Sekolah baru (1)
Sekolah baru, pembuli baru.
Sans, udah biasa.
Hem, Ama-chan mana yak?
Aku berpikir saat aku membersihkan seragamku yang berdebu karena didorong sampai jatuh beberapa saat yang lalu. Perasaan tadi kami ke kantin jalannya bareng... Oh, mungkin kami kepisah saat aku mulai dibuli.
Setelah celingak-celinguk beberapa kali, akhirnya aku ketemu Amatsuki. Udah di kantin dia rupanya. Dih parah nggak nungguin. Eh tapi kalo dia ngebantuin aku, ntar dia juga dibuli, terus aku bakal nusuk orang lagi, dan nanti dia ceramahin aku lagi, dan kami pindah sekolah lagi.
Heeehhh... Bisaan juga Ama-chan pemikirannya. Sasuga si ranking satu.
Nyampe-nyampe di kantin, aku malah ngeliat Amatsuki lagi asik-asiknya ngobrol sama lelaki berambut hitam. Aku auto was-was lah. Tuh anak bukan pembuli kan? Kayaknya dia anak baik-baik, eh tapi semua orang kan biasanya punya batu di balik udang.
Bentar, itu bukannya kebalik?
Au ah, aku harus cari tau dulu siapa lelaki itu. Awas aja kalo dia ada niat buruk sama Amatsuki. Kupotong aja lengannya baru tau rasa--.
Duh, Mafu, tahan diri oi.
Aku narik nafas dalam-dalam sebelum melangkah menghampiri mereka.
"Ama-chan!" panggilku.
Amatsuki menoleh, dan tersenyum lebar, "Mafu-kun! Kau baik-baik saja! Untunglah! Aku kira keadaanmu lebih buruk"
Aku balas tersenyum, "Ehehe, aku baik kok! Ini siapa ya btw?" aku memberi lelaki berambut hitam itu senyum lainku yang kata Amatsuki bisa bikin orang bergidik ngeri.
Benar saja, lelaki itu langsung sweatdropped.
"Mafu-kun!" Amatsuki tertawa gugup, "Gak usah sampai segitunya! Ini Hashiyan-san, anak kelas sebelah. Hashiyan-san, ini Mafu-kun" dia memperkenalkan lelaki itu padaku.
"Oh, err... Senang bertemu denganmu, Mafu-san..." Hashiyan mengulurkan tangannya padaku takut-takut.
"Ehehe~, senang bertemu denganmu juga, Hashiyan-san~" aku bersenandung kecil saat menjabat tangannya dengan cengkraman kuat. Dia berjengit, namun tetap mempertahankan senyumnya yang mulai tampak kesakitan.
Amatsuki menyadari sikapku dan memutar bola matanya, "Mafu-kun. Cukup"
Aku langsung melepas tanganku dari Hashiyan, "Iya, Ama-chan~?"
"Kau ini emang dah... Ayo kita makan sebelum waktu istirahat abis"
"Oke~!"
Saat aku dan Amatsuki beli makan, aku dapat melihat Hashiyan memandangi kami dari sudut mataku. Tampaknya dia nyadar kalo aku liatin dia, jadinya dia tersentak dan langsung pergi dari kantin.
"Mafu-kun, tolong jaga sikap" ujar Amatsuki saat kita jalan ke meja kantin.
"Hai, okaa-san~" aku tertawa kecil sambil memutar bola mataku.
.
"Mafu-kun... Kayaknya aku suka Hashiyan-kun deh..."
Aku (dan author) keselek kuah ramen.
Setahun sudah berlalu sejak kami pindah ke sekolah ini. Aku dan Amatsuki sudah kelas 5 sekarang. Saat ini sedang istirahat, aku dan Amatsuki lagi ada di atap sekolah. Rupanya makan disini lebih enak. Adem euy.
Balik ke masalah. Aku nggak nyangka kalo Amatsuki itu nggak lurus. Memang sih, akhir-akhir ini Amatsuki dan Hashiyan sering ngobrol bareng, pulang bareng (aku ditinggalin hiks ;-;), jajan bareng, ngerjain tugas bareng, dan bahkan sampai nyanyi bareng. Dari nyanyian mereka lah aku tau bahwa Hashiyan bisa nge-rap, tapi itu nggak penting sih.
