Sang Ratu Sombong
"Mafu-kun, aku berangkat dulu ya. Makan yang bener ya, jangan ditunda-tunda. Obat-obatmu ada di tempat biasa, makanan masih banyak, pintunya jangan lupa dikunci, dan jangan lupa pula buat ngerjain tugas yang udah kukasih padamu kemarin" pesanku pada anak-- eh maksudku sahabatku saat aku hendak beranjak keluar rumah.
"Un, hati-hati di sekolah, Ama-chan" Mafu tersenyum lemah padaku dari ambang pintu depan.
Aku mengangguk, "Jaa, ittekimasu~!"
"Hai~, itterashai~!"
.
Waktu istirahat tiba-tiba udah datang aja.
Emang dah si author terlalu males buat ngeceritain kegiatan belajarku di kelas.
//sembarangan kamu! Author kan mau TO!
Iya, iya, serah.
Aku melangkah keluar kelas dan menengok kanan kiri. Koridor udah rame aja. Sebaiknya aku cepat-cepat ke kantin untuk dapat makanan dan beli sebotol kola. Kakiku yang udah biasa jogging pagi-pagi dengan mudah membawaku ke kantin sekolah, dan akhirnya aku mendapatkan apa yang kuinginkan dengan mudah.
Lalu tanpa sepengetahuanku, bahu seseorang bertubrukan denganku, mengakibatkan botol kolaku tumpah mengenai seragam seseorang yang ada di sisi lainku. Aku memekik saking kagetnya, namun aku bersumpah dapat melihat surai pirang dari sudut mataku saat orang itu tadi menubrukku.
Surai pirang...? Jangan-jangan yang tadi menubrukku itu--.
"Heh! Rok gue kena tumpahan elo woi! Gantiin gak!!"
Aku tersentak mendengar suara om-om itu berteriak tepat di samping telingaku, namun saat aku menolehkan kepalaku dan melihat surai pink, manik merah cerahku membulat.
Mitsuketa...
Di saat itu pula wajahku memucat, menyadari bahwa aku baru saja menumpahkan kolaku di rok gadis paling sombong (kalo menurut Luz-senpai...) di sekolah ini, Naruse-senpai.
"Go- Gomenasai, senpai!!" aku segera membungkuk.
Naruse-senpai mendelik tajam padaku dan menunjuk bagian bawah roknya yang basah, "Lo kata maaf bisa ngeringin rok gue?! Pokoknya lu harus keringin sendiri! Masih untung gue ada pelajaran olahraga habis ini!"
Naruse-senpai tiba-tiba melepas roknya, tapi rupanya dia pakai celana olahraga. Baguslah. Dia melempar roknya ke wajahku, dan aku dapat mendengar tawa dari para murid yang ada di sekeliling kami. Aku menurunkan roknya dari wajahku, dan bertemu dengan telunjuknya yang terarah ke tengah mataku.
"Balikin ke gue pulang sekolah dalam keadaan kering, bersih, dan wangi! Kudu wajib seperti itu, ngerti?! Kalo gak bisa mending lo keluar aja dari sekolah! Lagipula yang punya tanah orangtua gue kok! Sana pergi!" dia mengibaskan tangannya bak seorang majikan yang mengusir pelayannya, sebelum beranjak keluar dari kantin.
Menghiraukan bisikan dan cekikan para murid, aku beli sebotol kola lagi dan langsung tancap gas ke atap sekolah. Disana, aku membentangkan rok milik Naruse-senpai di pagar kawat yang membatasi sisi atap sekolah, berharap angin sepoi-sepoi dapat mengeringkannya dalam waktu cepat. Sambil menunggu, aku memutuskan untuk makan sandwich yang kubeli saja.
Aku menghela nafas berat sebelum menggigit roti tersebut.
Bukan ini yang kuharapkan... Niatnya mah temenan baik-baik, eh tapi malah bikin masalah... Masih untung aku cuman disuruh ngeringin rok. Aku mah udah biasa nyuci dan ngeringin baju di rumah, jadinya gak masalah.
