STARRAWS YOU | Sweet Dream by Dyahi_Chan
| A Romance - Time Travel Fiction Story |
"Penulis pemula, mengidolakan Sakura Chan, suka Sasuke Uchiha dan Iqbaal Dhiafakhri (Dilan)." - The Rising Star, Dyahi_Chan
***
Star berada di sebuah ruangan gelap, tempat yang tidak tahu di mana. Star berusaha mengembalikan fokusnya dan teringat bahwa tadi ia pingsan. Ketika sedang mencari jalan keluar, ia menemukan kotak hitam kotor, besar, dan menunggu untuk dibuka terletak di sudut ruangan. Ternyata... mesin waktu.
Sulit dipercaya, sebuah benda yang sangat ia impikan kini terpampang nyata di depan mata. Star tersenyum lebar, tanpa berpikir panjang Star menaiki mesin waktu. Star mulai menyetel mesin waktu ke tahun yang ia inginkan, Star sangat paham dengan alat mesin waktu. Bertahun-tahun Star tidak pernah berhasil menciptakannya. Star ingin kembali ke waktu pada saat kekasihnya masih hidup. Star sangat mencintainya. Sampai detik ini ia masih belum bisa menerima kenyataan bahwa kekasihnya telah tiada, karena penyakit mematikan.
Mesin waktu melesat dengan kecepatan cahaya yang sangat tinggi. Sekitar 1 menit, mesin waktu berhenti. Star keluar dari mesin waktu. Apa ia berhasil.
Star berada di perbukitan hijau. Ia melihat pemandangan yang tenang dan langit biru cerah, Star membiarkan poninya terbang tersibak angin.
I have died every day waiting for you.
Star membalikkan tubuhnya, setelah mendengar seorang gadis bernyanyi. Suara halus dan cukup merdu, Star kenal suara itu. Suara yang sudah lama tak ia dengar, Star sangat merindukannya.
Darling don't be afraid, I have loved you for a thousand years.
Seorang gadis sedang duduk membelakanginya, di atas ayunan yang tergantung di pohon tua. Gadis itu bergaun putih, rambutnya tergerai panjang bergerak tertiup angin. Mata Star membulat, terkejut melihatnya. Star baru menyadari. Ia berada di dunia mesin waktu dan di sebuah tempat terkadang ia menghabiskan waktu berdua dengan gadis itu. Tapi, akankah gadis itu memang benar kekasihnya?
Gadis itu masih bernyanyi dengan penuh penghayatan, namun Star merasa gadis itu sedang berlarut dalam kesedihan.
"Rin," Panggil Star. Suaranya bergetar, menahan tangis.
Gadis itu menoleh. "Star," senyumnya mengembang. Teramat manis.
Benar, ia kekasih Star. Star ingin berlari dan memeluknya, namun gadis bertubuh mungil itu lebih cepat darinya. Rin menjinjit, mendekap erat tubuh tinggi Star.
"Aku merindukanmu."
Tetes air mata tak terbendungi, Star menumpahkannya tanpa sisa. Akhirnya setelah sekian lama, Star bertemu lagi dengannya. Meski nyatanya Rin telah tiada, Star ingin bersamanya, selamanya. Saat kekasihnya meninggal, Star pernah berniat ingin menyusulnya. Namun Star berpikir seratus kali, jika ia mati bunuh diri ia takkan bisa bertemu kekasihnya di surga. Jadi Star ingin menciptakan mesin waktu saja, supaya bisa pergi ke masa lalu menemui Rin sesuka hatinya. Walaupun terdengar mustahil.
Star memeluknya erat. Sesekali mencium aroma wangi rambut gadis itu. "Aku juga merindukanmu," lirihnya.
Melepas kerinduan, cukup lama Star dan Rin berpelukan hangat. Rin menangkup pipi kekasihnya dan menghapus air matanya. Rin menggeleng, wajahnya berubah sedih.
"Jangan menangis."
"A..aku hanya rindu."
"Bukankah kemarin kita bertemu, Star."
Star menutup paksa kedua mata, alisnya mengkerut menekan ke bawah dan begitu pula mulutnya, melengkung ke bawah. Air mata berlimpah mengalir di kedua sudut matanya, dagunya bergetar. Wajahnya begitu menyedihkan. Star menarik napas dalam-dalam, lalu menangis sejadi-jadinya.
Rin menatap sendu kekasihnya yang malang itu.
PLETAAAK!
Star meringgis, dan mengusap-usap kepalanya yang mendapatkan jitakan. Wajah Star jauh lebih menyedihkan dari menangis, mata abu-abunya menatap nanar Rin.
"Masih ceroboh, lihat sandalmu."
