Ramadhan Drabbles #5

"Halo? Ya, ini gue... Mm-hmm, gue lagi siap-siap. Elo gimana?"

...

"Woke. Lu dimana?"

...

"Sip, gue otw. Mo minta restu dulu"

...

"Iye, kita ketemu disana ye"

Pip!

.

- Sahur (2) -

Luz melirik jam tangannya.

2.45 a.m.

"Soraru-san mana sih?" dia menggerutu sendiri, sedikit menggaruk-garuk belakang kepalanya yang padahal emang gatel soalnya dia lupa keramas kemaren.

"Sabar aja, Luz-kun. Paling bentar lagi muncul" Kashitarou menepuk bahunya, "Lagipula Amatsuki-san dan Mafu-san juga belum datang kok"

"Jam rumahku lebih cepat 15 menit dari sebelumnya sih, makanya aku tiba disini pertama. Ngeri tau sendiri doang" akui Luz, bergidik seraya memeluk dirinya sendiri.

Kashitarou tersenyum kecil, kemudian telinganya bergerak mendengar langkah-langkah kaki mendekati lokasi mereka. Mengangkat kepala ke depannya, dia melihat sahabatnya serta dua lelaki yang juga mereka tunggu sedang berjalan mendekati mereka.

"Akhirnya!" seru Luz, beranjak turun dari tempatnya, "Kalian lama banget!"

"Afwan, akhi. Mafu-kun susah bangun dibanguninnya" Amatsuki terkekeh bersalah.

Yang disebut hanya memamerkan deretan gigi putihnya dengan polos.

"Nyari senjata dulu" Soraru beralasan, "Kalian juga udah bawa kan?"

"Yap!" Luz dengan bangga menunjukkan ember plastik dan sendok kayu yang dia bawa, "Aku udah nyiapin dari habis tarawih kemaren, jadinya tinggal langsung ambil!"

"Aku juga sudah siap" Kashitarou menunjukkan baskom kayu yang ada di genggamannya, "Aku yakin tepukan tanganku sudah cukup untuk membuat suara lantang"

"Kalian gimana?" Soraru yang menenteng sebuah panci dan gagang sapu menolehkan kepalanya pada Amatsuki dan Mafu, "Kalian gak bawa apa-apa?"

"Hehe, kami punya senjata rahasia, akhi..." Amatsuki menyeringai kecil, "Senjata yang jauh~ lebih bising daripada senjata-senjata milik kalian~"

Soraru memutar bola matanya, "Percaya ajalah gue mah. Btw si Naruse-kun mana?"

"Dia permisi bentar ke toilet tadi" ujar Luz. Panjang umur, ukhti bersuara akhi itu muncul beberapa detik kemudian dari arah kanan pos ronda, membawa sebuah tamborin di tangannya.

"Yo yo yo kalian semua. Dah siap?" cengirnya.

Mereka semua mengangguk cepat.

Dengan itu, mereka melangkah tegap di jalanan komplek, dengan senjata masing-masing yang sudah siap untuk digunakan.

.

"YUK KITA SAHUUURRR!!!"

*DUN TAK DUN* *DUN TAK DUN*

"SAHURLAH WAHAI MANUSIA-MANUSIA BERIMAN!!!"

*DUS TAK DUS* *DUS TAK DUS*

"YO YO YO BANGUNLAH KALIAN SEMUA UNTUK MENGEJAR PAHALA PADA BULAN RAMADHAN INI!! SAHURLAH BIAR PUASANYA KUAT GAK KAYAK KAMU SAAT TAU DOI UDAH ADA YANG PUNYA TAPI MASIH NGEBUCININ DIA!!!"

*DUK DUS TAK DUN* *DUK DUS TAK DUN*

//sound effect macam apa ini astagfirullah--

Sementara Luz, Kashitarou, dan Naruse berteriak-teriak demi membangunkan orang tidur, Soraru yang hanya membunyikan instrumennya karena dia gak mau sia-siain suara seksyehnya sedikit terbingung kenapa dari tadi Amatsuki menepuk-nepuk punggung Mafu dan Mafu sendiri tarik nafas mulu.

"Sip, Mafu-kun. Kau sudah siap? Ingat, demi Bon Chabe level 50 di makanan buka nanti" Amatsuki mengingatkan sahabatnya.

"Demi makanan pedas selangit..." Mafu mengepalkan tinjunya. Dia menarik nafas dalam sekali lagi, sebelum...

"SAHUUUUUURRRRRRR!!!! AYO SEMUANYA SAHUUUUUURRRRR!!!!"

Mereka semua (kecuali Amatsuki yang sudah nutup telinga) sontak loncat mendengar high note Mafu yang kayaknya kedengeran sampe provinsi sebelah saking kencengnya.

Ja- Jadi ini senjata rahasia Amatsuki-san... batin yang lain gugup.

Yeah, gegara teriakan Mafu misi mereka pun sukses. Sempet dimarahin orang soalnya jendela mereka hampir pecah, tapi untungnya semua bisa diatasi oleh mereka.

Lelah karena udah keliling komplek sampai dua kali, mereka istirahat di dekat sebuah rumah berlantai dua yang kosong karena pemiliknya pergi keluar negeri cuman aja gak balik-balik. Dengan air putih yang dibawain Kashitarou, mereka meredakan tenggorokan mereka yang serak walaupun gak separah Mafu yang paling membahana teriakannya.

