7# Pip-pip-pip Calon Mantu

Ikan hiu makan klepon
Kamu masih cinta, eh mantan udah mup on
*
*

Baim melengang duluan ke kantin. Dia bilang akan menunggu di rumah makan Salero Uda, restoran masakan Padang yang ada di seberang gedung perkantoran.

Siena belum berani mengangkat bokong dari kursinya sebelum Shaka lebih dulu beranjak. Sejak tadi menunggu - apakah lelaki itu akan meledakkan amarah, ternyata Shaka malah bersikap tak acuh. Lima belas menit dihabiskan Arshaka hanya untuk manatap dengan kilatan tajam ke arah Siena.
Dimonitor seperti ini malah membuat polah Siena tidak tenang. Beberapa kali dia melakukan gerakan membetulkan letak heejab atau duduknya.

Puas memindai Siena, Arshaka berdiri dari kursi kebesarannya. Siena melepas embusan napas lega saat Shaka mulai menganyun langkah. Tetapi dugaannya salah besar, lelaki itu justru berdiri di ambang pintu yang berada tepat di sebelah kubikel Siena. Menyandar dengan kedua tangan terlipat di depan dada bidangnya, "Kamu ada masalah apa sama saya?" Tanyanya dengan sorot mata berkilat kesal.

Siena cengo beberapa saat, "Hm ... Nggak salah, Pak? Yang harusnya tanya begitu saya. Pak Shaka ada masalah apa sama saya, sampai-sampai seharian ini dibuat susah. Pak, meskipun Bapak adalah atasan saya di sini, tapi mohon untuk menjaga profesionalitas, jangan mencampur-adukkan urusan pribadi dengan pekerjaan." Siena berapi-api. Sebal juga rasanya. Dia yang dikerjai, dia yang tertuduh. Tidak tahu apa bagaimana, kalau hukum fitnah itu lebih kejam dari pada pembunuhan.

"Apa itu tadi! kamu sengaja mau meracuni kopi saya?"

"Lebay Pak, cuma garam ini, ga bakal bikin mati. Kalau Pak Shaka mau pecat saya silakan. Saya keluar sekarang juga." Siena pura-pura saja aslinya. Dalam hati dia mencicit, takut, dan banyak merapal istighfar semoga saja kali ini Shaka masih memberi kesempatan.

Shaka mendekat kubikel Siena, "Jam pulang nanti saya tunggu di parkiran. Karena kamu sudah tidak sopan, kamu lembur sampai nanti malam!" Tegas Shaka sejurus melengang keluar, meninggalkan Siena dengan mulut menganga. Samar-samar tapi Siena dengar gumaman Arshaka, "Enak saja mau keluar! Tidak semudah itu Nona!"

Siena tidak beranjak dari kursinya selepas kepergian si bos. Perutnya tiba-tiba terasa kencang, kram karena datang bulan. Meski lapar menginvasi lambungnya, tapi Siena rasanya tidak kuat melangkah. Merogoh tas, seingatnya tadi dia menyisakan sebungkus biskuit chocopie, lumayan untuk mengganjal perut.

Satu jam kemudian Shaka kembali ke ruangan. Siena yang sedang menempelkan kepalanya ke meja, sontak menegakkan tubuh.

"Jam istirahat silakan gunakan sebaik-baiknya. Jangan mencari penyakit, karena saya tidak mau membayar lebih di luar jam kerja karyawan." Suara pedas itu kembali menyambangi telinga Siena. Perut yang kram, ditambah dengan kalimat mengandung boncabe level 30 dari Pak Shaka sangat menyiksa sekali bagi Siena. Dia hanya mengangguk lemah.

"Tunggu apalagi, saya kasih waktu 20 menit untuk makan siang."

"Pak, saya di sini saja. Saya nggak kuat jalan, perut saya kram karena ... lagi datang bulan." Siena meringis sembari memegangi perut.

Shaka menatap datar sembari bergumam kecil, "Merepotkan saja!" Kemudian beranjak ke kursinya.

Berada di balik meja dengan layar komputer menyala. Ekor mata Shaka melirik arah kubikel Siena tiap beberapa detik sekali. Dia perhatikan Siena bekerja dengan ringisan menahan nyeri, mungkin. Kadang embuskan napas panjang, kadang memegang perut disersi kernyitan kening.
Shaka mengambil ponsel dalam saku celana. Gegas mengetik pesan singkat pada Baim.

