STARRAWS YOU | Trip to Wonderland by Anggrek_Jingga263

| A Fantasy Romance Fiction Story |

"Penulis pemula yang suka baca seri fantasi China." - The Rising Star, Anggrek_Jingga263

***

         Hai... Namaku Star, Starlight. Kedua orang tuaku memberiku nama ini dengan harapan, suatu hari aku akan bersinar terang seperti bintang dilangit malam. Sekarang umurku 24 tahun. Rambutku ikal kemerahan dengan tinggi badan 178 cm. Bola mataku berwarna abu-abu yang aku dapatkan dari Ayahku yang berasal dari Denmark. Saat aku masih kecil, aku tinggal di Denmark. Tapi sejak kedua orang tuaku meninggal, aku dibawa ke Indonesia oleh pamanku. Aku suka membaca buku, dan genre yang paling aku suka adalah fantasi. Kadang aku suka berkhayal ingin seperti Alice yang berpetualang seru di negeri ajaib. Andai saja aku bisa melakukan itu. Satu hal yang menjadi kelemahanku adalah aku phobia terhadap ruangan sempit. Karena itulah aku selalu menjauhi ruangan seperti itu.

          Hari ini adalah hari perayaan ulangan tahun dari perusahaan tempat aku bekerja. Dan hari ini aku datang ke acara ini bersama sahabatku, Nando. Nando menjadi pilihanku karena meskipun ada seseorang yang aku cintai namun aku tahu, aku tidak bisa memilikinya. Aku dan Nando bergandengan tangan berjalan menuju pintu masuk. Aku menyerahkan undanganku pada petugas di pintu masuk yang kemudian mempersilakan aku dan Nando untuk masuk. Aku kembali hendak menggandeng tangan Nando dan bersiap untuk masuk. Tapi, tepat saat aku hendak melangkah, aku menabrak seseorang yang berjalan disampingku. Tubuhku yang tidak seimbang membuatku meraih tangan orang yang aku tabrak agar aku tidak terjatuh. Untunglah, berkat orang itu aku tidak jadi jatuh. Karena takut jatuh aku menunduk sambil menutup mataku. Beberapa saat kemudian aku membuka mataku dan melihat sepatu mahal milik orang yang aku tabrak. Pada saat itu, perasaanku mulai was-was.

Astaga semoga saja orang ini bukanlah orang yang aku pikirkan. Pekikku dalam hati.

       Tapi sepertinya Tuhan tidak berpihak padaku. Saat akhirnya aku menatap wajah orang itu, aku langsung terkejut dan refleks melepaskan pegangan tanganku, lalu mundur dua langkah ke belakang

"Ma-maaf," ucapku terbata. Mati aku. Sial! kenapa aku harus menabrak orang ini sih?! Pake acara pegang tangannya segala lagi. Mau cari mati apa? Rutukku dalam hati. Sungguh, aku sangat ketakutan. Tapi aku berusaha untuk tetap tenang. Aku mengangkat kepalaku dan menatap pria yang ada di hadapanku saat ini. 

        Kalian harus tahu siapa yang aku tabrak. Orang itu adalah bosku. My Big Boss. Dia adalah orang yang paling anti terhadap sentuhan orang lain kecuali keluarganya sendiri. Dan yang paling tidak disukai adalah sentuhan dari seorang wanita. Semua orang tahu tentang hal ini. Semua karyawan di Perusahaan selalu berdiri jauh, sejauh dua langkah darinya. Namun, terlepas dari semua itu, aku menyukainya. Ya, orang yang aku cintai adalah bosku sendiri. Karena itulah, aku mengatakan kalau aku tidak bisa memilikinya.

         Kembali ke keadaanku saat ini. Aku masih berdiri tenang, menatap fitur sempurna milik bosku. Kuakui wajahnya sangat tampan dengan bola mata berwarna biru yang teduh dan menghanyutkan.

