Pawang Ngamuk
Jam istirahat kali ini kelas ramai oleh para cowok, sementara cewek-cewek tentu saja memburu seblak atau caper ke gebetan.
Sekarang mereka tengah kumpul meski tidak rapi: ada yang duduk di meja, lesehan di lantai, berdiri. Namun, mereka sama-sama fokus ke ponsel, tengah main gim.
"Yhaaaa! Tim lo kalah lagi!" sorak si cepak dengan suara paling kencang. Yang lain tertawa terbahak-bahak menyusul ejekannya.
Nana mendesah kecewa sambil menggaruk tengkuk. Nama aslinya Nandar Armadaya, tetapi lebih akrab disapa Nana. Agak cewek emang namanya.
"Karena di tim lo yang paling banyak di-kill, jadi lo yang harus jawab pertanyaan dari gue."
"Lah, bukan hukuman?" protes Nana. Karena sebelum-sebelumnya yang lain dihukum dengan hal-hal norak.
Wandi menggeleng. "Gue ada curiga sesuatu ke lo. Jawab jujur, siapa cewek yang lo suka?"
"Aduh," gerutu Nana. Dia makin salah tingkah, bingung sendiri.
"Ayo, Bro!"
Yang lain mendesak, bahkan sampai mendorong-dorong pundaknya.
"Oke, oke! Cewek yang gue suka itu ...."
"Sama alasannya," desak Wandi, tak sabar sendiri karena Nana malah menggantung ucapannya.
Nana meneguk ludah. "Ge–Gerhana, ka–karena ... dia manis."
"WAHAAAAA!" Seisi kelas langsung heboh.
Sukses sudah Nana di-bully teman-temannya. Yah, dasar selama ini gengsinya kegedean. Kepergok suka Nana, malah berkelit dan bikin banyak alasan.
Brakkk!
Seisi kelas menoleh pada cowok yang baru memasuki ruangan dengan tampang garang.
Nana langsung berdiri dan berbalik, dia masih kaget. Yang lain juga segera berdiri di sekeliling cowok berisi itu.
Dilham menatap tajam pada Nana. Telinganya agak panas ketika mendengar ucapan cowok itu tadi. "Lo akan berurusan sama gue kalo lo berani suka sama Gerhana," katanya dengan senyuman miring.
Buset, pawangnya ngamuk, batin Nana sambil meneguk ludah.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top