First time?!
Minna-san. Konnichiwa, konbanwa, Soraru desu~.
Pertama-tama, gue bingung tentang tiga hal. Satu, kenapa tiba-tiba sudut pandangnya pindah ke gue padahal gue lagi sekarat begini.
Dua, kenapa salam gue kayak intro YT gue di dimensi sebelah dah. Ini fanfic, ogeb, bukan YT.
Ketiga, judul macam apa itu, dodol. Kalo ada orang yang pikirannya bejat kayak si author kan ntar malah mikir yang nggak-nggak.
//orang sekarat kok gini amat sih ngomongnya.
Trus, gue ngantuk berat. Gak boong. Keadaan sekeliling gue muter gak karuan. Rasanya mirip kayak saat gue bangun tidur, eh tiba-tiba langit-langit kamar gue serasa muter. Gue kehilangan terlalu banyak darah nih pasti. Kan kasian cecurut albino di depan gue ini jadi panik setengah idup gegara gue.
Eh! Bu- Bukan berarti gue peduli yah! So- Soalnya gak enak aja anak orang harus ngeliat gue dalam kondisi seperti ini! Hmph!
Tapi sebenernya gue gak terlalu khawatir amat sih. Gue sudah sen lokesyon gue ke si jerapah, soalnya gue tau dia suka nyasar ke kota malem-malem buat main cewek di kasino. Gue yakin, dia pasti langsung ninggalin meja judi setelah ngeliat pesan gue.
Si cecurut albino dengan nama Mafu ini tiba-tiba nyeret gue ke tembok gang dan membuat gue duduk senderan ke temboknya. Dia ngerobek bagian bawah kausnya (gile, kuat juga ni anak) dan membalutkannya di sekitar luka gue walaupun gue udah nutupin pake kain robekan dari jaket gue sendiri.
Padahal itu jaket favorit gue, pemberian kakak gue... G- Gue cuman suka jaketnya! Bukan karena itu hadiah dari kakak gue yang datar itu!
"So- Soraru-senpai bertahan ya! Aku mau nyari bantuan dulu!" ujarnya terbata-bata.
Gue nahan lengannya, "Gak usah. Gue udah ngasih tau si jerapah saat lu lagi ngelawan si bajingan itu. Makasih ya btw, kayaknya tadi di minuman gue ada obat penenang deh, makanya fokus gue ilang sesaat tadi"
"O- Oh, baiklah..." terlepas dari sedikitnya cahaya disini, gue dapat melihat wajahnya yang merona dan ujung telinganya yang memerah. Kawaii. Pengen gue serang rasanya.
Eh, lu barusan mikir apaan, Sor?! Gak boleh nyerang seenak jidat woi! Gue harus ke KUA dulu biar gak nama gue gak dicoret dari KK gegara nyerang anak orang!
"Gi- Gimana bibir senpai...?" tanyanya tiba-tiba.
Hah? Bibir gue?
"Tadi pria itu mencium senpai kan...? Gimana rasanya? Sakit gak?" lanjutnya dengan nada malu-malu. Ya lord, emang gemes banget sih ni curut. Greget gue jadinya.
"Ya... Gitu lah, dia ngegigit gue sih tadi..." jawab gue saat gue mau ngelap darah yang ada di bibir gue pake jempol gue, tapi tangan Mafu ngecegah gue. Gue ngangkat satu alis gue, pencahayaan yang kurang ini membuat gue gak bisa ngeliat ekspresi dia.
"Apa... Senpai pernah berciuman dengan seseorang sebelumnya?" dia bertanya lagi.
Pertanyaan itu bikin gue kaget. Pikiran gue terbang ke masa lalu, dan wajah gue jadi memerah karena itu. Gue gak mungkin bisa jujur ke dia soal itu kan? Akhirnya gue memutuskan kalo gue boong aja ke dia, "Gak pernah-- Eh?!"
Mafu tiba-tiba duduk di pangkuan gue, ya ofc lah gue kaget. Berkat lampu tua yang ada di atas kami, gue dapat melihat wajahnya sekarang. Ekspresinya gelap, dan gue gak tau kenapa manik merah darahnya yang tampak kesal itu manis di pikiran gue.
"Gak adil..." dia berbisik, tepat di depan wajah gue pula, "Orang lain merasakan bibir Soraru-senpai sebelum Mafu... Mafu kan ingin menjadi first kiss-nya Soraru-senpai.."
Dia menangkupkan wajah gue di kedua tangannya, dan menutup jarak di antara kami dengan sebuah ciuman.