"Lain kali berhati-hatilah." Suara berat khas seorang pria diucapkan dengan lembut mampir di telingaku. Aku terpana.

       Rasanya ada yang salah. Tadi, jelas-jelas aku memegang tangannya. Tapi kenapa, Big bosku tidak mendorongku. Aneh kan? Aku menenangkan hatiku dan berkata, "Terima kasih Pak."

"Ya..." jawabnya, kemudian hendak melangkah pergi tapi lalu berbalik menatapku.

"Kamu tidak mau masuk," tanyanya kemudian. Aku melongo mendengar pertanyaannya itu.

"Saya mau masuk Sir," jawabku cepat. Aku langsung menghampiri Nando, kembali menggandeng tangannya dan bersiap untuk masuk. Tapi kali ini, giliran Big bosku yang berhenti. Matanya menatap lekat ke arahku. Tidak! Lebih tepatnya, ke arah tanganku yang saat ini menggandeng tangan Nando.

"Sir, perkenalan ini temanku namanya—" belum sempat aku mengakhiri kalimatku, Big bosku langsung pergi begitu saja.

"Apa yang terjadi dengan Big bos?" tanyaku tidak mengerti.

"Sepertinya dia cemburu." Nando membalas pertanyaanku. Aku langsung menoleh mendengar jawaban Nando.

"Aku tidak percaya. Sudahlah, ayo kita masuk," ucapku seranya menarik Nando masuk.

       Aku sangat menikmati pesta ini. Nando mengajakku berdansa dan kami pun berdansa. Saat hendak kembali ke tempat kami, seseorang menghalangi jalan kami. Aku ingin marah namun kata-kataku langsung hilang di tenggorokan. Karena orang yang menghalangi jalanku adalah Big bosku sendiri. Aku pun menatapnya dengan tatapan bingung.

"Maukah kau berdansa denganku...?" Suara berat khas seorang pria itu, kembali mampir di telingaku. Mataku membulat sempurna menatap pria yang berdiri di hadapanku saat ini. Dan reaksi pertamaku, aku ingin menolaknya. Bukankah ini membingungkan. Biasanya saat seorang wanita diajak berdansa oleh pria yang dia sukai, reaksi pertamanya adalah, ia langsung mengangguk setuju. Tapi tidak denganku. Aku ingin sekali menolaknya, karena dari tempat aku berdiri sekarang ini, aku bisa merasakan tatapan semua tamu undangan yang hadir. Tatapan menusuk, penuh kebencian dan rasa iri dari setiap wanita yang ada di sini. Jika aku menerimanya, mereka akan membenciku. Tapi jika aku menolaknya, mereka juga akan membenciku ditambah, mereka akan mengatakan kalau aku adalah wanita yang sombong. Karena itu, aku pun menerimanya.

"Baiklah," jawabku singkat. Tangannya yang hangat membungkus tangan kecilku. Rasa hangat menjalar sampai ke dalam hatiku. Jantungku berdegup kencang seirama langkah kakiku. Musik pun dimulai dan kami pun mulai berdansa. Di tengah dansa kami, aku mengangkat kepalaku menatap wajah tampan pria yang kini berdansa denganku itu.

"Jika kau ingin bertanya sesuatu, maka tanyakanlah. Tapi satu pertanyaan, satu jawaban. Tidak lebih," ucap Big bosku, seakan mengerti arti dari tatapanku padanya. Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Karena itu aku pun bertanya.

"Sir, dari sekian banyak wanita yang hadir di pesta ini, kenapa anda memilihku...?" tanyaku tidak mengerti.

"Karena kau adalah kau. Bukan orang lain," jawab Big bosku. Aku semakin bingung.

"Kenapa seperti itu?" tanyaku lagi.

"Ingat! Satu pertanyaan, satu jawaban. Sekarang nikmati dansa pertama kita ini." Setelah mengatakan hal itu, Ia kembali berfokus pada dansa kami. Mau tidak mau aku pun melakukan hal yang sama.