Star menunduk. Melihat sandal jepit yang ia pakai kiri dan kanannya berbeda. Star baru menyadarinya. Star tercengir, ini bukan yang pertama melainkan hal yang lumrah.
Rin menyentuh rambut ikal kemerahan Star yang teracakan, kumal dan tak terurus.
"Mau aku potong?"
Star terdiam sesaat, kemudian mengangguk pelan. Rin tersenyum ceria, mengelus lembut pucuk kepala Star. "Penurut." ucapnya.
"Aku ingin kau tampan di acara pernikahan kita besok."
Sepasang pupil mata Star melebar, ia sangat terkejut. "Pernikahan?" kata itu tergiang-giang di kepala Star. Star seperti orang bodoh, tidak tahu apa-apa.
"Apa kau lupa kita akan menikah besok?" suara Rin meninggi, wajahnya pun serius.
Star melongo, menatap Rin sampai tak berkedip.
PLETAAAK!
"Awwsh."
Star mendapat jitakan yang kedua kalinya.
"Bercandanya tidak lucu, ayo pergi."
Rin menarik tangan Star, membawanya turun dari wilayah perbukitan. Star menoleh ke belakang, ia terkejut untuk ke sekian kalinya. Mesin waktunya menghilang, entah sejak kapan. Mau hilang atau tidak, itu tak penting. Yang penting Star bisa bertemu kembali dengan kekasihnya.
Besok aku menikah.
Tapi, aku tak bahagia.
Sebenarnya pernikahan ini nyata, jika kau masih ada.
Hati Star sedih.
Secepat langkah Rin membawanya berlari. Butiran air mata Star berjatuhan melayang bersama angin. Star tak sebahagia Rin, Star tak seceriah Rin. Di belakang Rin, Star menangis lagi. Star mencoba menahannya, tapi tak bisa. Air mata memaksanya menjadi pria lemah. Star mengusap air mata di pipinya.
Rin menoleh, wajahnya bersinar terkena cahaya matahari. Senyuman manis terukir di bibirnya. Star ikut tersenyum, hatinya terasa damai.
Di perjalanan, mereka melintas di keramaian pasar. Star melihat tempat pemotongan rambut khusus pria. Tak ingin merepotkan kekasihnya, Star ingin memotong rambut di sana. Tapi Rin menolak.
Biarlah, aku yang akan memotong rambutmu. Jangan khawatir, aku akan membuat rambutmu seperti mangkok Cina.
Perasaan tak nyaman kian berdentaman di dalam dada. Star menelan ludah susah payah sebelum kemudian ia mengangguk pasrah.
Hahaha, aku bercanda.
Star membuang napas yang tadi tersangkut di tenggorokan, sekarang ia legah. Rin membawa Star ke rumahnya yang lumayan jauh dari wilayah perbukitan.
Wah ada pengantin pria.
Star kenapa kesini?
Calon pengantin pria itu seharusnya menenangkan hati di rumah.
Iya, supaya pengucapan ijab Kabul besok tak ada jeda.
Star tersenyum kikuk, dan menggaruk tengkuknya yang sama sekali tak gatal. Sejak kedatangannya, ia menjadi pusat perhatian orang-orang. Anehnya, wajah orang-orang di sini terlihat asing. Star sedang menunggu Rin. Ia tak ingin ikut masuk ke dalam rumah yang sangat padat akan orang-orang, karena Star phobia ruang sempit. Rin datang membawa koper kayu kecil, isinya peralatan potong rambut punya Ayahnya yang ia curi di dalam kamar Ayah dan Ibunya tadi.
"Ayo."
Star membuntuti Rin ke belakang rumah, menjauh dari keramaian. Star duduk di kursi yang telah disediakan oleh kekasihnya. Rin menutupi setengah tubuh Star dengan kain hitam polos, supaya rambut yang di potong tak menempel bebas di kulit putih Star. Rin mulai memotong rambut Star.
"Rin, aku tidak melihat Ibu dan Ayahmu, di mana mereka?"
"Diam, aku sedang fokus."
"Maaf, tapi aku ingin bertanya. Siapa orang-orang yang berada di rumahmu? Kenapa aku tidak mengenali wajah mereka?."
"Tetangga, membantu mempersiapkan acara pernikahan kita besok."
"Oh." Star mengangguk pelan, sambil berpikir. Seperti ada yang mengganjal di hatinya, tentang suasana yang berbeda hari ini.
"Ada apa?"
Star menggeleng, "Tidak apa-apa."
