⅌ Chapter 18 : ⊰ Go Home.

⅌ Bab 18 : Go Home.
[ Pulang ]
By Ann.
.
· · ────── ·𖥸· ─────── · ·

"AYAH!! Lagi-lagi Gojo mengabaikan misinya untuk menjagaku! Dia itu kenapa, sih?!" teriak Fuyumi marah. Disusul suara gebrakan meja yang keras sehingga menggema di dalam ruangan yang sangat luas.

"Ayah akan urus ini. Kau tidak perlu khawatir," ucap Tanaka. Pandangan matanya menatap ke depan. Tidak menatap Fuyumi yang emosinya meledak-ledak.

"Kalau begitu urus sekarang!! Sial! Gojo itu kenapa suka seenaknya, sih!!"

"Kita tidak boleh gegabah dalam menindaki ini. Karena dia adalah Gojo Satoru," balas Tanaka tenang kemudian membalikkan badannya. "Fuyumi, kembalilah ke kamarmu sekarang. Ayah akan mengurus ini.”

Si wanita mengepalkan tangan dengan erat hingga urat-urat muncul di punggung tangannya. Manik coklat miliknya menatap Ayahnya dengan tatapan tajam. Beberapa saat kemudian, ia menghela nafas untuk menenangkan dirinya.

"Baiklah. Aku serahkan pada Ayah." Fuyumi menarik tas mahal yang sempat tergeletak di atas lantai. Lalu, berjalan keluar ruangan.

"Aku akan pergi belanja dengan temanku. Sampai jumpa, Ayah!!" ujarnya. Ia melambaikan tangan. Hingga tubuhnya menghilang dari balik pintu.

Tanaka memijit pelipis. Memikirkan berbagai cara untuk membuat Gojo mau menjaga putrinya. Ia menoleh pada sekretaris yang sedari tadi berdiri di samping. Layaknya patung. Menonton perdebatan Ayah dan anak tadi tanpa merasa terganggu sebab sudah terbiasa.

"Panggilkan Gojo kemari."

Sekretaris bergender wanita itu membungkukkan badannya. Lalu berkata, "Maaf, Tanaka-sama. Tuan Gojo sedang berada di tempat lain sekarang dan ia tidak ingin dihubungi."

"Sial!"

.
.

"Nanami~ cerita sesuatu yang seru, dong. Aku bosan, nih." Gojo menengadah ke atas. Melihat langit-langit kamar hotel mewah yang ia tempati selama menjalankan tugasnya. Sudah lima hari terlewati. Hari ini adalah hari terakhir ia berada di sini. Besok dia akan kembali ke Tokyo. Menemui sang kekasih hati yang telah menunggunya selama seminggu.

Daripada itu ... kenapa dia tidak pernah meneleponku? batin Gojo. Ia melihat ke arah mantan adik kelasnya. "Nanami, apa [Name] pernah menelponmu?"

"Ha'i. Dia menelponku kemarin."

"Cih."

Gojo merogoh sakunya, mengambil ponsel kemudian mencari kontak milik [Name]. Jarinya berhenti saat hendak menekan nomor ponsel gadisnya. Entah kenapa. Ia tetiba ragu untuk menghubungi sang gadis. Dan berakhir hanya menatap layar itu selama beberapa saat. Kemudian, Gojo memasukkan kembali benda pipih itu ke dalam saku baju. Dengan malas menyandarkan dirinya ke sandaran sofa.

"Gojo-san," panggil Nanami.

"Apa?"

"[Name]-san mengkhawatirkanmu. Itu alasannya dia menelponku kemarin," ucap Nanami seraya membalikkan halaman koran pagi yang ia baca sejak tadi.

"Kenapa bukan dia sendiri yang menelponku?" tanya Gojo dengan suara rendah.

"Kalau itu aku tidak tahu. Kau bisa tanyakan padanya besok."

.
.
.

Di sisi lain. [Name] melangkah menuju ke Gym. Setelah sampai, ia membuka pintu, masuk ke dalam, kemudian menutup pintu kembali. Manik hitamnya mengedar. Menatap para anggota volly yang terlihat bersemangat hari ini. Kecuali, sosok berambut puding yang terlihat kelelahan saat sedang berlari mengelilingi Gym.

[Name] melangkah ke arah Kuroo yang terlihat memberikan perintah pada anggotanya untuk melakukan latihan selanjutnya. Sang kapten licik itu menoleh, mendapati sang guru sedang tersenyum padanya. Kuroo membungkukkan badan, menunjukkan rasa hormatnya pada guru favoritnya.

"Hmm ... kalau Kuroo-kun rajin seperti ini. Kurasa akan baik-baik saja kalau aku tidak mengawasi kalian," ucap [Name]. Matanya memperhatikan Kenma yang sudah sangat kelelahan.

