Blooming affection

A/N : Sengaja pake bahasa inggris judulnya biar ntaps (?).

Baru satu minggu lewat sejak Mafuyu tinggal bersama Sora dan Ruko. Keadaan di rumah baik-baik saja. Mafuyu merupakan anak yang penurut. Pendiam, malah. Walaupun sang ibu, Rieru, tidak keberatan dengan mengurus satu anak lagi, dia senang Mafuyu tidak seribut kedua anaknya yang lain, yang hampir setiap hari gelud tiada akhir.

Pernah waktu itu, seorang bocah lelaki bersurai coklat dengan topeng kitsune di sisi kepalanya mengunjungi rumah Sora, memberitaukan tentang topeng yang dia dapat dari ayahnya dengan antusias. Sang rubah (?) menyadari kehadiran sang albino yang ada di belakang Ruko, dan bertanya pada Sora, "Soraru-san, siapa dia?"

"Mafuyu?" nada suara Sora melembut saat dia mengucapkan namanya, "Kau bisa bilang dia semacam... Adik angkatku, Kashitarou-kun"

"Sa- Salam kenal, nii-san..." Mafuyu berkata pelan, masih sembunyi di balik figur Ruko yang bergetar karena nahan mimisan, seperti biasa karena gak kuat dengan kelucuan adik angkatnya yang satu itu.

Kashitarou tersenyum hangat dan melambaikan tangannya, "Salam kenal juga, Mafuyu-chan~"

"Dia lelaki" bisik Sora. Segera saja Kashitarou tersentak kaget.

"Sungguh?"

"Otou-san membelinya dari pasangan yang ingin mendapatkan uang darinya. Awalnya dia ingin menjualnya, tapi otou-san tak tega"

"Tumben sekali" pembicaraan antar cowok dimulai deh. Ruko dan Mafuyu dikacangin, "Osora-sama memutuskan untuk menyimpannya? Kenapa?"

Sora menolehkan kepalanya pada kakaknya, dan seketika mengerti, Ruko mengajak Mafuyu ke dapur untuk mengambil (baca : nyolong) camilan di dapur. Barulah setelah mereka menghilang di balik pintu ruang tengah, Sora berbisik di telinga Kashitarou.

Wajah sang rubah menampakkan suatu ekspresi horror yang sangat, bahkan wajahnya sampai memucat, "A- Apaan..."

Sejak itu, Kashitarou jadi rajin mengunjungi Mafuyu, merasakan kasih sayang mulai tumbuh dalam dirinya saat melihat albino manis tersebut. Sebagai anak tunggal, Kashitarou tak pernah punya seseorang yang lebih muda untuk dia sayangi, namun berkat Sora, dia akhirnya tau bagaimana rasanya punya adik.

Tidak jarang Kashitarou menemani Mafuyu ketika keluarga Sora sedang sibuk. Berasa kayak penjaga anak aja, tapi Kashitarou menikmati setiap detiknya bersama Mafuyu. Anak itu selalu berhasil membuatnya tersenyum, dan menghangatkan hatinya.

Helaan nafas keluar dari mulut bocah bertopeng kitsune itu. Kenapa ada aja yang mau menyakiti anak semanis Mafuyu..., pikir Kashitarou sendu ketika dia mengelus-elus surai salju yang sedang terlelap di pangkuannya.

.

Pagi itu, Kashitarou mengajak anak lain ke rumah Sora. Seorang lelaki bersurai silver cerah dengan poni tebal yang menutupi dua manik amethyst yang bersinar. Sora tertawa hambar melihat temannya yang satu itu, tangannya refleks memegang tangan kecil Mafuyu, "Luz-kun, jadi kau sudah kembali dari Luxembourg" 

Luz, sang surai silver, menyeringai lebar, "Yaps, aku kangen kalian semua--" ucapannya terhenti saat dia melihat Mafuyu, dan dia langsung menjerit bagaikan seorang fangirl yang ketemu idolanya. Mafuyu tersentak dan sontak sembunyi di balik Sora.

"Colalu-niisan... Dia selem..." bisiknya lirih.

Parah lu Luz, bikin takut anak kecil ae lu >:(

Luz seakan-akan merasakan panah anime terbang melewati tubuhnya gegara dibilang serem sama sang albino, "Ma- Maaf kakak menjerit tadi! Kamu lucu banget soalnya!"

Bibir Mafuyu mengerucut, "Pantecan teliaknya kenceng... Lehel nii-san panjang cih..."

DOUBLE KILL GAK TUH.

"Naas sekali nasibmu, Luz-kun" Kashitarou puk puk bahu Luz yang pundung di pojokan.

"Colalu-niisan, kok lehelnya Luj-niisan bica panjang gitu?" Mafuyu bertanya polos.