Gue tersentak, dan dia memanfaatkan kesempatan itu untuk menyelipkan lidahnya ke dalam mulut gue. Dia menggelilingi rongga mulut gue tanpa kendala, seakan-akan dia sering melakukan ini sebelumnya. Gue tak sengaja mendesah saat ngerasain lidahnya mengenai bawah lidah gue, dan itu malah membuatnya makin agresif.
Apa-apaan ini?! Masa gue kalah sama adek kelas!? Iie iie iie, ini gak bisa dibiarkan!
Gue gigit lidahnya, dan gue dapet ngedenger dia mengerang sebelum menarik dirinya mundur dari gue. Darah mengalir dari mulutnya yang menyeringai lebar, dan dia terkekeh. Suaranya menggema di sekitar kami saat dia bicara lagi.
"Amai na~! Bibir senpai manis sekali, eheheheh~. Mafu suka! Mafu suka~ banget! Mou ikkai, senpai! Mou ikkai!" sahutnya saat dia kembali meraup bibir gue.
Namun kali ini berbeda. Gue gak mungkin ngebolehin dia menguasai gue.
Gue mencengkram belakang kepalanya, mempertahankannya di tempat saat gue mengambil alih ciuman ini. Lidah kami saling bertarung dalam sebuah tarian panas, sebelum gue memenangkannya dan memasuki mulutnya, menggelilinginya dengan ahli. Gue menyadari nafasnya yang semakin tak beraturan, dan memiringkan kepala gue, memutuskan ciuman kami walaupun hanya sesaat supaya dia bisa nafas.
Gantian dia yang mendesah, tapi gue bungkam lagi mulutnya. Gue gak mau ada orang lain yang mendengar desahan manisnya selain gue.
Seutas saliva dapat terlihat di antara kami saat bibir kami berpisah, namun segera terputus saat gue memindahkan bibir gue ke telinganya, "Dou, Mafu-san?" gue berbisik dengan suara rendah gue, yang palingan bisa bikin seluruh fangirl gue pingsan dengan tak elitnya.
"Mmhh, enak sekali!" Mafu tertawa riang seperti seorang anak kecil, "Senpai sangat berbakat~!"
Curut ini manis banget. Bisa-bisa gue kena diabetes. Wadoh bahaya itu.
Ah, pertahanan gue ancur berkeping-keping. Gue gak perlu mikir lagi tentang masa lalu gue. Sekarang yang gue inginkan hanyalah membuat albino cempreng ini senang.
"Kau mau lagi?" ajak gue, tangan gue mengerayangi sisi tubuhnya yang ramping.
Dia mengangguk cepat, dan seringai gue tumbuh semakin lebar. Dia membuka mulutnya dan menjulurkan lidahnya keluar sedikit. Tanpa ragu pun gue memajukan tubuh gue dan--
"Soraru-san! Kamoeh dimana, Soraru-san?!"
Asw lu, jerapah sengklek.
Mafu segera menyingkir dari pangkuan gue mendengar sahutan si jerapah. Ekspresi penuh nafsunya segera berubah menjadi kekhawatiran. Kok bisa gitu, kagum gue.
"Lu- Luz-senpai!" Mafu nyaut kenceng dengan panik, dan setelah si jerapah masuk ke gang dan menghampiri kami, dia terkejut bukan main.
"Busyet! Ini mayat siapa?! Mata sama mulutnya kok ilang?! Terus kondisi kamoeh gawat banget, Soraru-san! Akoeh sudah manggil sopir pribadi kuh kok! Tenang aja!" ujarnya panik, sebelum mengalihkan perhatiaannya ke Mafu, "Mafu-kyun! Mulut kamoeh kok berdarah?! Kamoeh baik-baik saja kan?! Gak ada luka apapun lagi?!"
Heh, sudah gue duga. Si jerapah itu masih sayang sama Mafu, sama kayak gue.
"A- Aku baik kok, senpai..." Mafu tersenyum lemah.
Lalu sementara Luz memeriksa mayat pira bajingan tersebut, pandangan gue bertemu dengan Mafu. Gue mengedipkan sebelah mata gue dan meletakan telunjuk gue di depan bibir gue, mengisyaratkannya untuk tetap diam soal tadi.
Dia tersipu malu, namun mengangguk seraya tersenyum manis.
Ah, gue gak kuat lagi.
Bruk!
"Gyaaa!! Luz-senpai! Soraru-senpai pingsan!!!"
"Eh ciyus?! Dia pasti udah kehilangan banyak darah! Tapi kok pake acara mimisan segala?!"
"A- Aku gak tau, senpai!"
~~~
A/N : Azek, fanservice pertama (?) euy. Gak nyangka akhirnya nyampe juga ke bagian ini. Mood author lagi baik, jadi double update yak :)
See you next time!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top