⅌ Chapter 23 : ⊰ Listen Me.

⅌ Bab 23 : Listen Me.
[ Dengarkan aku ]
By Ann♡
.
· · ────── ·𖥸· ─────── · ·

A moment ago ....

“Mitsuki [Name]? Aku kenal gadis itu. Dia juniorku saat di universitas.” Fuyumi berdiri di depan Ayahnya seraya menatap bingung. Kenapa sang Ayah menyinggung juniornya?

“Ayah dapat informasi ... kalau Mitsuki [Name] adalah kekasih Gojo Satoru.”

Netra Fuyumi membulat. Ia mundur selangkah hingga suara high heelsnya bertemu lantai terdengar cukup keras. Alisnya mengerut. Tampak marah.

“Ayah ... bercanda 'kan?” tanya Fuyumi dengan nada tidak percaya.

“Ayah pikir kau harus menyerah.”

Di masa lalu, Fuyumi pernah sekali bertemu dengan Gojo saat pria itu pergi menemui para petinggi. Waktu itu umurnya masih remaja. Ia melihat Gojo datang bersama temannya. Pria bersurai hitam berponi aneh. Geto Suguru.

Kala itu, ia menghentikan langkah. Menatap pada Gojo saat pria itu tertawa lepas bersama Suguru. Bahkan kacamata hitamnya terlepas. Sejak saat itu, Fuyumi mulai memikirkan Gojo Satoru. Senyumnya yang manis. Ia yang ceria. Sayangnya, itu adalah pertemuan pertama tanpa Gojo yang mengenali dirinya.

.
.

“Tunggu.” Fuyumi menarik ujung lengan panjang pakaian Gojo. Membuat pria itu menoleh ke arahnya.

Pupil matanya bergetar, jantungnya berdetak kencang, bahkan Fuyumi bisa mendengar detakan itu sendiri dengan jelas. Ia mendongak ke atas. Menatap Gojo. Kemudian, manik mata tanpa sengaja mendapati [Name] yang masuk ke dalam restoran. Wanita itu kenal dengan rupa si gadis. Karena saat kuliah, Fuyumi kadang melihat ke arahnya.

[Name] menoleh ke arah mereka. Binar mata gadis itu tampak terang kala melihat ke arah Gojo. Hal itu lantas membuat Fuyumi membulatkan mata.

Tidak ... ini tak boleh. Aku yang mengenalnya duluan!! batin Fuyumi panik.

Dia menginginkan Gojo. Itu adalah alasan ia meminta pada Ayahnya untuk mengatakan pada para petinggi bahwa dia membutuhkan Gojo sebagai penjaganya. Dengan begitu. Mungkin. Ia bisa dekat dengan Gojo.

Sayangnya semua terlambat. Gojo sudah memiliki seseorang. Terlebih saat pria itu bersifat dingin padanya. Sudah tak ada lagi tempat untuknya menyelinap. Fuyumi ... tidak memiliki kesempatan apapun, bahkan sejak awal.

Pemikiran itu mendorong Fuyumi untuk mencium Gojo. Ia menolak pikirannya jika tak ada kesempatan untuknya lagi. Masih ada cara lain. Menghancurkan hubungan Gojo dan [Name] adalah caranya.

“... [Name] ....”

Gadis yang dipanggil mundur selangkah ke belakang. Gojo yang melihat pergerakan dari gadisnya semakin membulatkan mata. Ia segera melangkah mendekat, tapi gerakannya terhentikan oleh kedua bodyguard Fuyumi yang menahan kedua lengannya.

“Huh? Kalian bercanda?” Suara yang direndahkan membuat dua bodyguard Fuyumi merinding. Namun, itu tidak membuat mereka melepaskan pegangan pada lengan Gojo.

Manik mata si surai putih kembali melihat ke arah [Name] berdiri. Ia mendecih saat tidak mendapati gadisnya di sana. Matanya kemudian mengedar. Mencari. Kemudian, ia mendapati [Name] yang sudah berlari keluar dari restoran.

Raut wajah Gojo berubah. Dingin. Itu membuat kedua bodyguard milik Fuyumi melepas pegangan tangan mereka dari lengan Gojo dengan ragu.

Suasana restoran yang awalnya berisik karena tawa sekarang berubah menjadi sebuah bisik-bisikan. Gojo melangkah mendekat ke arah Fuyumi yang sudah berdiri. Langkahnya tegas. Penuh perhitungan dan itu mengerikan.

“Gojo-san!!” Fuyumi berlari ke arahnya. Tanpa tahu keadaan. Kedua tangan wanita itu kemudian melingkar di lengan kanan sang surai putih. Gojo dengan cepat menarik tangan kanannya, kemudian tangan kirinya terangkat mencekik leher Fuyumi.

“Apa maksudmu melakukannya tadi, huh?” tanya Gojo dengan nada rendah. Cekikannya semakin keras di leher Fuyumi.