Shaka: "Im, gue mo nanya ssuatu. Tapi Lo jan ketawa!"

Ibrahim : "iy Bos. Paan, cepet, g3 Lo!"

Shaka: "Itu Im, Lo tw gak, minuman yg kek jamu yg biasanya bwt cewe klau lagi dapet?"

Ibrahim: "HAHAHAAA! LO LAGI DAPET YAK?! ASTAGA PAK SHAKA. LO MAU MINUM KINANTI?! PANTES NGOMEL MULU SEPANJANG SIANG, PMS LO TERNYATA! GUE TERKEJOED!!!

Shaka: "Bngst BKN bwt gue! Bacot
Lo."

Ibrahim: "uhuk. Yg khawatir sama mantan."

Shaka: "Bangke!"

Ibrahim: "Tiati Pak, kejebak frenzone bareng mantan. Cuma mo ngingetin maijon lebih enak dripda prenjon."
Shaka: "Taeee!!!"

Usai berbalas pesan dengan Baim, Shaka langsung mengirim pesan pada OB untuk membelikan pesanannya serta mengantar ke ruangannya. Satu porsi nasi campur, dua botol air mineral, plus dua botol minuman pereda nyeri kram perut khusus untuk perempuan yang sedang datang bulan. Tidak, Shaka melakukan ini bukan karena peduli. Tetapi dia pikir tidak ingin dianggap sebagai bos yang kejam pada budak korporat-nya karena terlalu tak acuh pada karyawan yang sedang sakit.

Lima belas menit pesanan Shaka sampai diantar oleh Agus, salah seorang OB. Agus meletakkan bungkusan besar tas plastik di meja Siena. Gadis itu tercenung beberapa saat. Dia tidak pesan apapun, kenapa bisa OB membawakan belanjaan untuknya.

"Dari Mbak Winda, Mbak. Sengaja, katanya khawatir kok Mbak Siena nggak turun buat makan siang," jelas OB tersebut. Siena merapal terimakasih beberapa kali. Oh iya, dia lupa belum meminta nomor ponselnya Winda. Nanti saja saat jam pulang Siena akan hampiri Winda dan mengucapkan banyak terima kasih.

Sementara di meja Shaka pura-pura tidak dengar obrolan Siena dan OB. Mata lelaki itu fokus menatap layar gawainya tanpa teralihkan sedikitpun. Siena sempat melirik dan ingin minta izin untuk makan siang, tapi urung saat  saksikan Shaka sepertinya sangat sibuk dan tidak berani menganggu.

"Lima belas menit. Tidak lebih. Silakan habiskan makan siang kamu!" Suara ngebass Arshaka isyaratkan memberi izin Siena.

Matahari mulai meredup. Azan ashar baru saja berlalu. Siena tidak beranjak dari balik meja kerjanya, hanya sesekali berdiri saat pinggangnya terasa mengencang. Untung saja tadi sudah makan siangz jadi badannya bisa punya tenaga, padahal jika sedang datang bulan, badan Siena mendadak manja maunya tiduran saja, apalagi saat kram menyerang perutnya. Untung juga mengenal teman sebaik Mbak Winda yang rela mengirimkan paket makan siang untuknya ... pikir Siena.

Shaka baru datang dari shalat ashar. Membuka pintu ruangan sembari melewati kubikel Siena tanpa menoleh. 

Duduk kembali ke belakang mejanya, Shaka mulai mematikan layar komputer yang tadi masih menyala saat ditinggal. Sejak dua puluh menit lalu mamanya telah menelpon sebanyak dua puluh kali. Berkirim pesan singkat tiga puluh kali, dengan kata-kata yang nyaris sama, mengingatkan Shaka bahwa sore ini harus cepat pulang karena nanti bakda magrib ada tamu, Om Herlambang dan putrinya.

"Ka, pulang cepat, bantuin mama siapin makan malem. Sekalian beliin buah sama cemilan."

Pesan Ratih saat menelpon Shaka tadi. Mau tidak mau Shaka harus melaksanakan tugas penting dari ibu ratu kesayangannya.

"Maaf Pak, apa saya jadi lembur?" Tanya Siena.

Shaka berpikir sejenak. Sebenarnya yang dimaksud lelaki itu dengan lembur - adalah mengajak Siena ke rumah untuk menggantikannya membantu sang mama menyiapkan makan malam untuk tamu. Tetapi melihat Siena sedang kurang enak badan akibat haid, Shaka jadi berpikir kembali.  Mata Shaka memindai Siena dengan seksama.