         Beberapa saat kemudian, lagu berhenti dan dansa pun selesai. Big bosku dengan tenang menggenggam tanganku, membawaku kembali pada Nando. Sebelum pergi, ia sempat memperingatkan sahabatku itu, untuk menjagaku. Ia juga mengatakan padaku, akan menjawab pertanyaan keduaku setelah pesta usai. Aku pun mengangguk mengiyakannya.

         Setelah kepergian bosku, aku merasakan tatapan para wanita yang penuh kebencian itu masih melekat padaku. Aku tidak ingin melayani mereka semua dengan semua kebencian itu. Karena itu aku pun memilih untuk pergi ke toilet. Aku menyadari kalau ada yang mengikutiku dari belakang tapi aku tidak peduli. Namun beberapa saat kemudian, mereka menyergapku dari belakang. Mulutku dibungkam dengan sapu tangan. Aku bisa mencium aroma obat bius. Perlahan-lahan kegelapan mulai menyelimutiku dan aku tidak ingat apa-apa lagi.

         Aku membuka mataku dan mendapati diriku berada di sebuah ruangan gelap. Aku berusaha mengembalikan fokusku dan teringat bahwa tadi aku pingsan, karena disergap oleh dua orang dalam perjalanan menuju toilet.

"Aku tidak bisa berada di tempat ini. Aku harus keluar," ucapku pada diriku sendiri

          Aku mulai mencari jalan keluar. Tapi saat hendak melakukan itu, mataku langsung tertuju pada  sebuah kotak hitam besar yang terletak di sudut ruangan gelap ini. Aku membukanya. Dan ternyata isinya adalah peralatan melukis, kuas dan cat lukis warna warni. Saat melihat kuas dan cat lukis itu, imajinasiku mulai berkembang. Aku membayangkan dengan kuas dan cat itu bisa melukis pintu ajaib menuju ke tempat lain.

           Aku pun mulai berkhayal, aku melukis sebuah pintu ajaib dan pintu itu membawa aku ke negeri ajaib yang dihuni oleh para peri dan putri duyung. Aku kembali tersadar dan berpikir bagaimana kalau aku melukis apa yang aku kahayalkan.  

          Aku pun menertawakan kebodohanku itu dan mulai melukis pintu di tembok yang ada di hadapanku. Lima belas menit kemudian, lukisan itu benar-benar jadi. Aku memandang takjub ke arah lukisan di dinding itu. Namun, tiba-tiba saja, angin bertiup kencang  dan aku melihat setiap garis dari lukisan pintu yang ada di dinding itu mulai memancarkan sinar yang menyilaukan. Aku pun menutup mataku. Dan setelah beberapa saat, aku kembali membuka mataku, lukisan yang sebelumnya hanyalah lukisan di dinding kini berubah menjadi pintu sungguhan.

         Aku terkejut sekaligus terpana. Melihat kembali ke arah dinding, aku memastikan kalau itu benar-benar ajaib. Kemudian aku memberanikan diriku melangkah mendekati pintu itu. Aku langsung membukanya dan melangkah melewati pintu itu. Aku bener-bener berada di Negeri dongeng! Sekitar seratus meter dari tempatku berdiri, ada sebuah air terjun yang jernih. Tinggi air terjun itu sekitar tiga puluh meter.

       Di bawah air terjun itu, ada danau yang cukup luas. Di pinggir danau itu ada berbagai jenis bunga. Dari yang kecil sampai yang besar dalam berbagai warna. Aku menatap rumput yang ada di kakiku. Rumput-rumput itu terlihat begitu lembut. Aku pun melepaskan high heels yang aku pakai. Benar saja, kakiku langsung menginjak rumput yang begitu lembut seperti kapas. Aku langsung bertingkah seperti orang gila. Aku berlari ke sana, ke mari lalu berputar. Bukan hanya itu saja, aku bahkan berguling-guling di atas rumput itu. Aku berputar-putar di antara bunga-bunga yang bermekaran. Menyentuh satu kelopak bunga dan mencium wangi bunga yang lain.

