⅌ Chapter 27 : ⊰ Chase.
⅌ Bab 27 : Chase.
[ Kejar ]
By Ann♡
.
· · ────── ·𖥸· ─────── · ·
[Name] berlari melewati Remi yang tengah mengangkat satu nampan berisi tiga minuman dingin di atasnya. Gadis cantik itu menatap kepergian [Name] dengan senyuman kecil.
[Name] melompati pagar rumahnya. Kemudian kembali berlari, mencari keberadaan Gojo yang entah berada di mana sekarang. Gadis itu terus berlari hingga jauh dari rumahnya. Sekarang ia berada di tempat yang lewati banyak orang.
Seraya berlari. dadis itu merogoh saku. Mengambil ponselnya lalu mencari kontak nomor milik Gojo. [Name] menghubunginya, berharap pria itu mengangkat panggilannya.
Di sisi lain, Gojo yang asik menjahili murid-muridnya menjadi merasa sedikit terganggu dengan suara ringtone dari ponselnya. Pria itu lalu merogoh saku, mengeluarkan benda pipi itu dan melihat nama kontak yang menghubunginya.
Dari balik kain hitam. Gojo sedikit membulatkan mata, ia dengan segera mengangkat telepon dari [Name]. Suara sambungan telepon terdengar, lalu di susul suara lembut yang ia nantikan selama seminggu ini.
“Satoru?”
“[Name]?”
Gojo terdiam. Mendengar suara gadisnya yang terengah-engah lewat telepon. Pria itu lalu menaikkan satu alis, bertanya-tanya dalam hati apa yang dilakukan gadisnya hingga terdengar lelah seperti itu. [Name] merasa lega, ia berhenti berlari. Menarik napas lalu menghembuskannya. Jantungnya masih berdetak kencang, menggema sampai terdengar oleh telinganya sendiri.
“Aku ingin menemuimu,” ucap [Name] setelah nafasnya kembali stabil.
“[Name], aku--”
“Kumohon! Aku ingin menemuimu sekarang!!”
Gojo di seberang sana tersenyum. Padahal dirinya ingin mengatakan di mana lokasinya berada sekarang, tapi [Name] terdengar tidak sabaran dan malah memotong ucapannya tadi.
“Kenapa? Kamu rindu padaku?” tanya Gojo iseng.
“Iya!”
Gojo menjauhkan ponselnya dari telinga. Lalu menatap pada benda pipi itu dengan pandangan yang tidak diketahui karena matanya tertutupi kain hitam.
“Satoru?”
“Tunggu sebentar. Aku akan ke sana sekarang.”
Gojo menutup sambungan teleponnya secara sepihak. Tanpa bertanya pada [Name] terlebih dahulu lokasi gadis itu sekarang.
“Dia menutup teleponnya begitu saja? Dia memangnya tahu aku di mana sekarang?” [Name] memandangi ponselnya dengan alis mengernyit.
[Name] lalu menggeleng. Memasukkan kembali ponselnya dalam saku dan berlari pulang ke rumahnya. Mungkin saja, Gojo akan menemuinya di sana.
Remi yang sedang asik mengobrol dengan Sengoku menjadi kaget setengah mati melihat kedatangan tiba-tiba Gojo.
“Yo! Halo minna-san!! Di mana [Name]?” ucap Gojo menyapa dengan ramah. Kain hitam telah terganti menjadi kacamata hitam sebelum ia teleportasi ke rumah [Name].
Pria itu berusaha tidak menunjukkan rasa tidak sabarnya di depan teman [Name]. Gojo dengan sabar menunggu Remi membuka mulutnya.
“Eeh ... [Name]-chan tadi keluar karena ingin mencarimu,” jawab Remi.
“Oh! Kalau begitu aku pergi dulu!!”
Gojo berjalan ke arah tangga, menuruninya dengan langkah cepat lalu mengambil langkah lebar menuju pintu keluar rumah [Name].
Di sisi lain, [Name] masih berlari menuju ke arah rumahnya. Ia berhenti berlari karena kelelahan, tepat di depan taman kosong area sana. [Name] menumpuh tubuhnya dengan memegangi kedua lututnya.
“[NAME]!!”
