus dibersihkan pelan-pelan.

"Heeehhh... Dia keibuan sekali..." gumam wanita kitsune tersebut di sela tawa kecilnya, dengan santainya senderan ke bahu sang bertopeng kitsune yang baru selesai mandi.

Kashitarou yang lagi mengeringkan surai coklatnya dengan handuk mengangguk setuju, tidak bisa membalas perkataannya secara verbal karena takut ditanyain ngomong sama siapa. Memangnya mau jawab apa? Ngomong sama handuk? Ya gak lah.

Akhirnya setelah semua udah mandi, saatnya menentukan posisi tidur di futon.

Tanpa basa-basi, Ruko menyeret salah satu futon menjauh dari empat futon lainnya seraya berkata, "Gue tidur sendiri. Oyasumi" dan langsung tiduran di futon-nya.

Empat lelaki itu kemudian saling memandang satu sama lain.

"Aku di sebelah Ama-chan!"

"Aku di sebelah Mafu-kun!"

"Aku di sebelah Amatsuki-kun!"

"Baiklah, artinya aku ada di sebelah Luz-kun"

Dengan urutan Mafu, Amatsuki, Luz, dan Kashitarou dari kanan, lampu kamar 311 pun dimatikan, dan mereka menutup mata mereka, membiarkan keheningan yang tenang membawa mereka yang kelelahan ke alam mimpi. Sang rembulan menyinari mereka yang tertidur dan dirinya yang masih terbangun, menyaksikan tuannya dan yang lain terlelap dengan senyum manis.

"Oyasumi nasai, Kashitarou-sama to minna-san~"

~~~

A/N : Kuso--//heh ngomongnya.

Gimana nih gaes, author ada psikotes hari Kamis weh. Takut gaes, serius deh. Kalo gagal kayaknya hidup author tamat nih//ga gitu.

Bagi kalian-kalian yang udah pernah ikut psikotes, susah gak sih? Author sebenernya udah pernah ikut, tapi gak ada salahnya nanya pendapat lain, desho?

Dah itu aja sih... Gak tau mau ngomong apa lagi...

See you next time!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top