PROLOG

Assalamualaikum, Kak Chan datang membawa cerita baru.
Semoga suka ya. 😉
Jangan lupa dukungannya, tekan bintang plus komentnya ✔️
Happy baca semua ❤️
***

"Shaka, Mama sudah pilihkan calon asisten pribadi yang cocok buat kamu. Mama yakin kali ini kamu tidak akan berani macam-macam lagi!"

Lekaki yang tengah asyik memonitor layar ponsel pintarnya tersebut hanya mengangguk sekilas serta menjawab kalimat Ratih-mamanya dengan kata, ya ... ya ... dan ya. Fokus Shaka ada pada lagu yang sedang diputar. Lewat headset alunan musik dari boy band Coldplay mengantarkan kembali ingatan Shaka pada memori lampau. Lelaki itu sampai memejamkan mata, meresapi setiap lirik, serta kadang bibirnya ikut bersenandung kecil.

"Ka, dengerin Mama!" Protes Ratih merasa tak diacuhkan putranya.

"Iya Mam, Shaka dengar. Astaga, mama ngomel aja kedengaran lho sampai jarak 5 kilo." Shaka melepas headsetnya. Acara nostalgia lewat lagu kenangan jadi ambyar saat suara mama menginterupsi.

Bukan tanpa sebab Ratih sampai harus turun tangan memilihkan karyawan untuk pendamping Shaka-putranya saat di kantor. Anak lelakinya sekarang bukan lagi bocah berumur lima tahun yang tidak hanya menggemaskan, tapi juga berubah menjadi sosok laki-laki dewasa yang sangat tampan, akan tetapi sisi buruknya, Arshaka gampang sekali mempermainkan perasaan perempuan. Suka gonta-ganti pacar. Minggu ini macarin Diana, Minggu depan sudah ganti lagi nama pacarnya.

"Udahlah Mama duduk aja yang tenang, santuy, urusan karyawan baru biar Shaka sendiri yang pilih. Yang mau kerja sama dia, kan Shaka, Mam." Protesan Shaka beberapa waktu lalu tak mendapat respon mamanya.

"Serahin semua dokumen pelamar kerja sama mama, biar mama yang pilih, atau sekarang juga kamu mama nikahkan sama putrinya Om Gatot? Pilih mana kamu?" Kalimat Ratih lebih menakutkan dari yang Shaka kira. Dipaksa nikah, apalagi sama putrinya Om Gatot yang janda tiga kali itu? Astagaa ... Mama benar-benar tidak berperike-anakan. Anak tunggal yang super tampan, masa iya mau dipaksa kawin, eh, nikah sama janda. Ya, tidak ada yang salah sih sama status janda, tapi kan, Shaka masih perjaka ting-ting. Bulshit amat dengan istilah 'janda semakin di depan'

Ratih sudah mewanti-wanti, kalau kali ini harus dia sendiri yang turun tangan memilih sekretaris untuk Shaka.

Lebih membuat geram Ratih, gadis yang dijadikan mainan oleh Shaka kebanyakan adalah sekretarisnya sendiri di kantor. Aji mumpung Shaka bilang. Ada gadis cantik, kenapa tidak dipacari saja. Sambil menyelam minum air. Sambil bekerja, sekaligus pacaran. Dasar Arshaka.

Ratih sudah jengah. Kemarin Clara datang mengadu, tersedu mengatakan jika Shaka tiba-tiba memutuskan hubungan setelah dua hari jadian dan berhasil menciumnya. Lebih dari itu, Clara terisak-isak, merasa sangat keberatan saat Shaka memindahkannya ke divisi lain. Belum lagi daftar panjang nama-nama gadis lain yang diperlakukan sama oleh putra tunggalnya tersebut. Ratih geram bukan main. Ancaman akan dijodohkan dan dinikahkan paksa sempat keluar dari mulut Ratih, tidak juga membuat Shaka jerah. Dia bilang hanya main-main saja dengan para gadis tersebut. Mereka semua yang terlalu gampangan dan ke-ge-eran sendiri. Shaka  selalu beralasan bahwa sudah menjelaskan di awal bahwa tidak ada niat untuk serius. Para gadis itu mengatakan tidak keberatan.

"Shaka, kamu dengar mama nggak sih?" Teriak Ratih sembari tangannya sibuk memeriksa dokumen.

"Yeee Mama," ucap Shaka menirukan gaya panggilan dayang pada sang ratu seperti di drama Korea yang sering Ratih tonton.

"Nggak usah ngelawak ya! Mama serius!"

"Shaka dua rius setengah malahan, Mam." Cengir Shaka.

"Cantik, tampilannya tertutup sama jilbab, Ka."

"Masyaallah ukhtea-ukhtea," Canda Shaka melempar guyonan.

Ratih mendelik, "Arshaka Ramadhan!" Bentaknya pada sang putra. Bukannya  makin menciut nyali Shaka, malah merasa senang bisa menggoda sang mama.

"Fisiknya gimana, Ma? Semampai kan? Harus langsing, enak dipandang, tidak jorok, yang paling penting, murah senyum," ujar Shaka menjabarkan kriteria wajib menurutnya.

"Nggak usah mandang fisik ya, Ka!"

"Yaelah Mama, kalau ga mandang  fisiknya, masa iya harus mandang dari amal jariyahnya?" Shaka terbahak oleh kalimatnya sendiri. Ratih sudah siap akan melempar dokumen di tangan pada Shaka. "Ampun Ndoro Ratu, becanda saja," sambung Shaka sembari kedua tangan menangkup di dada. Ratih geleng-geleng kepala sendiri melihat kelakuan Arshaka. Dari dulu sifat jailnya tidak pernah berkurang.

