Ramadhan Drabbles #6
- Hal-hal yang dilakukan ketika gabut -
Amatsuki termasuk orang yang jarang gabut karena tugasnya hampir seberat ibu beneran, tapi emang ada ibu-ibu yang punya anak ribet, berisik, pecicilan, maso, dan yandere macam Mafu? Makanya kadang Amatsuki kudu sering istighfar biar gak lupa dari tugasnya.
Tapi siang itu Amatsuki gabut. Langka, tapi bener. Kenapa memangnya?
Oh, Mafu lagi disuruh beli gula di warung. Pantes rumah hening cem hati author//heh.
Amatsuki duduk di sofa, dan melirik sapu serta pel yang ada di dekat dapur. Dia berkedip beberapa kali, sebelum beranjak dari sofa dan mengambil sapu.
Pulang-pulang ke rumah, Mafu kepeleset lantai rumah yang belom kering.
Tangisannya menangkap perhatian Amatsuki dan ibu-ibu tetangga, dan mereka langsung ngasih cabe rawit buat buka puasa nanti untuk Mafu biar dia tenang sementara Amatsuki membawa gula pesanannya yang alhamdullillah masih utuh ke dapur.
"Mafu-kun! Jangna khilaf! Itu cabe rawit simpen di dapur! Itu bukan buat dimakan sekarang woi!!" seru Amatsuki dari dapur.
Lain kali ketika Amatsuki gabut dan membersihkan satu rumah, dia akan memasang tanda 'awas lantai basah' dengan gambar Mafu yang kepeleset di situ.
.
Setelah ngasih minyak kayu hitam ke bokongnya yang nyeri gegara jatuh kepeleset tadi, Mafu merangkak ke kamarnya daripada kena resiko kepeleset lagi. Dia disuruh Amatsuki diam dulu di kasur sambil nunggu lantainya kering.
Mafu melipat kedua lengannya di depan dada dan menggembungkan pipinya dengan tak suka. Untung Mafu ada di rumah, bukan di luar. Bisa-bisa banyak orang batal puasa gegara mimisan ngeliat dia ngambek kayak begini dan malah ngarungin Mafu. Tapi ntar mereka bisa dibunuh Amatsuki, jadi mending jangan deh.
"Oh aku tau! Aku nyanyi aja deh!" senyum lebar segera menggembang di wajah Mafu, dan dia mulai menyanyikan lagu yang cukup terkenal pada jaman author SD dulu.
Amatsuki yang lagi ngepel lantai ruang tamu yang sempet kotor karena Mafu kepeleset tadi berhenti sejenak mendengar nyanyian anaknya dari kamar, dan memutuskan untuk mendengarnya dulu sebentar sebelum lanjut ngepel.
(baca pake nada biar menghayati :v)
"Engkau bidadari~
Jatuh dari monas~
Ketiban emas~
Eaaaa~"
Gak jadi. Mending Amatsuki nyanyi Theme Song Sa*ri Roti aja kalo kayak begitu.
"Sa*ri Roti~
Roti bikin mati~
Telolet~
Tamat idup~"
Akhirnya diketahui kalo Mafu nyanyinya gak bener, emaknya juga ikut-ikutan gak bener.
.
Di rumah lain...
Ngerokok saat puasa itu gak boleh kan?
Hikari dan Luz menghela nafas di teras depan. Ketika mereka mau ngambil bungkus rokok mereka, Erika nongol dari isekai--//gak, dan menyita semua persediaan rokok mereka. Maka jadilah mereka gabut karena gak bisa nyebat.
"Luz"
"Iya, ayah?"
"Mau mencoba sesuatu gak?"
"Boleh"
"Tapi tunggu kalo udah buka ya"
"Baiklah"
Sekitar jam 9 malam setelah tarawih, Hikari dan Luz nyolong beberapa stik wafer roll dan sebuah pemantik dari dapur. Mereka beranjak ke teras depan dan menaruh masing-masing satu stik wafer di antara bibir mereka.
Hikari menyalakan pemantiknya, dan mendekatkan apinya ke ujung wafer yang terhimpit di mulutnya. Api beneran muncul di ujung wafer dan membuatnya terbakar. Apinya hanya bertahan sebentar, namun asap yang menggembung dari ujung wafer membuat Hikari terlihat seperti sedang merokok beneran.
"Wah keren! Aku juga mau nyoba, ayah!" Luz kemudian menerima pemantik itu dari ayahnya dan melakukan hal yang sama terhadap ujung wafer roll-nya. Mereka berdua tertawa sebelum membuang ujung wafer yang gosong dan memakan sisanya yang gak gosong.
Malam itu, Erika bingung kenapa teras depan baunya gosong padahal dia gak bakar apa-apa, atau kenapa wafer roll-nya berkurang beberapa.
(cerita Hikari dan Luz itu dari pengalaman beneran author, sumpah. Gabut bener sih)
.
Sore itu, Tomohisa baru aja pulang dari warung setelah ngebeliin Rieru daging beberapa kilo dan santan beberapa pack. Dia berjalan melewati kamar Soraru saat dia mendengar sesuatu yang menarik (?).