"Tadaaaaa, selesai." ucap Rin riang. Selain cantik, ramah, dan baik hati, Rin gadis yang periang. Meski suka menjitak kepala Star. Percayalah, Rin tak ada maksud menyakiti Star. Karena Rin sangat mencintainya. Star tak menyangka, Rin ternyata mempunyai bakat terpendam memotong rambut orang. Dalam waktu 5 menit saja, rambut Star sudah tertata rapi.
"Bagaimana hasilnya?"
Star menatap wajahnya dari pantulan cermin kecil. Wajahnya berubah, ia terlihat lebih tampan seperti artis Hollywood tahun 90-an. Tapi, tunggu dulu... Star merasa poninya masih tebal.
"Bisakah kau menipiskan poniku lagi?"
Rin mengangkat dagu Star. Salah satu alisnya menaik, ia sedikit memiringkan kepalanya menatap lekat wajah tampan kekasihnya. Star memalingkan wajahnya yang bersemburat merah, kedua telinga Star memerah. Jantungnya berdebar. Sudah lama Rin tak menatapnya seperti itu.
"Tentu, pangeranku." Rin tersenyum lebar. Ia mengabulkan permintaan Star, menipiskan poninya. Secepat kilat, Rin menyelesaikannya. Ia menepuk tangannya berkali-kali, sembari menghembus napas legah.
Star melepas kain hitam dan berdiri. Ia membersihkan sisa-sisa potongan rambut kecil di lehernya. Rin memasukkan kembali peralatan ke koper kayu.
"Terima kasih." Star tersenyum tipis.
Rin mengangguk, dan mendekati Star.
"Kau ingin pulang?"
"Tidak, aku masih ingin bersamamu."
"Baiklah, ayo kita kembali ke bukit." ucap Rin penuh semangat, ia berjingkrak senang. Star tersenyum, namun hatinya sedih.
Bagaimana bisa ia pergi begitu cepat.
Ia yang merubah hidup Star menjadi lebih berwarna, dan meluluhkan hati pria dingin seperti Star. Selalu tertawa bahagia, seakan baik-baik saja. Rin hanya tak ingin melihat Star terpuruk menyedihkan. Yang lebih menyakitkan, tak ada angin yang memberi tanda-tanda. Star tiba-tiba mendengar kabar buruk dari Ibunya, bahwa kekasihnya telah pergi untuk selama-lamanya.
Star memejamkan matanya, menepis ingatan yang membuat hatinya hancur. Star mengikuti langkah kekasihnya. Gadis itu berjalan dengan langkah melompat-lompat di sepanjang perjalanan. Sampailah di perbukitan, Rin duduk di ayunan. Star mendorong ayunan yang diduduki kekasihnya. Entah apa yang mereka ceritakan, pasangan kekasih itu tertawa lepas. Mereka menghabiskan waktu bersama. Hingga siang berganti malam, mereka menyaksikan matahari tenggelam. Embusan angin menjatuhkan daun-daun kuning dari pohon tua. Star terbaring di pangkuan kekasihnya.
"Sudah malam. Besok kita akan menikah, pulanglah Star."
"Aku ingin tidur, sebentar saja."
Rin mengangguk dan menunduk, memandangi wajah tampan Star lalu membelai kepalanya.
"Nyanyikan lagu kesukaanmu."
"A thaousand years, ya?"
Star berdehem. Sebelum memejamkan matanya Star berdoa, semoga ia tak bertemu lagi dengan mesin waktu yang entah di mana keberadaannya saat ini. Star berharap mesin waktu itu menghilang selamanya. Biarlah ia berada di masa lalu, Star tak ingin kembali. Ia ingin hidup bahagia bersama kekasihnya. Star memejamkan matanya, Rin mulai bernyanyi.
Heart beats fast
Colors and promises
How to be brave
How can I love when I'm afraid to fall
But watching you stand alone
All of my doubt, suddenly goes away somehow
One step closer
I have died everyday, waiting for you
Darling, don't be afraid, I have loved you for a thousand years
I'll love you for a thousand more
Time stands still
Beauty in all she is
I will be brave
I will not let anything, take away
What's standing in front of me
Every breath, every hour has come to this
One step closer
I have died everyday, waiting for you
Darling, don't be afraid, I have loved you for a thousand years
I'll love you for a thousand more
And all along I believed, I would find you
Time has brought your heart to me, I have loved you for a thousand years
I'll love you for a thaousand more.
Rin terdiam. Menatap wajah polos kekasihnya yang sudah tertelap.
"Selamat tidur, Star."
"Mimpi indah."
Tanpa sadar air mata Rin menetes, mengalir deras di pipinya dan jatuh ke wajah Star.
"Aku mencintaimu."