Ia mengambil handuk lantas memberi benda itu kepada Kenma lalu menepuk-nepuk kepala pudingnya. Kemudian, [Name] kembali berdiri di samping Kuroo.

"Sensei, kurasa, anda tidak perlu terlalu memanjakan si Kenma. Entar dia keenakan," ucap Kuroo seraya berkacak pinggang.

"Tidak apa. Nekomata-sensei tidak lama lagi akan kembali. Aku hanya ingin menikmati waktuku selama mengawasi kalian."

"Sensei."

"Iya?"

"Kenma kemarin cerita. Kalau dia mendapati sensei terlihat sedih saat menjemputnya dari turnamen arcade. Katanya--"

"Oii!! Kuroo! Jangan santai-santai mentang-mentang situ kapten!! Latihan juga woeee!!!"

[Name] mengulum bibir. Kemudian menoleh ke arah Kuroo seraya menunjuk Yaku yang terlihat emosi. "Kuroo-kun, Yakkun sudah emosi, loh," ucapnya.

"Aah, aku akan latihan juga sekarang, sensei."

"Ganbatte ne!!"

Si gadis berjalan keluar dari area sekolah. Satu hari–tidak. Dua hari telah berlalu. Dirinya kembali menatap jari. Seharusnya hari ini. Sore ini. Gojo sudah kembali ke Tokyo sehabis menjalankan misi.

"Apa dia sudah sampai?" gumam [Name].

Pagi tadi. Nekomata-sensei sudah kembali. Berarti kemarin adalah hari terakhir ia mengawasi klub Volly. Itu cukup membuatnya sedih karena tidak lagi melatih mereka.

"Tapi ..., bukan berarti kamu tidak boleh datang dan melihat mereka bermain."

Ucapan Nekomata-sensei pagi tadi membuatnya kembali tersenyum riang. Apa yang dia katakan benar. Berhenti mengawasi bukan berarti tidak boleh melihat mereka lagi.

"Oi, kusso onna!!"

[Name] melangkah sedikit riang. Kadang ia melambaikan tangannya pada para murid yang melewati dan membungkukkan tubuh mereka sebagai sapaan.

"Oi!!!"

Seseorang menyentuh bahu kanannya. Sang gadis menoleh ke belakang, mendapati wajah Sukuna yang terlihat jengkel entah kenapa.

"Sukuna? Kamu kenapa ada di sini?" tanya [Name].

"Aku datang ke sini untuk menyapamu, sialan."

"Eh? Kalau begitu ... aku tidak butuh sapaanmu." [Name] dengan wajah polos menatap Sukuna yang terlihat semakin jengkel.

"Aku sedang berbaik hati. Sekarang, temani aku pergi makan."

"Kamu bisa memanggil pembantu setiamu untuk menemanimu pergi makan 'kan? Minta sama dia saja."

"Aku sedang marahan dengannya. Jadi, temani aku."

"Tidak mau."

Para murid yang awalnya ingin berjalan pulang menghentikan langkah kaki mereka untuk menonton guru mereka dan lelaki tampan penuh tato yang saat ini saling berdebat. Mereka masih saling berbalas ucapan. Smag gadis yang dengan santai menolak, sementara Sukuna yang tetap emosi memaksa [Name] untuk menemaninya. Para gadis muda berbisik-bisik. Melihat ketampanan Sukuna yang sangat rupawan. Meski dipenuhi tato. Itu menjadi ciri khasnya sendiri.

Kemudian, mata mereka teralihkan pada seorang pria yang lewat di depan mereka layaknya angin yang berembus lembut hingga menerbangkan beberapa helaian rambut mereka.

[Name] membuang napas. Meski pernah menjadi tetangga saat kecil dengan Sukuna. Gadis ini belum terbiasa dengan sifatnya yang keras. Tangan kirinya terangkat menyentuh tangan Sukuna yang mencengkram pundaknya erat hingga sedikit sakit.

"Aku tidak mau, Sukuna. Berhenti memaksaku--" Manik [Name] tetiba membulat. Ia berhenti berucap kala melihat lengan kekar yang tiba-tiba melingkari lehernya dan menyentil tangan Sukuna hingga lepas dari pundaknya.

Si gadis mendongak ke atas saat merasakan ada beban berat di atas kepalanya. Ia mengejab pelan. Mendapati wajah orang yang selama seminggu ini dirinya sangat rindukan.

"Satoru?"

"Bisa tidak kau tidak menyentuh milikku, Sukuna?"

Suara pekikan gadis terdengar. Gojo dengan kerennya mengatakan kalimat itu hingga membuat murid-murid perempuan yang menonton jadi terbawa suasana.

[Name] membalikkan tubuhnya hingga ia terlepas dari pelukan Gojo. Membuat si surai putih mengernyit dari balik kacamata hitam. Tidak menyukai tindakan [Name] yang menjauh darinya.

"Kapan ... kamu sampai?"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top