"High note elu mantep banget, sumpah. Gak boong" puji Naruse kagum.

"Ehehe, syukron ukhti~" Mafu tertawa manis.

Beberapa saat kemudian, mereka yang awalnya lesehan di tengah jalan pun bangkit lagi buat balik ke rumah masing-masing. Itupun, saat Luz menyadari sesuatu yang berada di dekat rumah kosong tersebut.

"Eh? Bu!" Luz memanggilnya tanpa pikir panjang.

"Kenapa, Luz-kun?" Kashitarou berbalik mendengar sahutan Luz, dan yang lain pun juga ikut membalikkan badan.

"Ada ibu-ibu, gaes!" ujar sang surai silver.

"Yakin lo?" tanya Soraru, wajahnya tampak ragu, "Mana?"

"Noh!" Luz menunjuk sesosok wanita yang sedang berjalan, berada sekitar 5 meter dari mereka, "Bu! Bu, mau kemana, Bu?" panggilnya lagi.

Gak dijawab, Luz menggerutu, "Lah, aku dicuekkin" 

"Bener tuh. Ada ibu-ibu anjay" Naruse ikut komentar.

"Ibu-ibu...?" mata Kashitarou membelak, "Ibu-ibu?!"

Amatsuki dan Mafu menolehkan kepala ke arahnya, "Kenapa?" tanya Mafu.

Takut, Soraru perlahan memandang ke arah dimana sosok ibu-ibu itu berada, tapi di depannya hanya ada jalanan komplek yang kosong, "EH KOK GAK ADA ANJHENK ILANG GBLK?!?!?!" dia mengumpat kaget ampe nyebut nama tetangga mereka.

Semua langsung bergidik ngeri, apalagi Luz yang baru nyadar kalo yang dia panggil tuh mungkin bukanlah manusia...

"Bukan ibu-ibu itu weh!!" Kashitarou ikut teriak, udah ambil ancang-ancang buat lari.

DRENG!! Baru deh mereka ngeh.

"ADUH ADUH ADUH USTADZ USTADZ USTADZ!!!!" mereka semua auto kalang kabut ke arah masjid yang literally ada di ujung lain komplek, histeris sana-sini kayak banci yang kepergok polisi di lampu merah.

"Ah gblk!!!" kali ini Naruse yang ngumpat, "Gua baru sadar mana ada ibu-ibu disini, anjhenk!"

Sesampainya di masjid, mereka ngerem laju lari mereka dan terengah-engah dengan keringat mengucur dari kening masing-masing.

"Mana ada ibu-ibu disana..." ujar Amatsuki lemes.

"Dia kayak pake baju putih ato gimana yak tadi..." Mafu berusaha mengatur nafasnya yang menderu saking betapa cepetnya dia lari.

"Ustadz! Ustadz! Ustadz!!" Soraru berseru memanggil seraya melepas sendalnya, melangkah menaiki tangga masjid yang seadem tampang doi diikuti oleh yang lain.

"Napa, Soraru-san?" pemilik masjid, seorang pria (cebol) dengan rambut coklat dan mata hijau, menoleh pada enam anak koplak tersebut, "Kalian semua juga napa lari-larian kesini sambil teriak-teriak? Lagi bersihin masjid jadinya gak tenang deh" ujarnya sambil menegakkan kain pel yang ada di tangannya.

"Ki- Kita kayaknya ngeliat hantu deh, Ustadz Urata..." akui Mafu pelan, masih rada capek.

"Hah?" Urata mengangkat sebelah alisnya, "Bulan Ramadhan kayak gini mana ada hantu woi"

"Ta- Tapi itu beneran, Ustadz!" Luz mengangguk cepat, "Aku yang pertama liat!"

"Ya udah, kalian coba duduk dulu terus ceritain" tukas Urata sambil duduk di lantai masjid yang udah bersih, meletakkan kain pelnya di pangkuannya.

Maka Luz mulai bercerita, dengan yang lain sesekali menambahkan detail pada ceritanya. Urata mengangguk-angguk, terlihat serius seperti biasa.

"Geraknya gimana? Loncat-loncat gak?" tanya sang ustadz.

"Nggak. Kalo gak salah dia jalan, nggak loncat-loncat" jawab Kashitarou pelan.

"Mungkin itu beneran ibu-ibu kali. Kalian aja terlalu lebay sampe mikir kalo dia hantu" Urata menghela nafas dan bangkit dari posisinya, "Dah sana, kalian balik ke rumah masing-masing. Kalo masih takut, baca ayat kursi sono"

"Na'am, ustadz..." ujar mereka lemes sebelum beranjak pergi dari masjid.

Padahal saat mereka sahur, mereka teringat satu hal.

"Bentar, bukannya tadi kakinya gak ada yak?"

~~~

A/N : Ini kenapa jadi kayak gini dah... Kok gaje...

Gomen ne, author kurang minum nih pasti :v

Btw minna tau tidak kalo video ibu-ibu itu ada yang versi bapak-bapaknya? Author udah nonton, dan sama ngakaknya kayak yang ibu-ibu (kalo menurut pendapat author...).

Dah ya, mau balik tidur :v

See you next time!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top