"Hai...." Ucap seseorang seperti sedang menyapa.

      Aku menoleh mengikuti arah suara panggilan itu. Di hadapanku ada seorang gadis yang sangat cantik. Tidak! Lebih tepatnya, ada seorang peri yang sangat cantik dengan sayap transparannya yang berkilauan seperti berlian saat terkena sinar matahari.

"Apa kau dari bangsa Duyung...?" tanya Peri itu antusias.

"Dunia Duyung? Bukan, aku dari dunia manusia," jawabku.

"Wow itu keren. Kamu tahu? Bangsa manusia sangat jarang datang ke dunia Peri. Tapi itu semua juga karena manusia tidak percaya adanya dunia Peri. Jadi, mereka tidak bisa ke sini," jelas Peri itu antusias. Lalu "Tapi, bagaimana kamu bisa sampai di sini? "

"Melalui pintu ajaib," jelasku seraya menoleh ke belakang, menunjukkan pintu ajaib itu. Tapi saat berbalik, aku tidak menemukan keberadaan pintu itu. "Hah..., dimana pintunya? Kenapa pintunya hilang?"

"Hei... Kamu tidak perlu khawatir. Ini dunia Peri. Saat kamu ingin kembali ke dunia manusia, pintu tadi akan muncul kembali."

"Apa bisa seperti itu?" tanyaku memastikan.

"Percayalah, itu memang akan terjadi," kata Peri itu meyakinkan. Aku pun tersenyum lega. Tapi sekarang aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan di tempat ini.

"Baiklah... Karena untuk sementara kamu akan terjebak di sini, maka ikutlah aku, dan aku akan membawamu berkeliling di Negeri Peri-ku yang indah ini. Bagaimana? Apa kamu mau?"

"Iya..." jawabku cepat.

"Bagus. Ayo pergi...!" ajak Peri cantik itu semangat. Ia pun langsung terbang ke langit, meninggalkanku dalam kebingungan.  Beberapa saat kemudian peri cantik itu kembali turun.

"Astaga maafkan aku. Aku lupa kalau kamu seorang manusia. Jadi kamu tidak bisa terbang.. Oh iya, namaku Ella. Aku seorang Peri bunga."

"Tidak apa-apa .Namaku Starlight. Kau bisa memanngilku Star," ucapku memperkenalkan diri.

"Baiklah Star, ayo. Tempat pertama yang kita kunjungi adalah toko sayap buatan."

"Toko sayap?"

"Iya. Kita harus menemukan sayap untukmu, agar mempermudah perjalanan kita."

        Setelah mengatakan kalimat itu, Peri Ella menggenggam tanganku dan membawaku terbang ke langit. Lima belas menit kemudian, kami sampai di depan sebuah toko.  Pertama kali aku masuk ke dalam toko itu, aku disuguhi pemandangan sayap-sayap peri yang dipajang dengan rapi di setiap rak dan juga di dinding. Pemilik tokonya adalah seorang pria paruh baya yang sangat ramah. Semua sayap yang dipajang di toko itu sangat indah. Tapi, satu yang membuatku terpesona adalah sepasang sayap capung yang memantulkan warna pelangi saat terkena cahaya.

           Tanpa basa-basi aku langsung berjalan menuju sayap itu. Pria paruh baya pemilik toko sayap itu langsung memuji pilihanku. Ia secara pribadi menurunkan sayap itu dan memakaikannya di belakang punggungku. Bukan cuma itu saja, Ia juga yang membantuku belajar terbang menggunakan sayap itu. Dan hasilnya, aku belajar dengan cepat dan bisa mengendalikan sayapku sendiri.

