°୭̥ Chapter 3 : ❝ Rain ❞

🍁 One More Chance 🍁
.
✎ Bab 3
◆|| Rain ||◆
[ Hujan ]
.
╭┈━━━━═══⋅═══━━━━┈╮
When rain comes
╰┈━━━━═══⋅═══━━━━┈╯
.
🍁 ˚. ୭ ˚○◦˚ 🍁 ˚◦○˚ ୧ .˚ 🍁

[Name] melangkah keluar dari kelas dengan wajah lesu. Memikirkan kejadian kemarin saat dirinya bertemu kembali dengan Megumi.

Gadis itu kadang melambai pada beberapa temannya yang menyapa padanya. Menunjukkan senyuman ceria pada mereka.

[Name] lalu berjalan lesu, menghilangkan raut wajah cerianya tadi. Gadis itu melewati gerbang sekolah, terus berjalan menuju arah rumahnya.

"[Name]."

[Name] menghentikan langkah. Ia mendongak, maniknya mengerjab mendapati Megumi berdiri dan bersandar pada tiang di samping remaja tampan itu.

"Kamu ... apa yang ...?"

"Aku menunggumu."

[Name] mundur satu langkah. Ia masih bimbang untuk menerima keberadaan Megumi sekarang.

Megumi menyadari itu. Ia tidak bergerak dari tempatnya berdiri, posisinya juga masih sama.

Beberapa saat kemudian, keduanya tidak ada yang berucap ataupun bergerak dari posisi mereka sekarang. Megumi menggaruk belakang kepala, pikirannya melayang ke beberapa saat yang lalu sebelum ia menunggu [Name] di sini.

"Ajak dia ke kafe!" Itu ucapan dari Nobara saat ia meminta saran sebelum pergi.

"[Name] ... bisa temani aku ke kafe sebentar?" Megumi bertanya seraya manik matanya berusaha menatap tepat pada manik hijau menenangkan milik [Name].

"Boleh."

Megumi mengerjabkan mata. Ia pikir [Name] mungkin akan menolak, atau setidaknya bertanya dulu padanya alasan ia mengajaknya ke kafe lalu ajakannya kemudian ditolak.

Semudah ini? Batin Megumi bertanya-tanya. Ia menganggukkan kepalanya, lalu membalikkan badan, berjalan terlebih dahulu diikuti [Name] di belakangnya.

"Hei, Fushiguro."

Megumi menoleh ke arah belakang. Melihat pada [Name] yang juga menatapnya dari belakangnya.

"Ada apa?" Tanya Megumi.

[Name] terdiam selama beberapa menit. Kemudian, ia menggeleng.
"Tidak jadi."

"Souka."

Keduanya telah sampai di kafe yang jalannya se-arah dengan jalan rumah [Name]. Mereka masuk ke dalam, disambut oleh pelayan kafe, lalu berjalan ke arah meja yang kosong.

Megumi duduk di hadapan [Name]. Tidak ada yang berucap setelah pelayan kafe yang mencatat pesanan mereka pergi.

"Jadi ... pasti ada yang ingin kamu bicarakan 'kan, Fushiguro?" Tanya [Name].

Megumi tersenyum tipis.
"Jujur saja. Aku tidak tahu topik apa yang bisa menghiburmu. Ide untuk mengajakmu ke sini saja itu dari teman sekelasku," jelasnya jujur.

"Eehh ...?"

Mengerjab. [Name] tanpa sadar ikut tersenyum. Kejujuran Megumi membuatnya sedikit merasa senang. [Name] menghargai Megumi yang ingin membuatnya sedikit terhibur. Bahkan rela meminta saran pada temannya.

"[Name]."

"Hm?"

[Name] menatap Megumi yang juga menatapnya.

"Dulu ... aku selalu penasaran. Apa alasanmu mendekatiku? Kupikir ... kalau hanya ingin berteman, masih banyak anak lain yang bisa kamu ajak berteman daripada mengajakku."

[Name] menunduk ke bawah, menatap jari-jari tangannya yang di letakkan di atas meja.

"Aku kasihan padamu. Maksudku ... saat semua teman lainnya berkumpul, kamu sendiri saja yang pergi menjauh. Itu membuatku merasa kasihan dan memutuskan untuk mendekatimu. Mungkin dengan itu ... kamu tidak akan merasa kesepian lagi."