"Siena Sabitah Erlangga. 25 tahun, lulusan magister manajemen bisnis. Pengalaman bekerja selama 2 tahun. Tahun pertama menduduki posisi administrasi, lalu berikutnya sekretaris di sebuah perusahaan properti. Ini poin pentingnya." Mata Ratih berbinar cerah, bibirnya rekahkan senyum.  "Gadis cantik yang menutup auratnya rapat. Berjilbab. Mama sudah periksa satu persatu berkas yang masuk, cuma dia ini satu-satunya di antara ratusan pelamar yang tampilannya berjilbab. Entah kenapa mama kok langsung klik saat pertama baca CV sama lihat fotonya." Ratih bermonolog menjelaskan tentang sosok yang dimaksud.

"Ka, Mama yakin nih, Siena ini gadis yang shalihah, dan mama akhirnya bakal bisa bernapas lega--"

"Minum neo napasin Mam kalau sesak napas," potong Shaka cepat saat Ratih belum tuntaskan kalimatnya.

"Shakaaaaa Mama serius!" Ratih tidak peduli saat Shaka mengernyitkan kening sembari menutup kedua telinga karena teriakannya. "Becanda sekali lagi, Mama seret kamu ke KUA sama anaknya Om Gatot."

"Mama sukanya ngancam."

"Mama sukanya Papa."

"Apa buktinya?"

"Buktinya, ... Shaka diam ya. Kita lagi bahas kamu, kenapa jadi ke mama?" Sebelum Ratih makin murka, Shaka beringsut memeluk lengan mamanya dengan tatapan sayang. Kalau sudah begitu Ratih pasti bakalan luluh.

"Dengar ya, fix mama pilih Siena Sabitah Erlangga. Mama cuma berharap, tidak akan lagi ada korban 'Anda' selanjutnya, Pak Shaka!" Lanjut Ratih dengan kalimat penuh penekanan di akhir, sengaja agar putranya tersindir. Shaka menoleh sang mama, bukan karena sindiran, tetapi nama yang disebut Ratih membuat kedua mata Arshaka membeliak.

"Bentar Mam, siapa tadi namanya?" Sakha baru ngeh dengan nama yang disebutkan Ratih. Merasa tidak asing dengan nama tersebut.

"Siena Sabitah Erlangga ... kenapa memangnya?" Ratih memandang Shaka penuh selidik.

Tidak salah lagi. Arshaka kenal dan hapal betul dengan nama lengkap yang disebutkan mamanya barusan. Siena. Gadis yang ada dalam kenangan Shaka sepuluh tahun lalu. Mungkinkah itu dia?

Nggak mungkin dia, kan!? Di dunia ini banyak sekali nama orang yang sama persis! Shaka membatin sembari menggeleng. Merasa tidak yakin jika pemilik nama 'Siena' tersebut adalah orang yang sama dengan nama seseorang dari masa lalunya.

"Coba lihat CV-nya Mam," pinta Shaka pada Ratih. Tanpa menunggu persetujuan mamanya, Shaka mengambil map berisi surat lamaran beserta CV di dalamnya. Shaka amati foto 4×6 yang terjepit clip dan menempel di bagian atas dokumen. Wajah itu sangat tidak asing. Sorot matanya yang jernih masih terlihat sama. Hidung mungil nan bangir. Serta dagu yang terbelah, merupakan ciri khas gadis tersebut. Meski telah lama berlalu, tapi Shaka masih  mengingat garis wajah si gadis.  

Tetapi satu hal yang membuat Shaka menggeleng tak percaya. Penampilan si gadis dalam foto tersebut telah berubah drastis. Jika dulu Shaka mengenal Siena yang manis dengan rambut yang dikuncir kuda dan menyisakan poni di bagian depan. Atau saat surainya yang panjang tersemat jepit lucu karakter powepuff girl favoritnya. Tetapi yang Shaka lihat kini, Sienna dalam wujud foto tersebut
memakai jilbab, rapat terulur menutup dada.

Siena Sabitah Erlangga ...

Shaka tidak akan pernah lupa pada nama cantik itu. Seperti namanya, Sienna yang berarti putri cantik, dia memang gadis yang cantik.  Sabitah yang memiliki arti bintang yang menetap. Ah, andai saja waktu bisa diputar, Arshaka-mungkin akan memilih tidak ingin mengenal Siena. Nama yang dia kagumi, sekaligus menjadi alasan hancurnya hati, hingga berimbas pada sikapnya sekarang ini pada banyak perempuan.
Shaka pernah berharap Siena menjadi bintang yang akan menetap di hati. Nyatanya harapan tak selamanya seindah angan. Hubungan keduanya harus terhenti karena kesalahpahaman.

🍁🍁🍁🍃🍃🍃

Penginnya kek cerita 'Ammi Ilham' ada humornya gitu. Tapi ini keknya kasih garing yak. Kriuk-kriuk. Wkwk

Masyaallah, Kak Chan datang membawa yang baru lagi. Maafkan ya, yang lain belum kelar dahal. Cerita ini spesial Kak Chan ikutkan dalam Project 'Membatik'
Menulis Manis Bersama Batik. BukuBatik Dengan tema CLBK atau Cinta Lama Belum Kelar. Eh, 🤭

Insyaallah semoga updatenya rajin dan ga telat. Tetap dukung Kak Chan ya semuanya. Jazakallahu Khairan Katsir ❤️

Tabik
Chan

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top