"Lu kebakaran, Sor!"
"Cih! Apa salah gue coba?"
Tomohisa kaget. Kenapa Ruko teriak adiknya kebakaran? Tomohisa padahal udah siap-siap ngambil baskom air saat suara lain dari dalam kamar menghentikannya.
"Pecah piring! Pecah piring!"
Hah? Soraru memang bawa piring ke kamar? Kasian, Tomohisa bingung bener.
"Astagfirullah lu buang anak, Sor!"
"Ya elah!"
Tomohisa mangap lebar. Dia langsung ngedobrak pintu kamar Soraru terbuka, dan melihat sesuatu yang sama sekali beda dari pemikirannya.
"... Ka- Kalian main bekel...?"
"Iya, Tomohisa-san. Kita gabut soalnya" jawab Ruko santai sebelum melempar bolanya ke atas dan menyebar 6 biji bekel di lantai. Melihat ada yang nempel, dia berseru, "Kembar! Kembar!"
Soraru mengambil dua biji yang menempel itu dan bernyanyi kecil, "Bar bar bar yang kembar mati..." dia menjatuhkannya dan tertawa melihat dua biji itu berakhir di posisi (?) yang sama, "Woke dua-duanya sama-sama pit! Giliran gue!"
Ruko menggerutu sendiri, sebelum menolehkan kepala pada Tomohisa, "Mau ikut main?"
"I- Iya deh, boleh..."
Alhasil Soraru, Ruko, dan Tomohisa main bekel sampai Maghrib.
.
Gabut?
Tidak ada kata gabut di kamus seorang Itou Kashitarou.
Semua yang dia lakukan ketika puasa hanyalah baca Al-Qur'an, ngebantuin orangtua, dan bermain dengan rubah kesayangannya.
Tapi ini pertama kalinya Kashitarou merasakan gabut.
//akhirnya author bisa nistain Kashi... Hiks, senengnya... :')
Dia udah khatam dua kali selama bulan puasa, orangtuanya lagi gak ngelakuin apa-apa yang butuh bantuannya, dan Ki-chan lagi tidur. Terus dia ngapain dong?
Guling-gulingan di kamar selama beberapa menit, Kashitarou mengerang putus asa karena bingung apa yang harus dia lakukan. Kamarnya udah dia rapihin tadi, tugas selama bulan Ramadhan udah dia kerjain, baju-baju udah dia setrika semua. Apa lagi dong?
Dia bangkit dari posisinya dan beranjak keluar kamar. Mengambil sebuah tali rafia dari gudang rumah, dia pun melangkah keluar rumah menuju halaman belakang, memanjat sebuah pohon dan duduk di salah satu rantingnya yang tebal.
Ki-chan padahal baru bangun, namun udah disambut dengan pemandangan tuannya di atas pohon dengan tali rafia di tangannya. Takut Kashitarou bakal ngapa-ngapain, Ki-chan berlari masuk ke dalam rumah dan mencari siapapun yang bisa ditemui.
Kirihara tersentak melihat sang rubah lari-larian di rumah. Dia segera menghampirinya dan berlutut di depannya, "Ki-chan, ada apa? Jarang lho kau masuk ke dalam rumah"
Ki-chan berlari ke belakang Kirihara dan mendorong-dorongnya, seperti menyuruhnya untuk maju. Kirihara terbingung karena dia tak tau apa maksud Ki-chan. Barulah setelah Ki-chan menarik-narik lengan bajunya dengan giginya dan berlari ke depannya, Kirihara mengerti bahwa rubah itu ingin dirinya untuk mengikutinya.
Kirihara bergegas mengikuti rubah milik putranya ke halaman belakang, dan matanya membelak melihat pemandangan itu di depannya.
"Masya Allah, Kashitarou! Kamu ngapain bergantung kebalik di pohon?!"
"Kashi gabut, Abi!"
"Tapi tidak dengan cara kau gantung dirimu terbalik di pohon! Turunlah, putraku!"
Kashitarou menghela nafas, dan dengan menggengam tali yang menahan kakinya, dia menarik dirinya bangun dari posisi kebalik macam kelelawar dan duduk kembali di ranting pohon. Dia melepas ikatan tali di kakinya dan loncat turun dari pohon, tertawa kikuk pada dirinya sendiri saat menghampiri ayahnya dan rubahnya.
"Habis Kashi gak tau mau ngapain lagi sambil nunggu Maghrib, Abi..."
Kirihara geleng-geleng kepala, sebelum tersenyum dan mengacak-acak surai coklat putranya, "Ya udah, daripada kamu gabut lagi, mending kamu keluar buat beli beberapa bahan buat makanan buka nanti"
"Baik, Abi!" dengan itu Kashitarou berlari kembali ke dalam rumah. Kepalanya memang sedikit pusing gegara kebalik tadi, tapi rupanya lucu juga melihat seluruh dunia berputar 180 derajat di matanya saat itu.
~~~
A/N : Maaf ya udah lama nggak ada drabbles kayak gini. Belom dapet ide soalnya.
Chapter selanjutnya update hari ini kok, jadi siap-siap ya :)
See you next time!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top