Sora tersenyum kecil, "Jadi gini, Mafuyu. Saat Luz-kun lahir ke dunia ini, kepalanya nyangkut di ujung rahim ibunya, dan dokternya mau gak mau harus narik-narik Luz-kun biar bisa keluar. Alhasil lehernya jadi panjang gegara ditarik terus"

Mafuyu sebenarnya gak terlalu ngerti Sora ngomong apaan, tapi dia tetap menganggukan kepalanya, membuat senyum Sora semakin mengembang. Padahal di depan mereka, Ruko yang habis dari kamar mandi nanya Kashitarou ada apa gerangan dengan si Luz yang pundung di sudut ruangan, dan sang rubah menjawab dengan enteng.

"Ah, Ruko-san. Luz-kun hanya merasa terpukul kok, habis ditolak"

Ruko mengerutkan keningnya, "Anjay lah lu kecil kecil udah pacaran"

MPOS  LUZ KENA TRIPLE KILL.

Luz masih memanyunkan bibirnya//gak pegel apa nak--, namun merasakan tepukan ringan di punggungnya, dia menolehkan kepalanya, dan bertemu dengan sepasang manik merah darah yang bercahaya lembut.

"Luj-niisan jangan sedih... Nih Mafuyu kacih mainan punya Colalu-niisan..." Mafuyu berkata dengan senyum manis sambil menyodorkan beberapa selongsong peluru pada sang surai silver.

Sora tergelak. Kapan juga Mafuyu menemukan koleksi selongsongnya? Lain kali, dia akan mengunci lemarinya lebih kencang lagi, dan membuat catatan mental pada dirinya sendiri untuk mengambil selongsong miliknya dari sang surai silver.

"O- Oh, arigatou, Mafuyu-chan..." Luz menerima pemberian Mafuyu dengan ragu-ragu. Ya siapa yang gak bingung coba, dibilang bakal dikasih mainan, tapi malah dikasih selongsong.

"Kan Mafuyu udah kacih mainan, jadi Luj-niisan jangan cedih lagi yah~!"

Senyum cerah Mafuyu sukses membawa rona merah ke pipi Luz, dan sang surai silver langsung berjanji pada dirinya sendiri untuk menjaga albino ini sekuat yang dia bisa.

"Bentar jerapah, lu ikut gue dulu" Luz memekik kaget saat Ruko menarik kerah belakang kausnya dan menyeretnya ke ruangan sebelah. Sisanya cuman bisa ngeliatin dengan tak ngerti, namun mereka cuek-cuek aja. Kecuali Mafuyu sih, kan dia mah anaknya pedulian dan baik. Adek idaman deh =3= ututu~//napa lu.

"Baiklah jerapah mupengan, dengerin gue" ujar Ruko tegas setelah dia mendudukan Luz di kursi di hadapannya, "Gue mau nanya, Mafuyu itu apa di mata lu?"

"... Manusia lah!" Luz membalas, nadanya sedikit meninggi di akhir.

"Lu kata dia setan? Ya dia manusia lah. Tapi gue serius, menurut lu dia loli atau shota?"

Luz mengerjapkan matanya, "Shota" jawabnya, lebih pelan dari sebelumnya.

Ruko tampak (sedikit) tertegun, "Oh, jadi lu udah tau. Baguslah. Nah, karena lu udah tau gendernya adek angkat gue, gue pengen lu nyari info tentang dua orang buat gue"

Luz memiringkan kepalanya, sebelum membuka telapak tangannya pada gadis yang lebih tua 3 tahun di depannya tersebut, "Bayarannya?"

Ruko mendengus, "Emang buah jatuh tak jauh dari pohonnya yak" dia melepas jepit rambut yang menahan kuncir kudanya, membuat surai biru gelap panjang jatuh terurai di punggungnya, "Nih, cukup gak tuh?" tanyanya saat dia memberikannya pada sang surai silver.

Luz menerima jepit rambut dengan berlian kecil tersembunyi di baliknya itu dengan seringai kecil, "Sepakat. Aku akan beri tau hasilnya besok. Email aku nanti yah?"

Ruko mengangguk tanpa suara.

.

Pada suatu siang, bapak-bapak lagi pada arisan di suatu danau//indahnya pemandangan!

Loh, gak kebalik tuh? Biasanya kan emak-emak yang arisan, tapi rupanya ini bukan arisan biasa, saudara-saudarah. Liat aja siapa yang hadir di "arisan" tersebut.

Kita punya Osora, bapakenya Sora dan Ruko ; Kirihara, bokapnya Kashitarou ; Hikari, babehnya Luz ; dan seorang pria lain dengan surai coklat kemerahan, manik merah cerah, dan kacamata baca yang setia menghiasi wajah awet mudanya. 

Pembicaraan mereka berempat bisa dibilang labil dan nyasar kemana-mana. Dari ngebicarain istri (wut?), politik, pasar, pemandangan, jenis teh, bela diri, rokok, teknologi, kiamat (hah?), dan akhirnya mereka mulai ngebicarain tentang anak mereka.

"Bagaimana kabar Kashi, Kiri-kun? Masih energetik seperti biasa?" tanya Osora.

"Tentu saja. Kashi benar-benar anak yang antusias" Kirihara tersenyum kecil.

