⅌ Chapter 2O : ⊰ Hair Pin.

⅌ Bab 20 : Hair Pin.
[ Jepitan rambut ]
By Ann
.
· · ────── ·𖥸· ─────── · ·

“Jadi? Kenapa kamu masuk ke sini?” tanya [Name]. Ia mendongakkan kepalanya untuk melihat Gojo yang menjulang tinggi di hadapan. Pria itu tersenyum jenaka, tangan kanannya lantas menepuk-nepuk puncak kepala sang gadis.

“Puk puk,” ucap Gojo. Ia tersenyum lebar.

[Name] menutup matanya seraya menunduk sedikit. Menikmati gerakan tangan Gojo yang mulai berubah mengusap lembut pada puncak kepalanya. Manik si surai putih mengedar. Tanpa sengaja menatap jepitan rambut yang berada di belakang telinga [Name]. Tangan kanannya berpindah mengambil hiasan rambut itu hingga beberapa helai rambut [Name] jatuh menutupi wajah cantiknya.

“Jepitan rambut ini ...?” Gojo menatap benda berbentuk daun musim gugur. Cantik.

“Oh? Waktu itu aku menemukannya waktu sudah terpasang di rambutku.”

“Kamu tahu siapa yang melakukannya?” tanya Gojo.

“Hantu?” jawab[Name].

Gojo bungkam. Beberapa detik kemudian, tangan kanannya bergerak memasangkan jepitan rambut itu di belakang telinga sang gadis. Hingga terlihat daun musim gugur yang seolah-olah tersangkut di daun telinga [Name].

“Aku yang memasangkannya.”

Jawaban dari Gojo membuat si gadis mendongak menatapnya. Ia langsung teringat. Waktu itu kepala sekolah memang pernah meminta penyihir untuk membasmi kutukan di sekolah. Pada malam [Name] lembur dan ketiduran di ruang guru. Ia mendengar itu dari hasil menguping dengan tidak sengaja. Dia tak menyangka yang datang waktu itu adalah Gojo dan muridnya.

“Kamu pernah datang ke ruang guru dan memasangkannya ke rambutku?” ucapnya. Menyimpulkan. Hanya tebakan sebenarnya.

“Benar!!!”

“Tapi ..., apa yang kamu lakukan di sana waktu itu?”

Gojo berkacak pinggang dengan satu tangan.
“Sepertinya kamu tahu kalau waktu itu akan ada penyihir yang datang membasmi kutukan?” katanya. Ia menaikkan satu alis.

“Iya, aku tidak sengaja pernah mendengar percakapan kepala sekolah saat dia menelpo.”

“Oh? Kebetulan yang menarik.”

Gojo memainkan ujung rambut bergelombang milik gadisnya dengan tangan kiri. Melilit jari telunjuknya dengan rambut halus itu. Kemudian, ia mengangkat beberapa helai rambut [Name] lalu menciumnya.

“Waktu itu aku datang memeriksa di sana karena lampu di ruangan itu masih menyala. Awalnya aku tidak mengenalmu, bahkan energi kutukanmu juga. Saat ingin membangunkanmu, aku melihat wajahmu dan bermain-main sebentar.”

Gojo kembali mencium ujung rambut [Name]. Tangan kanannya menggenggam tangan si gadis. Mengangkat tangan mungil itu dan menempelkan telapaknya ke wajah rupawan si surai putih.

“Laluuuu karena pagi sebelum malam itu aku membeli jepitan rambut. Kupasang saja di rambutmu, karena aku tidak mungkin memakainya.”

“Untuk apa kamu membelinya kalau tidak di pakai?”

“Firasatku mendorong untuk membeli jepitan rambut itu, kucing kecil.”

[Name] tersenyum. Ia sedikit berjinjit. Gojo dengan segera membungkukkan tubuhnya karena tahu gadisnya akan kesulitan. Si gadis mengelus-elus puncak kepala Gojo dengan usapan lembut.

“Terima kasih,” ujar [Name].

Perlahan. Meski tidak begitu terlihat. Wajah si surai putih tampak melunak. Ia tersenyum senang. Lalu, ia dengan cepat memeluk [Name] cukup erat.

“Ne, aku mau masak buat makan malam. Lepasin, ya?”

Gojo tak menghiraukan perkataan sang gadis. Dia mengangkat [Name]. Kemudian, menggendong layaknya karung beras dan berjalan keluar dari ruang ganti baju.