            Aku begitu bahagia, terbang menggunakan sayapku di dalam toko itu. Tapi kemudian aku ingat, kalau aku tidak memiliki uang untuk membayar sayap yang aku pakai saat ini. Untunglah pemilik toko itu itu sangat baik. Ia memberiku sayap itu secara cuma-cuma dan mengatakan, kalau sayapku itu ada sayap spesial. Sayap itu adalah sayap berakhir yang dirancang oleh istrinya sebelum ia meninggal. Bukan hanya itu saja. Sayap itu juga memiliki kekuatan sendiri dimana Ia hanya dipakai oleh orang yang ditakdirkan. Banyak peri yang datang ke tempat itu pernah mencobanya. Tapi, mereka tidak bisa. Namun saat aku mencobanya, itu langsung cocok denganku. Karena itu ia memberikannya padaku secara gratis. Aku mengucapkan banyak terima kasih kepada pemilik toko itu lalu bersama Ella kami terbang menuju tempat tujuan pertama kami.

            Tempat tujuan pertama kami adalah taman bunga. Peri Ella mengatakan, kalau taman bunga itu milik keluarga peri kupu-kupu. Dia juga mengatakan kalau semua tanaman yang ada di taman itu berasal dari seluruh penjuru Negeri Peri. Saat sampai di taman bunga itu, aku benar-benar terpesona pada setiap bunga-bunga yang ada di sana. Aku melakukan apa yang dilakukan oleh para Peri lain. Yaitu, terbang dari satu kuncup bunga ke kuncup bunga yang lain menyentuh dan mencium wangi bunga-bunga itu.

              Tempat selanjutnya adalah taman air mancur. Taman air mancur itu milik keluarga Peri air. di taman itu sering dilakukan atraksi air mancur dan kami datang di waktu yang sangat tepat. Atraksi air mancur baru saja dimulai. Atraksi air mancur ini bukan hanya memperlihatkan atraksi air mancur saja, tapi juga atraksi para peri kecil yang menari diantara percikan air mancur. Itu terlihat sangat menakjubkan. Aku benar-benar terpesona. Selesai menyaksikan atraksi air mancur, Peri Ella mengajakku ke kolam Suci para peri. Dari penjelasan Ella aku akhirnya tahu apa itu kolam Suci para Peri. Kolam suci digunakan oleh para peri  untuk ritual  pemberian  sayap bagi bayi peri yang baru lahir.

               Menurut Ella, bayi peri yang baru lahir tidak memiliki sayap. Karena itulah mereka harus melakukan ritual  pemberian sayap di kolam Peri. Sampai di sana, lagi-lagi keberuntungan berada di pihakku. Pada saat ini, ada sebuah keluarga yang baru melahirkan bayi dan datang ke kolam Suci untuk ritual pemberian sayap. Ritual pemberian sayap itu sangat sederhana. Bayi Peri yang baru lahir diletakkan di dalam kolam selama lima menit sambil menunggu kuncup dari bunga Pohon suci mekar dan mengeluarkan serbuk sari yang berwarna emas dan menghujani tubuh bayi Peri di dalam kolam suci. Beberapa saat kemudian, cahaya berkilauan terpancar dari tubuh bayi itu. Setelah cahaya itu menghilang, bayi Peri itu keluar dari kolam suci dengan sepasang sayap indah di punggungnya. Itu sangat menakjubkan.

            Setelah melakukan ritual pemberian sayap, keluarga beserta para hadirin pun langsung pergi. Aku berjalan mendekati kolam Suci dengan rasa penasaran.

"Ella... Bolehkan aku menyentuh air kolamnya...?" tanyaku antusias.

"Aku tidak tahu. Tapi jika kamu hanya menyentuhnya saja, aku rasa tidak apa-apa."