Suara Rin terdengar semakin menjauh, dan memudar. Star tak dapat mendengar apa yang Rin katakan, sangat tidak jelas. Lama-lama suara itu menghilang. Star berada di kegelapan, hatinya gelisah tak lagi mendengar suara kekasihnya. Star berusaha membuka mata, merasakan percikan air menghantam wajahnya berkali-kali, seakan memanggilnya untuk segera sadar dari alam mimpi.
Sayup-sayup suara terdengar memanggil nama Star, perlahan-lahan Star membuka kelopak matanya.
"Star."
Star menoleh ke samping. Matanya sayu dan sembab, ia menatap kosong ibunya. Star membuka mulut, "Di mana Rin?" tanya Star, suara serak khas orang bangun tidur.
"Kau mimpi lagi, Star."
"Benarkah?"
Sang Ibu mengangguk. Ia membuka tabir jendela kamar, membiarkan cahaya matahari menembus kaca jendela. Star mengangkat setengah tubuhnya, duduk bersandar di ranjang dan menyentuh rambutnya yang berantakan. Star teringat, di mimpi tadi Rin memotong rambutnya. Star memejamkan matanya sejenak, jadi benar hanya mimpi indah. Star memang sering mimpi bertemu kekasihnya, namun Star merasa mimpi kali ini berbeda. Star bertemu mesin waktu, hingga ia bisa menjelajah waktu ke masa lalu. Star menceritakan mimpinya pada sang Ibu.
"Kau terlalu terobsesi pada mesin waktu, jadi terbawa mimpi."
"Sudah lima tahun berlalu, ikhlaskan Rin maka ia akan tenang."
Star menunduk lemah, ia mengerti maksud Ibunya. Setiap kali Star mengadu, Ibunya selalu mengucapkan perkataan itu. Mengikhlaskan Rin, apa Star bisa?
Bertahun-tahun sibuk dengan dunianya. Sejak kehilangan seseorang yang dicintainya, Star tak lagi melihat keindahan dunia di luar sana. Bahkan Star sama sekali tak tahu bagaimana keadaan luar rumah saat ini. Star memandangi setiap helai daun yang berjatuhan di balik jendela. Star sadar, selama ini ia dibutakan oleh cinta. Mungkin Ibunya benar, Star harus berusaha melupakan Rin dan melawan takdirnya. Karena hidup tak selamanya terpuruk. Saatnya bangkit, kembali bersinar seperti bintang, arti namanya.
"Ibu akui kau jenius, walaupun tak pernah berhasil menciptakan mesin waktu. Kau berani dan tak pernah putus asa, Star. Lanjutkan kuliahmu nak, jangan malas."
Tak hanya penampilan dan lingkungan sekitar terabaikan, Star mengorbankan kuliahnya karena ingin mewujudkan impiannya membuat mesin waktu. Sekarang Star memutuskan, ia akan kembali melanjutkan kuliahnya yang tertunda. Ia akan menjadi Star, bukan Star yang dulu dan sekarang, tapi Star yang baru. Bola mata Star berbinar-binar cerah, sebentar lagi ia akan bebas dan melepas semua kesedihan.
"Sepertinya kau mulai sadar nak." Wanita paruh baya itu tersenyum tipis, dan mengelus-elus pucuk kepala Star. Lalu keluar dari kamar, sambil membawa mangkuk kecil berisi air yang setengah habis tersiram, ke wajah Star tadi.
Star beranjak, ia berlari ke jendela dan terburu-buru membukanya. Saat jendela terbuka, Star melentangkan kedua tangannya. Terpaan angin membuatnya memejamkan mata, Star menghirup udara segar pagi, sudah sangat lama ia tak merasakannya.
Apa kabar dunia.
Maukah kau menerimaku kembali.
***END OF SWEET DREAM***
K O L O M N U T R I S I
1. Kalau kamu menemukan mesin waktu, apakah kamu ingin pergi ke suatu masa? Mengapa?
2. Apakah kamu percaya bahwa mesin waktu mungkin diciptakan?
3. Apa pendapatmu terhadap cerita Sweet Dream?
***
Buatlah ilustrasi karakter STAR menurut imajinasimu (boleh anime/kartun, intinya buatan sendiri) untuk mendapatkan paket buku gratis dan pulsa dari STARRAWS (Lihat keterangan lebih jelas di bab "WATTPAD TODAY: STARRAWS ZONE")
***
Mari terapkan budaya baca cermat, memberi masukan dengan santun juga bijak, serta menghargai keberagaman dalam berkarya dan perbedaan pendapat, seperti yang terdapat dalam aturan dasar RAWS Community. Be wise.
***
Sudahkah kamu vote cerita dan follow penulisnya?
Scroll/Swipe untuk membaca bab selanjutnya dari antologi cerpen Once Upon A Time in STARRAWS
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top