Tubuh mungil gadisnya dibanting ke atas ranjang. Gojo mengurungnya. Mencengkeram kedua pergelangan tangannya menggunakan tangan kanan. Kaki Gojo berada di antara kaki [Name]. Sehingga si gadis tidak bisa terlepas dari kurungannya.

“Kamu mau ap--”

Ucapannya terhenti kala merasakan benda kenyal tertempel di bibirnya. Gojo menciumnya dengan lembut. Mengisap bibir bawahnya dan kadang menggigit. [Name] menutup mata, mulai menikmati permainan Gojo. Cengkeraman si surai putih pada kedua pergelangannya dilepas. Tangan pria itu kini berada di belakang kepalanya. Mendorong. Hingga memperdalam ciuman mereka. Kedua tangan [Name] lantas melingkari leher Gojo. Lalu, tangan kirinya mengelus pipi si pria dengan gerakan halus. Ciuman mereka lalu terlepas saat [Name] mulai kehabisan napas. Ia menghirup udara untuk mengisi paru-parunya. Terengah-engah. Bibirnya berkilat karena ciuman tadi.

Gojo tidak berhenti. Saat melihat gadisnya mulai tenang. Ia kembali melakukan kegiatannya. Kini dia mencium leher beraroma harum milik gadisnya. Meninggalkan bekas merah keunguan setelah dihisap dan digigit.

“Satoru ...,” panggil [Name] dengan nada lirih. Pria itu menghentikan kegiatannya. Lalu, menatap netra gadisnya yang tampak sayu.

“Aku lapar. Berhenti dulu, ya?” katanya. Meminta dengan suara yang mengalun halus. Karena jika ia meminta dengan arogan pada Gojo. Pasti pria itu tidak akan pernah mau menurut.

“Baiklah.” Gojo dengan berat hati melepas [Name]. Membiarkan gadis itu turun dari ranjang dan berjalan ke arah pintu kamar. Gojo mengikut di belakang. Tangannya dengan iseng menarik-narik rambut [Name]. Sayangnya, gadisnya merasa tidak terganggu. Itu membuat Gojo mengerucutkan bibir dan mengernyit kesal karena diabaikan.

“Oh iya! Apa Megumi sudah kembali ke asramanya?” tanya si gadis. Lalu, menoleh ke belakang. Melihat ke arah Gojo yang menjulang tinggi.

“Aku sudah memintanya kembali.”

Si gadis menganggukkan kepala. Ia lantas mengambil apron. Memasangnya di tubuh dan meminta bantuan Gojo untuk mengikatnya dari belakang. Lalu, memulai kegiatan memasaknya.

Si gadis berjalan menuju sekolah. Saat gedung bertingkat dua itu mulai terlihat. [Name] dapat mendengar suara berisik para siswa dari lapangan dan kelas-kelas yang gedungnya berada di dekat jalanan. Bel masuk sudah berbunyi tiga puluh menit yang lalu. Dan sang gadis masih berjalan santai menuju gerbang.

“[Name]-chan-sensei!!!”

[Name] berhenti melangkah. Ia kenal dengan suara yang meneriaki namanya. Namun, ia  jadi kurang yakin setelah mendengar panggilan yang baru ia dengar. Apa itu panggilan baru? batin gadis itu.

Ia membalikkan tubuh. “Satoru? Bukankah kamu sudah berangkat tadi?” tanyanya.

[Name] menatap Gojo. Sang pelaku yang memanggilnya dengan panggilan baru. Menatap pria itu dengan pandangan bertanya.

“Kamu lupa memakai ini.”

Gojo menunjukkan jepitan rambut pada gadisnya. Dia mengejab. Beberapa saat kemudian tersenyum lalu terkekeh pelan. Gojo mengejarnya hanya untuk memberikan jepitan rambut yang lupa [Name] pakai.

Pria itu melepas bandana berwarna putih yang dipakai [Name]. Lalu, memasangkan jepitan rambut itu di telinga kirinya. Gojo kembali mengangkat beberapa helai rambut [Name], menciuminya selama beberapa detik dengan mata tertutup dari balik kain hitam.

“Arigato,” ucap si gadis. Ia mengangkat tangan kanan. Berjinjit lalu mengelus pipi Gojo dengan gerakan pelan.

“Satoru, kamu harus pergi sekarang 'kan? Nanti Yaga-sensei marah kamu belum sampai di sana, loh,” ujarnya lagi. Melepas sentuhannya di pipi Gojo. Pria itu mengerucutkan bibirnya.

“Terlambat beberapa menit tidak masalah 'kan?”

Si gadis melebarkan senyum hingga matanya tertutup. Lantas menjawab, “Um.”

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top