Aku?
Niatnya jadi duta shampoo lain, tapi apa daya aku masih dibuli. Kayak biasa.
Tapi kurasa ada untungnya.
Kalo Amatsuki keseringan bareng sama Hashiyan, artinya dia nggak bisa bantuin aku kalo aku dibuli. Artinya para pembuli itu gak bakal gangguin Amatsuki dan aku nggak bakal menusuk mereka.
Untung kan? Ehehe~.
Sebenarnya gak apa-apa sih kalo Amatsuki nggak lurus. Kalo dia seneng aku juga seneng kok UwU.
Setelah aku mengelap kuah ramen yang mengalir ke daguku gegara keselek tadi, aku berkata pada Amatsuki, "Seriusan tuh, Ama-chan?"
"Iya kok, aku serius" Amatsuki mengganguk mantap.
Aku pun menghabiskan ramen-ku sebelum bicara lagi, "Terus?"
"Aku rencananya pengen nembak dia di bawah pohon beringin yang di dekat gerbang itu loh, Mafu-kun..."
Aku manggut-manggut sambil melipat kedua lenganku depan dada, sok cool gitu lah, "Nembak huh, aku ada Glock sih, ato gak Revolver juga boleh--"
"BUKAN NEMBAK YANG ITU MAFU-KUN!!!!"
Aku tertawa renyah, lebih renyah daripada kerupuk yang harganya cuman seribu yang dijual di kantin sekolah, "Bercanda, bercanda, Ama-chan. Tapi kalo mau beneran--"
"GAK!" Amatsuki langsung mencengkram kedua bahuku, "Lagipula kau dapat pistol darimana?! Kok aku nggak tau?!"
"Ehehe~" aku nyengir gugup dan mengalihkan pandanganku, "Ada iblis-- eh kakak kelas yang ngegad.. Dia bawa pistol, terus kucolong deh--"
"Hah dia bawa pistol?! Demi apa?! Kamu nggak apa-apa kan?! Itu kapan?! Kok kamu nggak kasih tau aku?! Aku kebanyakan ngobrol sama Hashiyan-kun ya?! Salahku ya?!" Amatsuki mulai menggebuku dengan pertanyaan setumpuk kayak tumpukan buku tentang kode biner dan IPTEK di mejanya.
Gaswat ey, sisi Mamatsukijah-nya yang operprotektip keluar. Susah deh ngehentiin dia kalo dah gini. Tapi aku mah udah tau caranya ehehe~.
"Iya dia bawa. Demi semua figure Gochi*usa tertjintahquh, aku jujur. Aku baik kok. Kemarin lusa. Aku nggak mau repotin Ama-chan. Nggak kok, santuy. Ama-chan nggak salah kok" untung otakku nggak lemot cem koneksi internet author, jadinya aku berhasil ingat semua pertanyaan Amatsuki dan menjawabnya dengan benar.
Amatsuki menghela nafas lega, "Baguslah. Tapi jangan pernah gunain tuh pistol kecuali dalam keadaan yang sangat sangat sangat sangat sangat gawat, oke?"
"Iya emak qyuh terzayank"
"Jijik Maf"
"Ehehe~"
"Ehehe rambutmu ubanan"
"Sori ye kalo rambutku terlalu indah"
"Bodo amat sumpah"
Sisa istirahat kami pun kami habiskan dengan ngejek satu sama lain.
Ngejek sayang ehehe~.
~~~
A/N : Sengaja bikin chapter rada panjangan. Author suka deh persahabatan MafuTsuki.
Semoga kalian suka, mulai sekarang chapter-nya mungkin jadi lebih panjangan, tapi kalo misalnya pendek kayak chapter-chapter lalu, artinya tangan author mau rebahan dulu.
Yang sebelumnya itu kan kayak semacam pengenalan pada cerita, hehe.
See you next time!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top