"Saya sudah lebih baik, Pak. Kram perutnya sudah hilang, tidak apa-apa kalau memang harus lembur. Saya juga minta maaf karena sudah berbuat tidak sopan sama atasan. Maafkan saya, Pak Sha - ka ...."

"Oke, kamu ikut saya." Ucapan Siena terlihat meyakinkan,bahwa gadis itu sudah lebih baik.

Berjalan beriringan menuju parkiran. Shaka membuka pintu mobilnya disusul Siena yang duduk di sebelahnya.

"Kenapa lemburnya di luar kantor, Pak?"

"Malam ini kamu lembur, tapi bukan buat urusan kantor."

Mata Siena menyipit, "Maksudnya, Pak?"

"Ikut saya ke rumah, bantuin mama saya nyiapin makan malam untuk tamu. Kebetulan art di rumah resign seminggu lalu, jadi kasihan mama apa-apa harus sendiri. Kamu tenang saja, uang lembur dibayar lima kali lipat. Bagaimana? Kalau kamu keberatan, tidak usah tidak apa-apa. Biar saya antar pulang saja." Rasanya sangat aneh dan canggung panggilan formal Shaka masih terbawa sampai di luar jam kerja.

Siena diam-diam menatap haru. Shaka meskipun sangat menyebalkan ternyata juga sangat peduli dengan mamanya.

"Saya mau, Pak. Nggak usah dihitung lembur tidak apa-apa, Pak." Siena antusias. Bagiamana-pun dia yang merindukan almarhum ibu, pasti akan sedikit terobati jika bisa membuat ibu lain menyembulkan senyuman. Shaka menggumam oke, sejurus mobil berjalan meninggalkan parkiran.

Mobil yang Shaka kemudikan memasuki areal perumahan elite di daerah Jakarta Selatan. Mobil Range Rover itu berhenti tepat di depan gerbang putih yang setengah terbuka. Shaka turun disusul Siena.

Mengucap salam Shaka langsung disambut Ratih. Mamanya Shaka yang masih cantik di umur mendekati setengah abad itu terlihat mengenakan celemek.

"Assalamualaikum, Tante," Siena menyapa sejurus mengambil tangan Ratih untuk dicium.

"Masyaallah, mimpi apa mama semalem, Shaka pulang-pulamg bawa calon mantu." Ratih hiperbola. Matanya berbinar cerah. "Pip-pip-pip calon mantu mama sudah mendarat dengan selamat. Senangnya, mama harus telepon papa sekarang. Papa lagi jemput Om Herlambang di hotel tempatnya nginap." 

"Mama, astaga, jangan lebay. Dia bukan siapa-siapa." Shaka salah tingkah, Siena gugup sendiri. Tante Ratih sudah sangat jauh salah pahamnya,menurut Shaka perlu diluruskan ...   ke jalan yang benar.

"Bukan Tante, saya assiten barunya Pak Shaka. Sengaja diajak ke sini buat bantuin Tante yang lagi kerepotan," tukas Siena menjelaskan.

"Halah, Tante ga peduli. Pokoknya seneng aja, belasan tahun Tante kira Shaka itu ga normal, masa ga pernah bawa cewe atau minimal temen ceweknya main ke rumah. Baru kali ini lho." Cerocos Ratih tanpa peduli perasaan putranya.

"Mama astaga. Anakmu masih normal Mam! Mama saksi hidupnya lho, Shaka bolak-balik ganti pacar." Shaka mendengkus sebal. Siena menahan tawa. Lucu juga ternyata hubungan Shaka dengan mamanya. Seperti bukan ibu dan anak, tapi lebih seperti teman. Akrab dan penuh kehangatan.

"Tante, ini buah sama kuenya. Biar saya bantu tata di piring." Inisiatif Siena. Ratih makin berbinar-binar. Digandengnya tangan Siena menuju pantry. Kedua perempuan itu meneruskan kegiatan sembari mengobrol. Dari kejauhan Shaka mengulum senyum. Mamanya itu biasanya sangat susah cepat akrab dengan orang yang baru dikenal. Aneh saja kali ini baru pertama bertemu, sudah banyak mengobrol.

🌻🌻🌻

Minta tolong dikondisikan vote dan komentnya. 😭😭😭
Nanti saya update cepet ... kalau komen nembus 100 👌✌️

1550
Tabik
Chan



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top