Megumi menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Ia mengusap tengkuknya, rasa bersalah memenuhi hatinya. Ia benar-benar menyesal telah menolak keberadaan orang sebaik [Name] yang mau memerhatikannya dulu di masa lalu.

"Aku benar-benar merasa bersalah."

Ucapan dari Megumi membuat [Name] menggigit bibir bawahnya dengan pupil mata bergetar. Jantungnya berdetak kencang sehingga ia sendiri bisa mendengar detakan jantungnya.

Tidak ada yang mengeluarkan suara sampai pelayan kafe tadi datang dan meletakkan pesanan mereka di atas meja. [Name] meminum minuman hangatnya, merasakan rasa hangat dan rasa manis melewati tenggorokannya.

Ia berpikir. Melihat keseriusan dari mata Megumi kemarin berhasil menggoyahkan hati [Name]. Itu membuat [Name] terus berpikir sebanyak ribuan kali, apakah dia harus memberikan Megumi kesempatan kedua atau tidak.

Suara ponsel membuyarkan lamunan [Name]. Gadis itu merogoh tas, mengambil ponselnya lalu melihat pesan yang masuk. Pesan masuk berasal dari kakeknya. Pak tua itu meminta [Name] untuk datang ke kediamannya setelah pulang sekolah.

"Maaf, Fushiguro. Aku harus pulang ke rumah sekarang."

[Name] segera berdiri, ia mengangkat tasnya. Megumi juga ikut berdiri dari duduknya.

"Urusan mendadak?" Tanya remaja tampan itu. [Name] menganggukkan kepalanya.

"Begitu. Tunggu sebentar, aku akan mengantarmu pulang."

"Eh? Tidak perlu! Itu bisa merepotkanmu--"

"Aku yang meminta, jadi itu tidak merepotkanku sama sekali," Megumi dengan cepat memotong ucapan [Name].

Setelah membayar pesanan. Mereka berdua lalu berjalan keluar dari kafe. Tidak ada yang mengeluarkan suara. Megumi dan [Name] sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

Tanpa mereka sadari, setetes air hujan jatuh dari atas langit, lalu di susul tetesan lainnya hingga menjadi hujan yang deras. [Name] panik, ia tanpa sadar menarik lengan Megumi untuk berlari mencari tempat berteduh.

Dari belakang, Megumi memerhatikan [Name]. Mulai dari punggung mungil yang menggendong tas, rambut lurus terurai yang bergoyang di udara akibat berlari. Manik Megumi terlihat bercahaya melihat pemandangan itu.

"Kita sampai!!"

[Name] dengan segera membuka pintu pagar rumahnya. Lalu menarik Megumi masuk ke dalam.

Pakaian mereka sedikit basah di bagian atas. Bahkan rambut Megumi yang berdiri menjadi sedikit turun karena air. [Name] segera masuk ke dalam rumah, mempersilahkan Megumi untuk masuk juga.

Suara dering ponsel mengganggu pendengaran Megumi. Ia merogoh saku, mendapati ponsel pintarnya yang terlihat baik-baik saja setelah menerobos hujan tadi.

Kening Megumi mengernyit kesal saat nama sensei absurd-nya tertera di layar yang menghubungi dirinya.

"Ada apa, Gojo-sensei?"

Megumi menghela nafas. Panggilan untuk menjalankan misi. Ia menutup telepon secara sepihak saat Gojo masih belum selesai menjelaskan hal yang penting padanya. Ia tidak peduli dengan reaksi Gojo nanti.

"Kamu ... sudah mau pulang, ya?"

[Name] muncul seraya membawa handuk berwarna putih yang akan di berikan pada Megumi. Remaja tampan itu menganggukkan kepalanya.

"Gojo-sensei membutuhkanku sekarang juga," ucap Megumi. [Name] menganggukkan kepala. Tangan kanan gadis itu lalu menarik gagang payung yang berada di sampingnya. Kemudian melemparnya ke arah Megumi dan langsung ditangkap.

"Kamu bisa mengembalikannya jika ada waktu," ucap [Name] menunjukkan senyuman tipis. Megumi mengangguk paham, lalu berpamitan.

Sebelum ia menutup pintu rumah [Name]. Remaja itu kembali berucap.
"Aku akan datang besok." Lalu menutup pintu rumah [Name].

🍁 ˚. ୭ ˚○◦˚ 🍁 ˚◦○˚ ୧ .˚ 🍁

Hi! An Back!

ⓐⓝⓓⓘⓕⓣ 🍁

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top