Diomelin

Diyan mengejar seorang gadis yang sepertinya tengah kerepotan membawa barang-barang.

"Bwaaa!" Dengan iseng dia muncul tepat di samping gadis itu dan berhasil membuatnya terkejut.

"Diyaaan!" jerit Gemma, kesal bukan main. Namun, cowok itu malah tertawa-tawa sambil menarik dua alat penyiram tanaman berwana biru dari tangannya.

Diyan menghentikan tawa. "Ribet banget siang-siang begini."

"Huh, aku disuruh Ibu ambil tabung pemadam kebakaran sama gembor dari rumah Pak Udin," jelas Gemma.

Diyan manggut-manggut. "Oh, abis dipinjem kemarin, ya?"

Sebuah anggukan didapatnya sebagai jawaban.

"Kasihan ya, rumah Pak Udin sampai ludes." Diyan menatap langit cerah siang ini, menerawang kejadian menggemparkan dua hari lalu. Di mana salah satu rumah tetangga mereka kebakaran tepat di tengah malam. Untung para warga bisa bertindak cepat sebelum pemadam kebakaran tiba.

"Makanya, jangan ngerokok! Itu tuh, dari hal kecil dampaknya bisa fatal," ceramah Gemma yang ditujukan untuk menyindir Diyan.

Namun, laki-laki itu sama sekali tidak merasa tersindir. Entah karena tingkat kepekaannya di bawah rata-rata, atau memang tidak merasa.

"Aku kan nggak pernah ngerokok. Lagian uangnya lebih baik dipake buat beliin kamu seblak."

Keduanya berjalan santai menyusuri jalan gang yang dipenuhi daun-daun kering.

"Kamu juga tuh, sering ceroboh dan pelupa. Gimana kalau suatu hari nanti kamu nyalain obat nyamuk terus ditempatkan di tempat yang nggak aman, atau nyalain kompor terus lupa dimatiin, atau ...."

Gemma terus mengomel. Diyan hanya bisa menghela napas mendengarnya. Sepertinya suasana hati cewek itu tengah buruk.

Huh, padahal aku sudah niat menolongnya. Kok malah kena omel sih! Gagal sudah ekspektasiku jadi pahlawan kesiangan yang bikin dia terpukau, batin Diyan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top