"Oh kau harus lihat bulan kecilku saat dia dapat laptop baru!" sang surai coklat kemerahan berseru, wajahnya cerah saat memikirkan tentang putranya, "Belum sehari, dan aku sudah menemukannya berusaha meretas jaringan pemerintahan!"

"Cahayaku juga sama, kelewat semangat. Sesampainya di Bank Sentral, dia langsung lari ke brankas, menghiraukan sahutan dari para petugas. Barulah setelah istriku menyeretnya, dia kembali tenang" Hikari tertawa kecil oleh kenangan tersebut. Tangannya hendak meraih rokok serta lighter-nya, namun tiba-tiba kena geplak kipas kayu Kirihara.

"Jangan merokok disini, Hikari-shi. Danau ini mungkin satu-satunya danau bersih yang tersisa di kota" Kirihara menasihatinya sebelum kembali mengipasi dirinya sendiri.

Hikari menggerutu dan mengusap-usap bekas kemerahan di punggung tangannya, tapi bibirnya tetap menyunggingkan senyum, "Maafkan aku yang hampir khilaf"

Kirihara memutar bola matanya, padahal di balik kipasnya, dia terkekeh tanpa suara. Masih setia dengan pose tersebut, dia mengalihkan pandangannya ke Osora, "Kudengar, kau mengangkat seorang anak albino, Osora-shi?"

"Eh? Kau mengadopsi seseorang, Osora-kun?" sang surai coklat kemerahan bertanya.

"Ah, Luz juga sudah cerita padaku" Hikari menyenderkan dagunya pada telapak tangannya, menilai sang pemimpin mafia dengan senyum kecil khasnya yang biasa dia beri untuk para wanita//heh, "Albino seperti dia bisa terjual tinggi di pasar, kau tau"

"Hikari-kun benar" sang surai coklat kemerahan menyetujui, "Apa hatimu tiba-tiba melembut?"

"Apa maksud kalian?" sang pemimpin yakuza angkat bicara, tampak tak senang yang lain mulai mengkritik sahabat sekaligus partner-nya, "Osora-shi punya anak seperti kita semua. Tentu dia punya sisi lembut terlepas dari pekerjaannya. Hikari-shi, Kakeru-shi, kalian jangan asal ngomong saja" ujarnya tegas, kipas saktinya udah ancang-ancang buat nampol orang lagi. Sakit cuy, Hikari jadi takut TwT.

Sang surai silver dan coklat kemerahan auto sweatdropped deh.

"Kiri-kun, kau berlebihan" Osora menggaruk-garuk belakang lehernya dan menutupi mulutnya yang menguap dengan tangannya yang satu lagi, "Aku tak masalah dinilai seperti itu. Aku sudah biasa. Untuk alasan aku mengadopsi albino itu, itu adalah karena aku tak tega membuatnya merasakan rasa sakit lain"

"Rasa sakit?" tiga pria lain serentak bertanya, belum tau apapun soal itu.

Dengan sedikit enggan, Osora pun menceritakannya.

.

Pluk.

"Eh? Ma- Mafuyu?" rona merah segera tumbuh di pipi pucat Sora ketika kepala Mafuyu terjatuh ke bahunya. Empunya sudah terlelap sedari tadi, dadanya naik turun oleh nafas yang teratur, dan kelopak mata berhiaskan bulu mata yang lentik itu turun menutupi sepasang manik merah darah yang selalu Sora sukai.

"Aww~, dia lucu sekali~" rupanya sisi pedonya Luz udah ada sejak kecil gaes.

Ruko mengelus-elus surai salju adik angkatnya, "Berapa kali gue udah mimisan gegara ni anak..." gumamnya.

Kashitarou tak bisa menghentikan dirinya dari tersenyum hangat, "Mafuyu manis sekali~, kau sangatlah beruntung, Soraru-san~"

Sora merasa bodoh setiap kali senyumnya melebar hanya karena sang albino di sisinya. Merasa seperti orang bodoh yang tergila-gila oleh cinta yang dia tau tidak seharusnya dia punya, tapi bisa apa dia untuk melawan perasaan tersebut? Bisa-bisa dia dicincang si kakak sialan, Luz, Kashitarou, bapakenya, dan mamakenya kalo ketahuan.

Maa..., Sora menolehkan kepalanya dan menanamkan kecupan lembut di pucuk surai salju lembut tersebut, aku sudah tenang dengan memilikimu di sisiku.

~~~

A/N : Panjang juga nih cerita, padahal flashback doang loh...

Btw author mau nanya. Berhubungan author udah gabut tingkat dewa gegara liburan (?) ini, author mau download game di laptop author. Buat download-nya butuh sekitar 3 GB, dan author sebenarnya bisa aja download pake hotspot adek author yang kuotanya masih sekitar 9 GB.

Cuman aja author download gak ya? Bingung sendiri.

(itu 9 GB masa expire-nya 2 hari lagi coba)

See you next time!










Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top