Setelah menelan gigitan sandwich terakhir, aku baru ingat bahwa aku harus mengembalikan rok itu dalam keadaan kering, bersih, dan wangi. Lah gimana caranya? Kering sih iya, tapi bekas kolanya kan masih ada dan meninggalkan bau soda yang kuat. Apa benar-benar aku harus bawa pulang terus kucuci? Tapi kan aku cuman dikasih waktu sampai pulang sekolah...
Helaan nafas lainnya keluar dari mulutku.
Duh repotnya...
Tok! Tok! Tok!
Aku segera bangkit dari posisiku dan memandang pintu atap sekolah. Siapa...?
Pintu itu berayun terbuka, dan lelaki yang membukanya tampak sama terkejutnya sepertiku, "Lho? Amatsuki-san?" tanyanya.
"Ka- Kashitarou-senpai!" kemudian aku melihat tiga orang lainnya yang ada di belakang senpai bertopeng kitsune tersebut, "Soraru-senpai, Luz-senpai, dan Naruse-senpai..."
Gadis bersurai pink itu mengerutkan keningnya, "Lah, ngapain elu disini?"
"A- Aku kan sedang mengeringkan rok senpai..." jawabku terbata-bata sambil menunjuk roknya yang berayun-ayun pelan diterpa angin.
"Oh, jadi elu si shota gemesin yang dibilang Naruse-kun" celetuk Soraru-senpai datar.
Wajah Naruse-senpai spontan memerah, dan dia memukul-mukul lengan Soraru-senpai seraya mengomel dengan kecepatan tinggi, tapi aku masih bisa menangkap maksudnya.
"Gue gak bilang dia gemesin!! Emang kapan gue ngomong kayak gitu?! Telinga elu pasti udah rusak, Soraru-san! Buat apa gue bilang anak yang numpahin kola di rok gue itu gemesin?! Anak yang pake kacamata kayak dia mah lebih mirip kutu buku! Kutu buku! Gak gemesin sama sekali! Fitnah lu, Soraru-san! Gue gak pernah ngomong kayak gitu!! Lu salah denger, Soraru-san! Salah denger!!" cerocosnya panik.
"Gue mah iyain aja" dengan wajah cuek Soraru-senpai berkata padahal lengannya masih dipukul-pukul sama Naruse-senpai. Untung saja Kashitarou-senpai mau menyeret gadis bersuara pria itu menjauh darinya, ato gak sampai istirahat selesai dia gak bakal berhenti.
"Maaf yach Amatsuki-kyun kalo bebeb Naruse udah repotin kamoeh. Sini akoeh bantuin" Luz-senpai tertawa kikuk padaku, mengambil rok Naruse-senpai yang masih dijemur dan melipatnya dengan rapi, "Dah, akoeh aja yang urusin roknya bebeb Naruse. Kamoeh silakan lanjut istirahat, Amatsuki-kyun"
Aku dapat merasakan pipiku menghangat saat aku mengangguk.
Bentar, kemaren kok aku doki-doki gegara Kashitarou-senpai, kok sekarang malah merona gegara Luz-senpai?! Sadar, Amatsuki! Sadar!!
Naruse-senpai berhasil ditenangkan oleh Kashitarou-senpai, namun kayaknya kemarahannya belum reda. Luz-senpai tersenyum saat menghampirinya dan sedikit membungkukan tubuhnya untuk membisikan sesuatu ke gadis itu. Naruse-senpai tampak terkejut, sebelum mendengus dan membuang muka. Kusadari pula bahwa wajahnya semakin memerah.
Aku ikut tersenyum melihatnya. Naruse-senpai kawaii ne...
Aku menampol diriku sendiri.
Aku ini kenapa sih dari kemarin gak jelas mulu pikirannya.
"Au ah gue gak mau tau! Gue mau turun aja!" Naruse-senpai berbalik dan menuruni tangga, gerutuannya masih bisa kudengar dari tempatku berdiri.
"Lho? Beb, tungguin akoeh, beb! Tadi bukannya kata kamoeh mau makan bekal di atas?" sahut Luz-senpai saat dia mengejar gadis itu.