           Mendengar jawaban Ella, aku pun memberanikan diriku untuk menyentuh air kolam Suci itu. Tapi, saat aku menyentuhnya, aku merasa seperti ada magnet yang menarikku ke dalam kolam dan aku pun jatuh ke dalam kolam itu. Suara teriakan Ella-lah yang terakhir aku dengar. Karena setelah itu, aku tidak mendengar apa-apa lagi. Untunglah, itu tidak memengaruhi penglihatanku. Karena itu, aku bisa melihat dengan jelas saat bunga dari pohon Suci mengeluarkan serbuk sarinya padaku dan memulai ritual pemberian sayap. Entah kenapa, tiba-tiba saja aku merasa ada yang berbeda dengan tubuhku. Sebelumnya, aku merasa terhubung dengan sayapku. Tapi sekarang aku benar-benar merasakan kepalan sayapku dan tubuhku juga terasa ringan dan berenergi.

            Beberapa saat kemudian, aku merasa ada gelombang air dari dalam kolam suci mendorongku keluar. Tepat pada saat itu, aku akhirnya keluar dari kolam.

"Star... Apa kamu baik-baik saja...?" tanya Peri Ella padaku. Ia terbang mendekatiku dengan wajah khawatir.

"Aku baik-baik saja. Malah sekarang aku merasa sangat berbeda tubuhku..." belum sempat aku mengakhiri kalimatku,  Peri Ella langsung memotong pembicaraanku.

"Star... Lihat sayapmu... Kau memiliki sayap sejati yang dimiliki seorang Peri. Dan, ya Dewi... Kau juga  memiliki kemampuan sihir para Peri," kata Peri Ella antusias. Aku terpana.

"Apa yang kamu katakan?" tanyaku sedikit tidak percaya.

"Lihat ini..." Peri Ella membuat sebuah cermin dengan sihir Peri-nya. Setelah itu ia membawaku ke depan cermin itu. Saat aku menatap ke dalam cermin itu, aku langsung terkejut sekaligus terpana Peri Ella benar, sayapku berubah. Pantas saja aku merasa berbeda setelah keluar dari kolam suci.

"Peri Ella, kamu bilang sekarang aku memiliki kekuatan seorang Peri. Dari mana kau mengetahuinya?" tanyaku ingin tahu.

"Dari hiasan yang ada di kepalamu. Kamu memiliki hiasan rambut yang hanya dimiliki oleh orang yang memiliki semua kemampuan sihir para Peri. Dan hiasanmu ini juga hanya dimiliki oleh seorang Ratu." Pada kalimat terakhirnya, Peri Ella memelankan suaranya. Ia seperti ketakutan saat mengucapkan kalimat itu.

"Ada apa? Kenapa kamu terlihat ketakutan seperti itu?"

"Tidak ada..." Peri Ella sengaja mengelak.

"Peri Ella, kamu adalah satu-satunya sahabatku di negeri Peri ini. Jadi aku mohon jujurlah," ujarku sedikit tegas. Peri Ella terdiam sesaat lalu,

"Baiklah... Aku akan mengatakannya. Kamu tahu, di negeri Peri ini kedudukan sebagai seorang Raja ataupun Ratu tidak diwariskan tapi di takdirkan. Saat seorang bayi Peri Lahir, dan dia adalah Peri yang ditakdirkan, maka ia akan dibawa ke istana untuk diasuh dan diajarkan menjadi seorang  Raja atau Ratu. Cirinya adalah, memiliki kemampuan sihir dari semua kemampuan sihir para Peri," jelas Peri Ella padaku.

"Jadi, maksudnya saya..."

"Sttt... Jangan lanjutkan. Hal ini sangat sensitif di dunia Peri," ucap Peri Ella langsung menghentikan perkataanku. Aku mulai merasa ada yang salah karena itu, aku pun diam. Dengan sihirnya, Peri Ella langsung mengubah hiasan rambutku menjadi sama seperti miliknya. Aku pun diam membiarkan Peri Ella melakukan hal itu. Setelah itu kami pun meninggalkan kolam suci itu.