Orang-orang di sekitar mereka diam memerhatikan. Tidak ada yang menghentikan. Kedua bodyguard Fuyumi pun juga hanya diam. Terlalu takut dengan aura yang dikeluarkan Gojo sekarang.

Wajah gadis itu perlahan membiru. Kedua tangannya hendak mencengkram tangan kiri Gojo yang mencekiknya, tapi terhentikan oleh mugen milik si pria.

“Aku bisa membunuhmu sekarang juga, tapi mengotori tanganku dengan darahmu sekarang tidak penting. Menyiksamu juga tidak akan menghiburku.”

Gojo melepas cengkramannya pada leher Fuyumi. Gadis itu jatuh ke lantai. Ia dengan rakus menghirup udara untuk mengisi paru-parunya.

“Ijichi, bawa wanita ini ke tempatmu. Ada banyak hal yang harus kau tanyakan padanya. Aku serahkan padamu.”

“H-ha'i.”

Gojo berbalik. Memasukkan kedua tangan dalam saku, lalu melangkah menjauhi Fuyumi yang masih duduk di lantai. Mata wanita itu memerah, perlahan penglihatannya mengabur karena air mata. Berpikir, sebenci itu 'kah Gojo pada dirinya? Tidak. Gojo hanya tidak menyukainya. Terlebih setelah tindakan bodoh yang ia lakukan tadi. Apalagi, Fuyumi melakukannya di depan kekasih Gojo.

“Ah iya!!”

Gojo membalikkan tubub. Jari telunjuknya terangkat naik menggunakan tangan kanan. Bergoyang-goyang di udara sebentar. Lalu tangannya kembali masuk ke dalam saku saat raut wajahnya mengeras lagi.

“Kalau hubunganku dengan [Name] rusak karenamu ... aku akan membunuhmu lalu membantai keluargamu. Paham?” Suara Gojo terdengar merendah. Namun, cukup ceria. Tanpa mendengar jawaban Fuyumi. Ia kembali melanjutkan langkah. Mengejar sang gadis yang sudah jauh keberadaannya.

🍁 ˚. ୭ ˚○◦˚ 🍁 ˚◦○˚ ୧ .˚ 🍁

[Name] mengusap lengan kanannya dengan tangan kiri. Ia merutuki kebodohannya karena telah pergi begitu saja tanpa mendengarkan penjelasan Gojo. Si gadis tahu, meski Gojo itu brengsek. Ia yakin pria itu tidak akan merusak kepercayaan orang begitu saja.

“Ah ... aku lupa pamitan pada Remi ...,” lirihnya.

[Name] menoleh ke arah taman. Ada beberapa anak kecil yang sedang bermain di sana. Tampak bahagia. Gadis itu melangkah ke arah ayunan yang kosong di dalam area taman. [Name] mendudukkan diri di sana. Wajah yang memerah menahan tangis ia usap menggunakan punggung tangan. Si gadis lalu merogoh tas, mengambil ponselnya. Kemudian, mengirimkan pesan permintaan maaf pada Remi karena telah pergi tiba-tiba.

Ponselnya kemudian berbunyi dengan ringtone lagu sugar crash. Nama Gojo tertera di sana sebagai orang yang menghubunginya. [Name] menggigit bibir bawahnya. Bngung ingin mengangkat telepon Gojo atau tidak.

Meski ia merutuki dirinya sendiri karena pergi begitu saja dari restoran tanpa mendengar penjelasan Gojo. Sebenarnya itu hanya pemikirannya saja. Hatinya sekarang tidak ingin pikirannya mengetahui apa-apa soal kejadian tadi. Perasaannya terlanjur tersakiti, meski logikanya masih bisa berpikiran positif. Ia tidak bisa menyangkal kalau perasaanya sekarang tidak mendukung pemikiran positifnya.

Pada akhirnya, setelah ponselnya terus berdering, [Name] memutuskan untuk mengabaikan panggilan Gojo. Ia memasukkan benda pipih itu ke dalam tas kecilnya. Untuk sekarang, [Name] hanya ingin sendiri.

“Kenapa tidak mengangkat panggilanku?”

Si gadis menegakkan tubuh. Ia berdiri lalu segera membalikkan badan, melihat ke arah belakang.

Di sana, ada Gojo yang memegang ponsel yang mengarah ke telinganya. Layar ponselnya menampilkan panggilan yang tidak diangkat. Gojo lalu memasukkan benda itu ke dalam sakunya. Pria itu melangkahi ayunan tempat [Name] duduk sebelumnya. Si gadis menunduk saat Gojo sudah berdiri tepat di hadapan.

Tangan Gojo terangkat, menyentuh pipi [Name]. Gadis itu tersentak kaget saat tangan besar Gojo menangkup pipi kanannya. Itu membuatnya bergidik.

“[Name] ... kamu mau mendengar penjelasanku?”

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top