Alhasil di atap sekolah cuman ada aku, Kashitarou-senpai, dan Soraru-senpai.
"Maa, mending kita tungguin mereka aja" ujar Kashitarou-senpai riang sambil duduk di lantai. Dia menepuk-nepuk tempat kosong di sebelahnya dan menyeringai lima jari pada sahabatnya, "Soraru-san duduk sebelahku yuk!"
Soraru-senpai memutar bola matanya, "Serah" namun tetap mengikuti saran sahabatnya.
Untung aku beli dua sandwich, jadinya aku makan aja daripada bingung bagaimana caranya membuat pembicaraan dengan dua pangeran sekolah ini. Kalau dengan Kashitarou-senpai sih mudah-mudah aja, tapi kalo Soraru-senpai? Entahlah.
"Oh ya, Amatsuki-san, kok kamu bisa-bisanya numpahin minumanmu di rok Naruse-kun?" Kashitarou-senpai bertanya padaku setelah menelan tofu-nya.
"Ehm..." aku menelan sandiwich-ku sebelum menjawab, "Tadi aku ditubruk seseorang, karena itu tanganku yang lagi megang botol kola miring dan isinya tumpah mengenai rok Naruse-senpai" jawabku pelan. Pengen bilang juga bahwa aku curiga ke Lon-senpai, tapi kan aku gak boleh sudzon. Gak baik soalnya.
"Siapa yang nubruk elu?" tanya Soraru-senpai seraya menutupi mulutnya yang menguap.
Aku mengangkat bahu, "Aku juga gak yakin, senpai... Tapi aku sempat melihat surai pirang melewatiku setelah seseorang itu menubrukku"
Kashitarou-senpai dan Soraru-senpai saling bertukar pandang, dan aku berfirasat bahwa mereka tau siapa yang aku bicarakan. Kashitarou-senpai kemudian kembali mengalihkan perhatiannya padaku dan tersenyum lebar, "Kalau ada masalah apa-apa, datang saja pada kami berempat ya? Kami akan berusaha membantu kok"
Aku pasti salah denger, "Berempat...? Siapa saja?"
"Siapa lagi kalau bukan aku, Soraru-san, Luz-kun, dan Naruse-kun?" Kashitarou-senpai tertawa kecil, "Kami sudah menduga bahwa yang menabrakmu itu pasti Lon-san. Hanya dia yang berkemungkinan paling besar untuk melakukan itu karena iri denganmu"
"Iri? Iri kenapa?" aku kan hanya lelaki biasa, gak termasuk lelaki inceran Lon-senpai.
"Karena elu udah deket sama Kashitarou-kun dan si jerapah bejat" Soraru-senpai menjawab pertanyaanku, "Lontong itu memang gak suka kalo ada yang deket-deket sama kita, mau cewek ato cowok pasti bakal kena kecemburuannya. Elu anak baik-baik, gue tau itu. Dan kayaknya temen lo yang albino itu udah masuk ke daftar targetnya si lontong, jadi bilang aja ke dia kalo dia bisa minta bantuan salah satu dari kita berempat, oke?"
.
Malam-malamnya aku cerita tentang ucapan Soraru-senpai pada Mafu, dan menyaksikan manik merah darahnya berbinar-binar senang seperti bocah yang dapat permen dari om-om pedo membuat hatiku terasa hangat.
"Benarkah Soraru-senpai bilang seperti itu?" tanya Mafu antusias dengan senyum lebar di wajahnya, "Aku boleh minta bantuan mereka?"
Aku mengganguk, "Lumayan kita dapat sekutu kan?"
"Un!" dia mengganguk cepat dan kembali duduk di kursinya, "Padahal aku belum terlalu kenal dengan mereka, tapi mereka sudah mau membantuku... Ehehe... Eheheheheheh~"
Bentar, kok tawanya jadi serem gitu?
~~~
A/N : PTS dah selesai. Ujian Akademik di Pandeglang udah selesai. Minggu depan TO Kota di sekolah, terus habis itu bakal ada US dan UN. Lah, kapan author mau tenang coba?
//bacot lu. Itu mah dah takdir.
See you next time!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top