        Setelah menjauhi kolam Suci, Peri Ella mengajakku ke sebuah tempat yang cukup jauh dari keramaian. Di situlah ia menceritakan alasannya. Semua itu karena Ratu Peri saat ini selalu membunuh bayi Peri yang terlahir untuk menjadi Raja ataupun Ratu. Karena itu, saat seorang bayi Peri di bawa ke kolam suci, selalu ada prajurit Peri yang mengawasi. Aku ketakutan. Untunglah, saat aku masuk ke kolam tadi, para prajurit Peri yang mengawasi kolam suci sudah pergi. Jika tidak, aku mungkin langsung di bunuh saat itu juga.

         Peri Ella mengajakku mendatangi tempat-tempat yang indah di negeri Peri. Puas mengelilingi Kerajaan Peri, Peri Ella membawaku kembali ke tempat dimana aku pertama kali muncul. Sambil menunggu pintu ajaibnya muncul kembali. Peri Ella mengajariku menggunakan kekuatanku. Ia mengajariku menyegarkan bunga yang layu, memekarkan kuncup bunga, membekukan air, mengobati hewan atau tanaman yang terluka dan masih banyak lagi.

         Saat pintu ajaibnya muncul, aku pun terpaksa menghentikan kegiatan belajarku dan berpamitan dengan Peri Ella. Peri Ella menangis sedih.

"Negeri Peri menunggumu kembali," ucap Peri Ella sebelum pintu ajaib itu menutup sempurna. Aku membuka mataku lagi dan mendapati diriku berada dalam ruangan gelap dan sempit. Aku langsung ketakutan, karena aku phobia terhadap ruangan seperti ini. Jantungku berdegup kencang dan aku mulai menangis sambil meraba-raba mencari pintu. Beberapa saat kemudian aku menemukan pintu. Aku berteriak histeris sambil menggedor pintu itu,  sambil memanggil siapapun orang yang ada di luar pintu untuk membuka pintu. Aku terus menggedor pintu itu sampai tanganku terasa sakit. Saat aku mulai merasa lemah, aku mendengar suara dari luar memanggil namaku. Aku merasa senang akhirnya aku ditemukan oleh seseorang. Saat pintu itu benar-benar terbuka, aku menerobos keluar dan memeluk orang pertama yang aku lihat. Aroma parfum seorang pria menyusup ke hidungku dari orang yang aku peluk. Aku mendongakkan kepalaku aku dan mendapati wajah bosku dan itu adalah hal terakhir yang aku lihat sebelum aku kembali ditelan dalam kegelapan.

           Aku membuka mataku. Hal pertama yang aku lihat adalah langit-langit kamar berwarna putih. Aku menengok ke kiri dan ke kanan untuk mengenali ruangan ini. Wangi obat membuatku mengambil kesimpulan kalau aku sekarang berada di rumah sakit.  Di tanganku ada infus dan aku terbaring diatas ranjang rumah sakit.

"Kau sudah bangun...?" Aku terkejut mendengar sapaan itu. Refleks aku pun menoleh ke asal suara. Di atas sofa, Big bosku sedang duduk memegang ponselnya sambil menatapku intens. Jantungku berdegup kencang dan aku mengabaikannya. Aku masih menatap pria itu dan menunggu.

"Bagaimana perasaanmu?" tanyanya lagi seraya bangun dari sofa dan berjalan menghampiri ranjangku.

"Saya baik Sir. Maksud saya, saya merasa baik," Jawabku tenang.

"Syukurlah... Aku senang mendengarnya. Dan ya, aku juga sudah memecat kedua wanita itu."

"Hah... ?" Aku bingung.

"Aku sudah memecat kedua wanita yang menguncimu di gudang itu."

"Tapi kenapa anda memecat mereka Sir...?" Tunggu dulu. Kenapa Big bosku menggunakan aku-kamu saat berbicara denganku?

" Tentu saja karena mereka menguncimu di gudang itu."

"Tapi kenapa sampai harus memecat mereka. Saya hanya terkunci di gudang sa-"

"Itulah masalahnya. Karena kau adalah calon istriku."