Gadis yang dipanggil mendongak. Mendapati Gojo berdiri dari jarak yang cukup jauh darinya. [Name] segera menegakkan tubuhnya.
“Satoru ...,” lirihnya.
Gojo segera melesat tepat di depan [Name]. Gadis itu mendongak ke arahnya dengan wajah terkejut. Gojo diam-diam merasa senang karena akhirnya dirinya bisa melihat wajah [Name] setelah seminggu lamanya.
Gojo berdehem. Memasukkan kedua tangannya dalam saku bajunya.
“Jadi? Ada ap--”
Ucapannya terhenti saat [Name] tiba-tiba memeluk lehernya dengan erat. Gojo sampai membungkuk sedikit karena harus menyesukaikan tinggi [Name] yang jauh di bawahnya.
“[Name], kamu kenap--”
“Maaf!!”
Pria itu menyinggungkan senyuman. Tangan kanannya keluar dari dalam saku, lalu memegang belakang kepala [Name] untuk mendorongnya semakin tenggelam ke dalam lehernya.
Pelukan itu terjadi selama beberapa saat. Keduanya tidak mengatakan apapun dan malah berbagi kehangatan. Gojo mengeluarkan tangan kirinya, kemudian memeluk pinggang [Name].
“Jadi? Untuk apa permintaan maafmu?”
Gojo bertanya. [Name] lalu melepaskan pelukannya dari Gojo sehingga membuat lelaki rupawan itu sedikit mengernyit tidak terima. Tapi, ia tidak melayangkan protes.
“Maaf ... karena telah memintamu menjauhiku. Itu ... seharusnya aku tidak memintamu melakukan hal itu, seharusnya aku juga memikirkan perasaanmu waktu itu, maaf ....”
Raut wajah Gojo berubah. Tangan kanannya terangkat menyentil kening [Name] sedikit keras. Hingga gadis itu menutupi keningnya dengan satu tangan.
“Jadi? Kamu ragu dengan keputusanmu sendiri saat itu?”
Gojo meletakkan kedua lengan besarnya di atas pundak [Name] sebagai tumpuan. Pria itu membungkuk, menyamai tingginya dengan [Name].
“Aku baru sadar ... setelah kamu benar-benar menghilang,” jawab [Name] lirih.
“[Name], kamu harus yakin dengan keputusanmu sendiri. Aku bahkan sampai menurunkan diriku sendiri untuk mengikuti permintaanmu yang ternyata hasil dari keputusanmu yang ragu. Kamu tidak memikirkannya dengan matang 'kan?”
[Name] menganggukkan kepalanya sebagai respon dari pertanyaan Gojo.
Gojo lalu memasang senyuman kembali.
“Baiklah! Jadi? Sekarang? Apa yang kamu inginkan?”
“Itu ....”
“[Name], aku tidak akan menerima permintaanmu jika itu tidak dipikirkan matang-matang, loh.”
[Name] menggigit bibir bawahnya. Dengan pupil mata bergetar, ia mengangkat kepala menatap Gojo.
“Jangan menjauhiku lagi. Aku tidak mau itu terjadi ...,” ucap [Name]. Ia menundukkan kepala.
“Yakin? Kenapa?”
“Aku cinta kamu.”
Dari balik kacamata hitam. Gojo mengerjabkan mata. Entah senyuman yang menggambarkan apa yang ia pasang di wajah rupawannya sekarang. Selama beberapa detik, tidak ada yang berucap dari mereka.
[Name] kembali melihat ke arah Gojo. Manik hitamnya membulat saat merasakan bibirnya di cium secara tiba-tiba oleh Gojo.
Pria itu mendorong belakang kepala [Name] guna memperdalam ciuman mereka. Gojo menyesap bibir yang sudah ia tidak cicipi selama seminggu dengan lembut. [Name] membalas ciumannya.
Tautan mereka terlepas, [Name] mengambil nafas sebanyak-banyaknya. Sementara Gojo, ia terlihat biasa-biasa saja.
“Baiklah!! Aku tidak akan menjauhimu lagi,” ujar Gojo. Kemudian, mencium kening [Name] dengan cepat.
Gadisnya tersenyum senang. Binar di manik hitamnya kembali bersinar.
“Um.”
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top