"...?!"

"Iya. Kau adalah calon istriku."

"Sir...Apa Anda tidak salah? Kita tidak saling mengenal. Maksud saya, saya baru mengenal Anda baru tiga bulan ini lalu kenapa Anda mengatakan hal ini?"

"Kita tidak saling mengenal dalam tiga bulan, tapi sejak kita masih kecil."

         Setelah itu, Big bosku menceritakan pertemuan pertama kami saat di Denmark. Saat itu aku menolongnya dari bully-an anak-anak yang lebih besar darinya. Sejak saat itu kami berteman hingga kedua orang tuaku meninggal dan aku dibawa ke Indonesia oleh pamanku. Kami berpisah pada saat itu. Aku langsung melupakannya, sedangkan dia tetap mengingatku. Dia bahkan bersumpah akan menikahiku saat ia dewasa. Ia juga bersumpah, ia hanya bisa muncul di hadapanku saat ia sudah mapan. Perusahaan yang ada di indonesia, merupakan perusahaan miliknya sendiri yang ia bangun bersama sahabatnya. Sebelumnya, sahabatnyalah yang memegang perusahaan itu  sedangkan ia sendiri memegang perusahaan keluarganya. Tapi setelah adiknya lulus kuliah dan mengambil alih perusahaan keluarganya, ia pun ke Indonesia untuk mengambil alih perusahaan dari tangan sahabatnya. Ia membangun perusahaannya di Indonesia karena aku. Wow... aku merasa itu luar biasa. Aku mencintainya, dan ternyata dia juga mencintaiku. Bukankah itu sempurna.

"Star... Maukah kau berkencan denganku...?" tanya Big bosku diakhir ceritanya. Aku menatapnya dengan mata tidak percaya.

"Aku mau," jawabku menyembunyikan rasa bahagiaku. Ia mendekatiku lalu mengecup keningku. Setelah itu ia memelukku hangat. Saat ia melakukan hal itu, wajahku terasa panas. Aku menyembunyikan wajahku yang memerah dalam pelukannya.

          Aku memandangi bunga dalam vas yang ada di samping ranjang. Bunga itu sedikit layu dan itu adalah bunga pertama yang diberikan Raphael padaku setelah ia mengajakku berkencan. Ya, nama Big bosku adalah Raphael. Bunga yang begitu indah dan wangi saat aku menerimanya tadi, kini mulai layu. Aku turun dari ranjang dan mendekati bunga itu. Saat aku menyentuhnya, tiba-tiba saja, bunga  itu kembali segar dan aromanya semerbak. Saat itu juga pikiranku pun terbuka. Ya Tuhan apakah yang aku alami tadi itu bukan mimpi...?!

***END OF TRIP TO WONDERLAND***

K O L O M   N U T R I S I

1. Kalau kamu jd Star dan menemukan kuas ajaib yang bisa bikin apa pun yang kamu lukis jadi nyata, apa yang akan kamu lukis?

2. Kalau kamu diberi kekuatan peri seperti Star, kamu ingin punya kekuatan apa?

3. Apa pendapatmu terhadap cerita Trip to Wonderland?

***

Jika tertarik berpartisipasi dalam antologi ini, silakan publikasikan karyamu di Wattpad pribadi, sertakan tagar #STARRAWSInAction, satu cerita terbaik akan dipublikasikan ulang di work ini (lihat keterangan lebih jelas di bab "WATTPAD TODAY: STARRAWS ZONE").

***

Mari terapkan budaya baca cermat, memberi masukan dengan santun juga bijak, serta menghargai keberagaman dalam berkarya dan perbedaan pendapat, seperti yang terdapat dalam aturan dasar RAWS Community. Be wise.

***

Sudahkah kamu vote cerita dang follow penulisnya?

Scroll/Swipe untuk membaca bab selanjutnya dari antologi cerpen Once Upon A Time in STARRAWS

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top